Gapkindo Sumsel Beberkan Sebab Harga Karet di Sumsel tak Kunjung Membaik, Pandemi Bukan Satu-satunya
Harga yang tidak kunjung membaik ditambah kondisi pandemi saat ini membuat sebagian petani melakukan peremajaan karet agar bisa tetap bertahan.
Dia mengatakan harga karet saat ini Rp 5-6 ribu per kilo, pasal idealnya harga karet minimal Rp 12 ribu per kilo.
Masalah lain yang dihadapi petani yakni panjangnya mata rantai pemasaran karet dari petani hingga pabrik sehingga membuat harga jual tingkat petani rendah karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang besar dijual ke pabrik.
Produksi karet juga rendah 1.200 kg per hektare, padahal idealnya 1.800 kg per haktare.
• CSR PTBA Gelar Pelatihan Sampah Jadi Kompos, Diikuti 11 Ibu Rumah Tangga Dari SIBA Rosella
Belum lagi kadar karet rendah dan kelembagaan yang rendah karena baru terbentuk 267 UPPB dari target 2330 desa potensial karet.
"Sumsel daerah terbesar di Indonesia yang memiliki kebun karet mencapai 1,3 juta hektare kebun karet yang tersebar di seluruh Sumsel," ujarnya.
Data tersebut 860 hektaran karet produktif, 145 hektare karet tua atau rusak dan sisanya 330 hektare karet belum menghasilkan.
Berdasarkan data statistik perkebunan 2019, luas lahan karet di Sumatera Selatan diusahakan oleh 590.502 KK atau lebih 30% penduduk Sumsel, namun saat ini harga tidak bersahabat.
Harga karet rendah membuat petani mengubah lahan menjadi kebun komiditas lainnya sehingga banyak karet yang diremajakan.
• Viral Video Sanggahan Kasus Positif Covid-19 Pasien 013 Pagaralam, Gugus Tugas Angkat Bicara
Dinas perkebunan Sumsel mencatat 250 hektare peremajaan karet kebun rakyat tahun 2019 di sejumlah kabupaten kota di Sumsel dengan rincian:
1. Kabupaten Banyuasin 150 Ha
2. Kota Prabumulih 100 Ha
Tahun 2020 Peremajaa Karet Rakyat sebesar 1.250 Ha antara lain di :
1. Kabupaten Ogan Ilir 200 Ha
2. Kabupaten Muratara 200 Ha
3. Kabupaten OKU 200 Ha
4. Kabupaten PALI 200 Ha
5. Kabupaten OKU Timur 200 Ha
6. Kabupaten Banyuasin 250 Ha