Wawancara Eksklusif
Addie MS Akui Dukung Jokowi Tapi Tolak Jabatan, Saya Ingin Jadi Musisi Bukan Komisaris
Saya merasa being conductor maintaining Twilite Orchestra 30 tahun hal yang saya syukuri.
Kalau saya berubah, tiba-tiba saya jadi komisaris, pakai ini untuk bully saya ramai-ramai. Untuk meyakinkan tujuan hidup saya bukan itu. Semua orang memiliki kecerdasan untuk jadi menteri. Itu syarat kompetensi tertentu. Saya merasa tidak cocok dan tidak punya kompetensi.
Kalau saya dipanggil Pak Jokowi ditawarkan, jelas saya tidak akan mau. Saya tidak bisa ngomong pernah ditawarkan atau tidak. Suka ada survei, nama saya jadi calon menteri, siapa ini yang naruh. Saya tidak pernah kepengin. Harusnya sih sudah sejak lama, Pak Jokowi dan stafnya tahu saya tidak akan mau.
Bagaimana Anda melihat sosok Presiden Jokowi?
Ya, itu saya hanya melihat orang yang berusaha amanah. Menjalankan kepercayaan dengan sebaik mungkin. Ada orang ambisi kekuasaan dengan cara apapun. Yang penting berkuasa, kalau abis berkuasa, bisa dapat untung yang banyak dan kehormatan luar biasa.
Nah, itu tidak saya lihat di Pak Jokowi. Pertama menjabat, pakaiannya tidak mencerminkan pejabat. Loh kok begini, pakai sepatu kets. Ada penolakan diawal. Apalagi saya terbiasa kalau kerja formal. Pak Jokowi kok, tapi itu mencerminkan banyak hal.
Dia sedang berusaha amanah dengan bekerja. Bekerja tidak mungkin dengan jas tapi mobilitas tinggi. Jadi pakai pakaian kerja. Saya amati keluarganya, kalau sampai ada indikasi, tiba-tiba anaknya punya perusahaan besar.
Wah pasti saya udahan. Tapi saya lihat memang ada semacam larangan si anak mendapat proyek dari pemerintah, saya amati. Alhamdulillah sampai sekarang martabak, pisang goreng. Oke Gibran jadi wali kota urusan dia, saya tidak mendukung, tapi lihat langkah-langkahnya ada integritas juga.
Jokowi ingin memberikan manfaat sebanyak mungkin kepada rakyat. Seperti Ahok ngomong, saya bisa bantu dengan kekayaan saya sebagai pengusaha. Tapi kalau saya jadi pejabat, dia memiliki kewenangan kebijakan, itu memberi dampak yang lebih besar ke masyarakat.
Jokowi itu digunakan untuk kepentingan kebaikan sebanyak-banyaknya rakyat. Itu sampai detik ini, saya melihat konsistensi itu. Orientasi Pak Jokowi kerja-kerja. Dan dia juga tahan banting, artinya belum pernah saya melihat orang dihina, tapi tetap bisa ketawa, senyum. Pak Jokowi luar biasa, fokus. Saya kagum, salut sama Pak Jokowi.
Bagaimana respon Anda soal wacana jabatan tiga periode?
Pak Jokowi sudah dua periode. Sebenarnya PR belum selesai-selesai amat. Hati kecil kalau tambah satu periode, tuntas. Tapi kita punya UU ada pembatasan. Sebaiknya orang kalau dikasih kekuasaan terlalu lama, terganggu, tergoda, manusiawi.
Hati kecil ingin Jokowi, daripada yang meneruskan nanti seperti yang sudah kita lihat kepala daerah seolah-olah hasil kerja sebelumnya dihapus, disamarkan, atau dihilangkan. Bayangkan apa yang Jokowi kerjakan, berikutnya itu menafikan apa yang dicapai. Takut kemunduran yang terjadi. Kalau bisa memang terus. Tapi situasi tidak mendesak. Jadi ada calon lain, kenapa tidak calon lain.
Siapa saja yang kalau bisa agak seirama dengan Pak Jokowi. Artinya bukan anti sehingga bekas Pak Jokowi dihapus, diobrak-abrik, saya berharap penerus nanti melanjutkan. Jadi singkatnya sebaiknya Pak Jokowi tetap dua periode sesuai konstitusi, fokus presiden berikutnya yang kalau bisa satu chemistry. Pembangunan yang sudah ada diteruskan. (tribun network/denis destryawan)