Mendidik Dan Atau Mengajar: Merdeka Belajarnya Ki Hajar Dewantara dan Nadiem Makariem

Masih dalam suasana hari pendidikan nasional yang diperingati tiap tanggal 2 Mei, kita melihat “ber­jibun” masalah yang mengitari dunia pendidikan.

Editor: Salman Rasyidin
ist
Dr. Houtman, M.Pd. 

Diketahui bersama bahwa Mendikbud Ristek telah meluncurkan beberapa kebijakan dalam mer­de­ka belajar diantaranya;

Pertama, ujian sekolah berstandar nasional digantikan dengan as­sesmen yang diadakan pihak sekolah, sehingga guru memiliki kebebasan dalam menilai siswa.

Kedua, u­jian nasional diubah menjadi assesmen kompetisi minimun survei meliputi (karakter, nu­merasi dan literasi).

Ketiga, penyederhanaan sistem RPP, sehingga guru dapat lebih fokus ke­pada siswa.

Ke­empat, penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas se­hingga dapat meme­ra­takan akses pendidikan.

Pada point kedua, penajaman terhadap keu­ta­ma­an literasi softskills per­­lu menjadi perhatian para guru.

Kebijakan tersebut sejalan dengan apa yang menjadi cita-cita Ki Hajar Dewantara yakni dalam pendidikan mempertimbangkan ke­seimbangan cipta, rasa dan karsa.

Literasi Soft skills sendiri dapat dimaknai sebagai bentuk kecakapan seseorang dalam berhu­bu­ng­an dengan orang lain seperti kemampuan komunikasi;

kejujuran dan kerja sama;

motivasi;

ke­mam­puan beradaptasi;

serta kompetensi interpersonal lainnya dengan orientasi nilai yang men­­jun­jung kinerja yang efektif.

Atribut soft skills lainnya meliputi nilai yang dianut, moti­va­si, pe­rilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap.

Dalam konteks yang lebih sederhana,

Saya melihat bahwa mu­aranya adalah akhlaqul karimah. 

Halaman
1234
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved