32 Tahun Berpisah, 4 Mantan Prajurit TNI dari Pasukan Elite Ini Bertemu Kembali, Kakek-kakek Berotot
Jadi ceritanya, empat prajurit TNI ini secara tak sengaja bisa berjumpa kembali setelah hampir setengah abad terpisah.
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Pertemuan seringkali tak terduga, kita tak tahu apakah kita akan bertemu kembali dengan teman laman atau tidak.
Bahkan ada kala saat sebuah perpisahan itu terjadi, jarang akan dipertemukan kembali.
Namun apa jadinya jika sudah lama tak bertemu, tiba-tiba kalian dipertemukan lagi.
Tentu itu sangat menyenangkan, apalagi bisa membahas kenangan masa masa saat bersama.
Seperti yang terjadi oleh 4 orang purnawirawan prajurit pasukan elit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kisah mereka bertemu kembali setelah 32 tahun berpisah menuai dercak kagum.
Bagaimana pertemuan itu bisa terjadi?
Jadi ceritanya, empat prajurit TNI ini secara tak sengaja bisa berjumpa kembali setelah hampir setengah abad terpisah.
Baca juga: Kalo Tidak Jadi Tentara Saya Bajingan, Untung Masuk TNI Pangkatnya Prada : Kini Letkol di Kopassus
Baca juga: UPDATE Buntut Geng Moge Aniaya Anggota TNI, Sudah Dipukuli Diancam Ditembak, Warga Sweeping Moge
Baca juga: 4 Pengendara Moge Pengeroyok Anggota TNI Kodim Agam Ditahan, Polisi Sebut Kemungkinan Tersangka Baru
Dan mereka bisa bertemu lagi dalam kondisi usia yang tak lagi muda. Semuanya sudah berusia lanjut atau sudah kakek-kakek.
Siapa mereka? keempat prajurit tersebut yakni Sunaryo (65 tahun), Subagyo (60 tahun), Giyanto (63 tahun) dan Supriharso (66 tahun).
Mereka dahulunya merupakan prajurit TNI dari Kompi Senapan C Batalyon Infanteri 408/Suhbrastha, Kodam IV Diponegoro, cikal bakal dari batalyon elite tempur TNI, Yonif Raider 403/SBH.
Saat masih jadi prajurit, berbagai suka duka dalam dinas pernah mereka lalui bersama, baik saat di Home Base maupun saat Penugasan di Timor Timur atau yang saat ini menjadi Timor Leste maupun Irian Jaya yang saat ini menjadi Provinsi Papua.
Namun, setelah melaksanakan tugas operasi perang di Timor Timur dan Irian Jaya, mereka terpisah.
Kini, pada Rabu 4 November 2020, mereka berempat kembali bisa bertemu di rumah Sunaryo di Desa Panican, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Kekarnya otot dan tegapnya badan layaknya seorang Prajurit memang sudah tidak nampak seperti saat usia mudanya, namun semangat dan jiwa korsa mereka masih terpancar dari mata dan raut mukanya yang sudah mulai kendor menua.
Canda tawa penuh haru dan keakraban mewarnai pertemuan mereka.
Tak cuma itu saja, selama 32 tahun mereka tak tahu di mana dan bagaimana kondisi para sahabat mereka setelah perang usai.
Mereka benar-benar putus komunikasi setelah pindah satuan.
Jiwa korsa yang tertanam di sanubari mereka yang akhirnya mengantar mereka untuk berjumpa lagi.
"Kami bersyukur dapat dipertemukan kembali setelah 32 tahun, Kami pindah satuan teritorial yang berbeda kemudian bervariasi kami memasuki masa purna tugas sekitar awal tahun 2000-an membuat sama sekali jarang komunikasi dengan sesama rekan TNI," kata Subagyo.
Subagyo menuturkan, mereka bisa bertemu lagi berawal dari mulai canggihnya teknologi komunikasi. Jadi satu persatu dia bisa menemukan teman-teman satu perjuangan di Yonif 408/Suhbrastha.
Dalam pelacakan itu, Subagyo juga menemukan beberapa temannya, kondisinya beragam. Ada yang sudah meninggal dunia, ada yang sakit dan sebagainya.
"Setelah bertemu dengan salah satu rekan akhirnya bertahap mulai terlacak keberadaan teman kami lainnya, ada yang ternyata sudah meninggal dunia, ada yang sudah sakit-sakitan. Namun masih banyak juga yang sehat. Bahkan yang membanggakan bagi yang muslim telah ada yang sudah berpredikat Haji.
Dalam kesempatan ini kami berpesan kepada generasi muda penerus bangsa agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, teruskanlah perjuangan dan pengabdian kami sesuai dengan bidang masing-masing demi kejayaan NKRI," ujarnya.
Baca juga: Tersangka Baru Kasus Anggota Moge Keroyok Anggota TNI, SR Ikut Dorong Serda M Yusuf dan Terjengkang
Baca juga: JENDERAL Andika Lebih Percaya Tukang Kebun Biasa Ketimbang Pilih Arsitek, Urus Taman di Mabes TNI AD
Baca juga: Kepala Korban Ditendang Saat Tersungkur: Konvoi Pengeroyok Anggota TNI Dipimpin Mantan Pangkostrad
Seperti diketahui, setiap negara pasti miliki pasukan elite atau pasukan khusus agar disegani dan ditakuti negara lain dalam menjaga kedaulatan seringkali membuat decak kagum dan kengerian tersendiri.
Mulai dari menyiapkan pasukan khusus, hingga berlomba-lomba menciptakan senjata pembunuh massal.
Karena, jika kekuatan militer terlampau lemah. Bukan tidak mungkin satu negara dengan mudah dihancurkan.
Indonesia sendiri berdaulat tidak langsung lewat tangan Tentara Republik Indonesia (TNI).
Perjalanan panjang pembentukan tentara melalui tumpah darah dan perjuangan rakyat.
TNI pada awalnya merupakan organisasi yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan selanjutnya diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Pada masa mempertahankan kemerdekaan ini, banyak rakyat Indonesia membentuk laskar-laskar perjuangan sendiri atau badan perjuangan rakyat.
Usaha pemerintah Indonesia untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, sambil bertempur dan berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa.
Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara resmi.
Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara angkatan perang dengan kepolisian negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan menjauhkan pengaruh dari kelompok politik tertentu.
Pada tahun 1998 terjadi perubahan situasi politik di Indonesia. Perubahan tersebut berpengaruh juga terhadap keberadaan ABRI.
Pada tanggal 1 April 1999 TNI dan Polri secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri.
Sebutan ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI, sehingga Panglima ABRI menjadi Panglima TNI.
Namun bicara Tentara, setidaknya di dunia ada 4 negara memiliki pasukan khusus yang begitu mengerikan.
Bukan sekedar pasukan khusus, untuk menyelesaikan misi tertentu, dengan keahlian dan kemampuan yang sangat mumpuni.
Juga didukung dengan penampilannya yang menyeramkan membuat orang yang melihatnya merinding katakutan.
Baca juga: Kesempatan Putra Putri Negeri Menjadi Prajurit TNI AU, Begini Cara dan Lokasi Pendaftaran
Baca juga: Brigadir Hafiz Basari, Sosok Polisi yang Pasang Badan saat Belasan Anggota Klub Moge Keroyok 2 TNI.
Baca juga: Dulu Tak Punya Moge Rajin Sedekah Undang Ustadz, Sekarang? Ini Sosok Pengeroyok Prajurit TNI