Breaking News

Gapkindo Sumsel Beberkan Sebab Harga Karet di Sumsel tak Kunjung Membaik, Pandemi Bukan Satu-satunya

Harga yang tidak kunjung membaik ditambah kondisi pandemi saat ini membuat sebagian petani melakukan peremajaan karet agar bisa tetap bertahan.

Editor: Refly Permana
sripoku.com/reigan
Para petani karet di Desa Persiapan Jerambah Besi Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI saat berada di pasar getah 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Harga karet tidak kunjung membaik sejak beberapa tahun terkahir membuat petani mengeluh mengapa harganya tidak sebagus dulu yang pernah mengantuk angka di atas Rp 20 ribu per kilo.

Saat ini, harga karet dihargai kisaran Rp 5 ribu per kilo dan harganya fluktuatif tidak jauh dari harga tersebut.

Harga yang tidak kunjung membaik ditambah kondisi pandemi saat ini membuat sebagian petani melakukan peremajaan karet agar bisa tetap bertahan.

Curi Motor Kawasaki Ninja, Warga OKU Timur Ini Preteli Motor Curiannya Untuk Dijual di Medsos

Menjawab keluhan petani tersebut, Sekretaris Ekslusif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Dr Nur Ahmadi, mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi harga karet yakni harga minyak dunia juga nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Selain itu harga karet juga ditentukan oleh Arga dunia bukan oleh pengusaha, perusahan atau petani.

Sedangkan Indonesia, harga karet berpatokan dengan Singapura komoditi atau sikom yang harganya selalu update setiap hari dan bisa dipantau online.

Kendaraan Besar Mulai Keluar, Kendaraan Pribadi Sebaiknya Hindari Jalan Alamsyah Ratu Prawira Negara

Harga karet dunia juga dipatok berdasarkan dolar yang dikurskan ke rupiah.

Nilai tersebut adalah harga karet bersih siap ekspor atau Standar internasional Rubber (SIR) atau standar karet ekspor dengan kualitas 100 persen karet.

Harga karet itu kemudian dikurangi biaya produksi Rp 3500 per kilo karet dan dikalikan dengan kadar karet yang dijual petani ke perusahaan maka itulah harga karet yang berlaku di petani.

Serma Sudarsono, Babinsa Koramil Sukarami Keliling Pangkalan Ojek Ingatkan Masker

"Kadar karet yang dijual petani ke pabrik (bokar) itu maksimal 45 persen atau banyak sudut sehingga kalikan saja harga internasional dengan kadar karetnya, sehingga wajar jika harga karet saat ini di bawah Rp 10 ribu per kilo," ujar Nur ketika menjadi narasumber live talk Sumsel Virtual Fest Karet Ditebang Sayang, Rabu (16/9/2020).

Dia mengatakan harga karet petani (bokar) juga ada tingkatkan dan berbeda harganya.

Ada yang disimpan atau Minggu, dua Minggu bahkan satu bulan.

Harga karet satu minggu dengan harga karet satu bulan jelas harga bokar yang disimpan satu bulan kuah lebih mahal dibanding bokar satu minggu karena airnya sudah susut dan kadarnya juga lebih baik.

Nur mengatakan, selama ini petani menganggap harga karet internasional itulah harga karet ruang dijual ke pabrik. Anggapan itu salah.

Babinsa Koramil Sukarami Serda Bimbi: Terima Kasih Bu Finda Sudah Membantu Warga Kami

Sementara itu Kepada Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Sumsel, H Rudi Arpian SP MSi, juga mengamini masalah yang dihadapi petani beragam salah satunya harga karet murah.

Dia mengatakan harga karet saat ini Rp 5-6 ribu per kilo, pasal idealnya harga karet minimal Rp 12 ribu per kilo.

Masalah lain yang dihadapi petani yakni panjangnya mata rantai pemasaran karet dari petani hingga pabrik sehingga membuat harga jual tingkat petani rendah karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang besar dijual ke pabrik.

Produksi karet juga rendah 1.200 kg per hektare, padahal idealnya 1.800 kg per haktare.

CSR PTBA Gelar Pelatihan Sampah Jadi Kompos, Diikuti 11 Ibu Rumah Tangga Dari SIBA Rosella

Belum lagi kadar karet rendah dan kelembagaan yang rendah karena baru terbentuk 267 UPPB dari target 2330 desa potensial karet.

"Sumsel daerah terbesar di Indonesia yang memiliki kebun karet mencapai 1,3 juta hektare kebun karet yang tersebar di seluruh Sumsel," ujarnya.

Data tersebut 860 hektaran karet produktif, 145 hektare karet tua atau rusak dan sisanya 330 hektare karet belum menghasilkan.

Berdasarkan data statistik perkebunan 2019, luas lahan karet di Sumatera Selatan diusahakan oleh 590.502 KK atau lebih 30%  penduduk Sumsel, namun saat ini harga  tidak bersahabat.

Harga karet rendah membuat petani mengubah lahan menjadi kebun komiditas lainnya sehingga banyak karet yang diremajakan.

Viral Video Sanggahan Kasus Positif Covid-19 Pasien 013 Pagaralam, Gugus Tugas Angkat Bicara

Dinas perkebunan Sumsel mencatat 250 hektare peremajaan karet kebun rakyat tahun 2019 di sejumlah kabupaten kota di Sumsel dengan rincian:

1. Kabupaten Banyuasin 150 Ha

2. Kota Prabumulih 100 Ha

Tahun 2020 Peremajaa Karet Rakyat sebesar 1.250 Ha antara lain di :

1. Kabupaten Ogan Ilir 200 Ha

2. Kabupaten Muratara 200 Ha

3. Kabupaten OKU 200 Ha

4. Kabupaten PALI 200 Ha

5. Kabupaten OKU Timur 200 Ha

6. Kabupaten Banyuasin 250 Ha

Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved