La Nina Sapu Sumsel, Curah Hujan 40 Persen di Atas Normal
Ia meminta untuk memastikan tempat evakuasi sementara dapat digunakan, setiap daerah rawan bencana miliki tempat evakuasi sementara.
Lilik mengatakan, gunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menerjemahkan informasi cuaca sehingga pesan sampai pemangku kepentingan di tingkat kecamatan maupun masyarakat.
Beberapa kanal informasi dapat diakses oleh aparat kecamatan, kelurahan dan desa, bahkan di tingkat keluarga dengan beberapa kanal, seperti teknologi informasi dari BNPB dan BMKG.
BNPB memiliki InaRISK dan juga Katalog Desa Rawa Bencana yang dapat diakses semua pihak, kemudian BMKG memiliki aplikasi Info BMKG yang dapat menginformasikan kondisi cuaca hingga tingkat kecamatan.
Terakhir, masyarakat di tingkat kecamatan, kelurahan dan desa dapat melakukan simulasi mandiri sesuai rencana kontinjensi yang sudah dibuat. Ini tentunya dibantu oleh BPBD kabupaten maupun kota setempat.
Pada kesempatan itu, Lilik juga mengimbau setiap keluarga untuk mengidentifikasi risiko bencana yang ada di sekitar. Kesiapsiagaan sejak dini dibutuhkan untuk memastikan tidak adanya korban jiwa apabila terjadi peristiwa ekstrem.
"Diskusikan dengan anggota keluarga maupun komunitas di masyarakat terkait dengan potensi ancaman bahaya yang ada di sekitar sehingga risiko bencana dapat dihindari," katanya.
Selain kesiapsiagaan di tingkat administrasi desa dan kelurahan, Lilik menyampaikan langkah-langkah yang harus disiapkan dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota. BNPB telah meminta pihak BPBD kabupaten dan kota untuk melakukan beberapa langkah strategi.
Pertama, rapat koordinasi kesiapsiagaan menghadapi La Nina. Beberapa hal yang diharapkan untuk dibahas yaitu mengenai sosialisasi daerah rawan bencana, memastikan camat, lurah dan kepala desa untuk melakukan kesiapsiagaan di daerah masing-masing, memastikan organisasi perangkat daerah mempersiapkan sumber daya dalam kesiapsiagaan serta operasional pusat pengendali operasi (pusdalops) di BPBD.
Kedua, pihak BPBD dan instansi terkaut melakukan simulasi field training exercise sesuai dengan rencana kontinjensi yang ada. Lilik tidak lupa menyampaikan rencana tersebut juga perlu memasukkan konteks ancaman bahaya lain, seperti Covid-19.
Ketiga, menghimpun dukungan sumber daya, khususnya sukarelawan dan dukungan lain. Berikutnya susur sungai yang bertujuan untuk memastikan tidak ada potensi bahaya, lalu menetapkan tempat evakuasi berbasis protokol kesehatan.
Demikian juga pada kesiapsiagaan di tingkat provinsi, Lilik meminta BPBD di tingkat provinsi untuk melakukan rapat koordinasi, khususnya menghadapi La Nina.Ia meminta seluruh pemerintah provinsi untuk memastikan seluruh bupati dan walikota untuk melakukan kesiapsiagaan di setiap daerah.
“Memastikan seluruh organisasi perangkat daerah provinsi sudah mempersiapkan sumber daya dalam mendukung kesiapsiagaan,” kata Lilik.
Kemudian, BPBD dan mitra terkait melakukan simulasi table top exercise sesuai dengan rencana kontinjensi yang sudah disiapkan serta menghimpun sukarelawan dan dukungan lain di tingkat provinsi.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan beberapa provinsi di Indonesia sudah memasuki musim hujan dan perlu mewaspadai hujan di atas normal.
"Dampak intensitas curah hujan di atas normal yang dipengaruhi fenomena La Nina tidak sama di setiap wilayah," kata Dwikorita.
BMKG mencatat pada bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat anomali iklim tersebut dapat terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia, kecuali Sumatera. Bulan Desember 2020 hingga Februari 2021, dapat terjadi peningkatan curah hujan akibat La Nina di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua. (Tribun Network/ham/wly)