KISAH Perjuangan Ibadah Haji pada Zaman Hinda Belanda, Ini Orang Pertama Indonesia Pergi Ibadah Haji

Meski begitu pada zaman dahulu bisnis haji sangat menimbulkan persaingan ketat. Saking ketatnya, ibadah haji kerap diwarnai aksi culas, dari monopoli

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Bangka Pos/Kompas.com
Haji zaman Belanda 

Orang-orang yang semula pergi ke Makkah hanya untuk beribadah haji kemudian turut menuntut ilmu agama Islam.

Sepulang dari Makkah, orang-orang itu membawa ilmu agama dan mengajarkannya di Tanah Air.

Tantangan ibadah haji makin berat tahun ke tahun, melansir Voi.id yang dikutip dari buku Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje Jilid VIII karya Soedarso Soekarno.

Salah satu tantangan yang dihadapi jemaah haji kala itu adalah ibadah yang memakan waktu lama.

Saat itu, sebelum ada kapal uap, jemaah berangkat haji menggunakan perahu layar menuju Aceh.

Dari sana mereka menumpang kapal dagang menuju India. Tak ada kapal yang langsung membawa mereka ke Makkah.

Setelah dari India, mereka melanjutkan perjalanan menaiki kapal ke Yaman. Jika beruntung, mereka mendapatkan kapal yang langsung ke Jeddah.

Rute perjalanan ini bisa memakan waktu setengah tahun dalam sekali keberangkatan.

Kendala lain yang harus dihadapi jemaah haji adalah karamnya kapal yang ditumpangi hingga mengakibatkan penumpang kapal tenggelam atau terdampar di pulau.

Ada pula jemaah haji yang harta bendanya dirampok bajak laut atau malah hartanya dijarah oleh awak kapal itu sendiri sehingga niat berhaji pun kandas.

Baca juga: Dua Pencuri Sepeda Motor di Rusun 23 Ilir Divonis 2 Tahun 4 Bulan dan 2 Tahun 6 Bulan Penjara

Perjalanan ibadah haji dari Hindia Belanda mulai dimudahkan ketika Terusan Suez dibangun tahun 1869.

Saat itu jumlah kapal uap yang berangkat dari Hindia Belanda menuju Jeddah semakin ramai.

Bukan hanya mereka yang berhaji tapi juga yang bermukim di Makkah.

Akibatnya jumlah jemaah haji yang pulang ke Tanah Air lebih banyak dibanding yang berangkat.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah kolonial.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved