Isu Kemiskinan

Polemik Isu Kemiskinan yang Tak Kunjung Reda

“Kemiskinan” selama bertahun-tahun sejak pasca kemerdekaan hingga saat ini me­ru­pa­kan isu yang menjadi beban besar bagi Pemerintah.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Polemik Isu Kemiskinan yang Tak Kunjung Reda
ist
Tri Ratna Dewi, S.Si, MM

Bila dibandingkan dengan data Maret 2020, terjadi penambahan 0,32 persen poin. Meskipun masih tercatat sebagai provinsi de­ngan jumlah penduduk miskin yang relatif besar dibandingkan jumlah penduduk mis­kin di provinsi lain, bukan berarti Provinsi Sumatera Selatan menjadi salah satu “pro­vinsi termiskin”.

Sumatera Selatan dengan luas wilayah 91.592,43 km2 memiliki potensi ke­kayaan alam yang melimpah dan dikelola oleh SDM yang mumpuni, menjadi provinsi de­ngan share PDRB tertinggi ke-3 di Sumatera, yaitu lebih dari 13 persen, setelah Su­ma­tera Utara dan Riau.

  

MISKIN
KEMISKINAN Sumber : https://sumsel.bps.go.id

Memang tidak mudah mengatasi isu kemiskinan, meskipun program pengentasan telah di­upayakan dalam setiap periode kepemimpinan Kepala Daerah.

Namun prospek dan ha­rapan penurunan sudah mulai terlihat dari tahun ke tahun.

Terpantau selama lima ta­hun ke belakang, mulai 2015 hingga 2019 jumlah dan persentase penduduk miskin Pro­vinsi Sumatera Selatan konsisten mengalami menurun, dari kisaran 13-14 persen terus me­nurun 12,56 persen pada September 2019.

Ini menunjukkan keberhasilan atas upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah dalam menekan angka kemiskinan.

Namun me­masuki tahun 2020, pada kondisi Maret angka kemiskinan sedikit mulai meningkat pada po­sisi 12,66 persen, dan kembali meningkat menjadi 12,98 persen.

Selama periode Ma­ret 2020-September 2020, Garis Kemiskinan naik sebesar 0,51 persen, yaitu dari Rp 439.041- per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp 441.259,- per kapita per bu­lan pada September 2020.

Penambahan penduduk miskin di tahun 2020 lebih dikarenakan dampak pandemi Covid-19 yang dialamsi sebagian besar masyarakat, terutama penduduk miskin, rentan miskin dan mereka yang bekerja di sektor informal.

Pandemi COVID-19 bagi keluarga miskin dan rentan miskin melumpuhkan sumber ekonomi mereka yakni berkurangnya pen­da­patan dan kehilangan pekerjaan yang berakibat pada kesulitan dalam memenuhi ke­bu­tuhan sehari-hari. 

Efek domino pandemi Covid-19 dan penanganannya telah berdampak luas pada dinamika ketenagakerjaan di Sumatera Selatan.

Penerapan SOP pencegahan pe­nyebaran COVID-19 serta kekhawatiran masyarakat pada umumnya menyebabkan banyak pelaku usaha menutup sementara kegiatan usahanya ser­ta merumahkan para pe­kerjanya.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang gulung tikar dan mem-PHK para pe­ker­janya. Berdasarkan Survey Dampak Covid-19 yang dilakukan BPS pada pertengahan ta­hun 2020 terhadap 1.792 responden di Sumatera Selatan.

Seki­tar 2,70 persen respon­den menyatakan baru saja mengalami PHK akibat perusa­ha­an/tempat usaha mereka bekerja ditutup sementara atau permanen.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved