Liputan Eksklusif

Rumah Baghi di Desa Pelang Kenidai Pagaralam Terancam Hilang, Dimakan Usia Hingga Dijual Pemilik

Sekitar 30 rumah baghi yang ada di desa tersebut sudah direkondisi oleh pemiliknya mengingat sudah tua hingga kurang terawat.

Editor: Soegeng Haryadi
SRIPO/WAWAN SEPTIAWAN
Rumah baghi, rumah khas Suku Besemah di Kota Pagaralam masih berdiri kokoh di Desa Pelang Kenindai, Kecamatan Dempo Tengah, Pagaralam. Namun kondisinya kini sudah banyak direkondisi karena usia hingga dijual pemiliknya. Foto diambil Sabtu (13/2) lalu. 

PAGARALAM, SRIPO -- Desa Pelang Kenidai di Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam hingga saat ini masih menyimpan banyak peninggalan adat nenek moyang. Mulai dari budaya sampai adat istiadat lama masih sangat dipertahankan oleh masyarakat setempat.

Salah satunya adalah masih adanya sejumlah rumah baghi, yang menjadi rumah khas Suku Besemah. Rumah ini memang memiliki keunikan yang sangat khas. Dibagian depan rumah terdapat ukiran yang sangat indah dan detil yang menjadi perhatian banyak peneliti.

Namun sayangnya hampir semua rumah baghi di Desa Pelang Kenidai kondisinya tergerus zaman. Umumnya rumah tersebut sudah tidak 100 persen asli lagi. Sekitar 30 rumah baghi yang ada di desa tersebut sudah direkondisi oleh pemiliknya mengingat sudah tua hingga kurang terawat.

Bujang (50), warga Desa Pelang Kenidai mengakui semua rumah baghi sudah tidak asli lagi. Banyak yang sudah mengalami rekondisi karena memang sudah termakan usia dan kurang terawat.

"Karena memang ukuran rumah baghi ini tidak terlalu besar, jadi banyak pemiliknya yang sudah melakukan penambahan pembangunan di rumah tersebut mulai dari membangun bagian bawahnya sampai ada yang mengubah bagian dalam rumah," jelas Bujang kepada Sripo, Sabtu (13/2).

Lebih parah lagi lanjut Bujang, ada juga rumah baghi ini yang dijual oleh pemiliknya dengan alasan ekonomi. Hal ini menurutnya menjadi ancaman bagi keberadaan rumah adat tersebut, terlebih lagi jika tak ada perhatian dari pemerintah daerah.

"Sudah ada yang dijual ke Bali karena pemiliknya terpaksa menjualnya dengan asalan ekonomi. Selain itu juga sudah ada yang dibongkar dan dipindahkan ke desa lain karena pemiliknya juga pindah," tambah Amran (53), warga desa setempat.

Warga setempat lanjut Amran tidak bisa melarang pemilik rumah untuk pindah bahkan menjual rumah baghi tersebut. Apalagi jika dikaitkan dengan alasan ekonomi pemilik rumah. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk ikut menjaga rumah lama di Pagaralam.

"Harus sebagai peninggalan sejarah pemerintah harus bisa menjaga keberadaan rumah baghi ini dengan memberikan perhatian atau perawatan agar kondisinya bisa terus terjaga dan tetap menjadi daya tarik wisata. Jika tidak ada peran pemerintah maka bisa saja rumah baghi ini nanti terancam habis," tegasnya.

Didirikan 9 Pendekar
Sementara dari keterangan Jurai Tue atau lebih dikenal dengan juru kunci kampung tersebut, Hariansi (46), sangat pantas Desa Pelang Kenidai dijadikan salah satu kampung adat yang ada di Indonesia. Pasalnya desa ini merupakan desa tertua yang ada di Pagaralam.

"Kenapa pantas Desa Pelang Kenidai ini ditetapkan sebagai Kampung adat, karena adat yang paling kental dan masih diterapkan di Pagaralam di Desa Pelang Kenidai ini," ujarnya saat ditemui di rumahnya.

Selain itu peninggalan sejarah masih banyak di desa tersebut, seperti peninggalan Puyang Serunting Sakti atau Puyang Si Pahit Lidah. "Disini masih ada peninggalan Batu Penyumpahan dari Serunting Sakti bahkan disini juga masih ada makamnya dan tetap dijaga dengan baik oleh warga dan keturunan puyang Serunting Sakti tersebut," katanya.

Tidak hanya itu, hal yang paling tampak yaitu masih banyaknya rumah baghi atau rumah khas suku Besemah di Desa Pelang Kenidai tersebut. "Masih ada sekitar 30 unit rumah baghi atau rumah tataghan yang berdiri di Desa Pelang Kenidai ini. Dan sampai saat ini berdiri meskipun sudah tidak 100 persen asli lagi karena sudah direnovasi karena sudah berumur lebih dari 100 tahun," jelasnya.

Yang sangat menarik yaitu bahwa Desa Pelang Kenidai ini merupakan kampung yang didirikan oleh sembilan pendekar atau sembilan Ulu Balang. Namun lokasi awal bukan diwilayah saat ini, tetapi di Desa Tanjung Tapus.

"Desa Pelang Kenidai ini dulunya bukan disini lokasinya karena ini sudah pernah pindah. Dulunya nama Desa Pelang Kenidai ini yaitu Desa Tanjung Tapus. Sebelumnya Desa Tanjung Tapus merupakan benteng pertahanan dari penjajah Belanda dan sempat dihancurkan, dan barulah pindah ke lokasi sekarang ini," jelas Hariansi yang merupakan keturunan ke-35 Puyang Serunting Sakti.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved