Isu Kemiskinan
Polemik Isu Kemiskinan yang Tak Kunjung Reda
“Kemiskinan” selama bertahun-tahun sejak pasca kemerdekaan hingga saat ini merupakan isu yang menjadi beban besar bagi Pemerintah.
Sementara itu, sebanyak 14,90 persen responden mengaku bekerja tetapi sementara dirumahkan.
Hasil survey juga menyatakan terdapat 70 persen responden berpenghasilan kurang dari 1,8 juta rupiah per bulan mengaku mengalami penurunan pendapatan dan 32 persen responden berpenghasilan 1,8-7,2 juta rupiah per bulan juga mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi merebak.
Hal ini memungkinkan terjadinya penambahan orang miskin baru dan tingkat keparahan/kedalaman kemiskinan yang semakin menjauh di bawah Garis Kemiskinan pada situasi pandemi ini.
Di sisi lain, Pemerintah Pusat dan Daerah tentunya tidak tinggal diam, dan berupaya mengatasi berbagai persoalan akibat dampak pandemi di tengah masyarakat.
Melalui kebijakan refocusing dan realokasi anggaran untuk memitigasi resiko penyebaran COVID-19 Pemerintah telah menggelontorkan dana ratusan triliun untuk berbagai program perlindungan sosial selama pandemi, dengan tujuan untuk membantu masyarakat miskin dan warga terdampak COVID-19 agar mampu mempertahankan kehidupannya tidak jatuh miskin yang lebih dalam.
Program perlindungan sosial tersebut di antaranya adalah Program Keluarga Harapan (PKH), BNPT Sembako, Bantuan Sosial Tunai, Kartu Prakerja, BLT, Dana Desa, Banpres Produktif untuk Modal Kerja UMKM, Subsidi Gaji, dan diskon listrik.
Penanganan dampak Covid-19 dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga telah diupayakan oleh Pemerintah Daerah di Sumatera Selatan dengan berupaya mempercepat realisasi Bantuan Sosial (Bansos) tahun 2020.
Upaya percepatan penanganan dampak Covid-19 juga tergambar dari meningkatnya besaran pagu porsi Belanja Penanganan Covid-19 dalam APBD Pemerintah Daerah se-Provinsi Sumatera Selatan.
Antara lain diperuntukkan bagi Program Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (BUEP), penyaluran stimulan UKT Mahasiswa dan bantuan kepada masyarakat terdampak pandemi lainnya.
Upaya penanganan dampak Covid-19 dan bantuan sosial lainnya tidak saja untuk menekan laju pertambahan penduduk miskin, tetapi juga meminimalisir kesenjangan pendapatan masyarakat Sumatera Selatan.
Ditinjau dari ukuran ketimpangan/kesenjangan pendapatan berdasarkan Ratio Gini periode September 2019-September 2020 turun dari 0,339 menjadi 0,338 atau turun 0,001 poin, demikian juga untuk periode Maret 2020-September 2020.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerataan pengeluaran penduduk di Sumatera Selatan melalui program pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat telah mulai membaik walaupun belum sesuai dengan yang diharapkan.
Jika ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan lebih besar dari perdesaan.
Selama pandemi, Gini ratio perkotaan pada September 2020 sebesar 0,352 turun 0,006 poin dari Maret 2020 sedangkan di perdesaan sebesar 0,310 justru meningkat 0,002 poin dari Maret 2020.
Ketimpangan pendapatan selama pandemi Covid-19 lebih terasa dialami oleh penduduk di daerah perdesaan.