Berita Muratara
Tiga Bulan Berturut Insiden Menimpa Pencari Emas Asal Muratara di Jambi, Sudah 5 Korban Jiwa
Tiga bulan berturut insiden menimpa pencari emas asal Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) Sumatera Selatan (Sumsel), di Provinsi Jambi.
Warga tersebut mencari nafkah di provinsi tetangga karena tidak ada pekerjaan di daerah sendiri.
"Memang banyak warga kami di sana, karena di sini mereka tidak ada pekerjaan, jadi cari nafkah di sana," ujar Amir.
Namun demikian, Amir tidak mengetahui jumlah warganya yang berburu emas di Jambi.
"Kalau jumlahnya kurang tahu saya, yang jelas lumayan banyak," ujarnya.
Berburu emas di Jambi, kata Amir, nampaknya cukup menjanjikan bagi warganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Ya mungkin cukup menjanjikan, karena emas di sana banyak, warga kami ada yang sudah lama di sana," ungkapnya.
Tak hanya dari Desa Karang Anyar, warga Desa Karang Waru juga banyak mencari emas di tambang tradisional di Jambi.
Baca juga: Guru Honorer K2 dan TKS di Muratara Gerah, Belum Gajian Sejak Desember 2020, Kadisdik Minta Bersabar
Baca juga: BEREDAR Video Harimau Berkeliaran di Kebun Sawit, Kapolres Muratara : Hati-hati Bisa Kena Dipenjara
Kades Karang Waru, Arwan mengungkapkan, 25 persen dari warganya mencari nafkah di sejumlah tambang emas tradisional di Jambi.
"Karena di sini tidak ada kerjaan, warga kami kebanyakan menyadap karet, harga karet sekarang tahu sendiri."
"Makanya mereka banyak (cari emas) di sana (Jambi), kami juga tidak bisa melarang, kerjaan pengganti tidak ada," ujar Arwan.
Dia mengatakan, warganya banyak mencari emas di Provinsi Jambi karena kurangnya lapangan kerja di Kabupaten Muratara.
Baca juga: Enam Daerah Prioritas Pengamanan Karhutla Tahun 2021, PALI Muaraenim Masuk Daftar, Mura Muratara?
Baca juga: Bupati Muratara Minta Warga Berhenti Mencuri Sawit Milik Perusahaan, Mengganggu Kenyamanan Investor
Apalagi mayoritas warganya hanya memiliki ijazah tamatan sekolah dasar (SD).
Begitu juga ingin menjadi buruh di perusahaan perkebunan sawit kebanyakan tidak diterima.
"Mau kerja di kantor pemerintah rata-rata tamat SD, mau kerja di perusahaan sawit susah masuk, karena desa kami bukan wilayah perusahaan," kata Arwan.
Dia mengungkapkan, sebenarnya ada perusahaan perkebunan sawit yang dekat dengan desanya.