Berita Pagaralam
Kisah Nely, 26 Tahun Jadi Pengawas Proses Pelayuan Daun Teh di Pabrik Teh Gunung Dempo Pagaralam
Nely berangkat bekerja malam hari sekitar pukul 19.00 hingga proses turun layu selesai sekitar pukul 23.00 atau jika sedang banyak daun teh, dia bisa
Penulis: maya citra rosa | Editor: Sudarwan
Kota Pagaralam, Sumsel terkenal dengan perkebunan teh yang sangat luas.
Diolah langsung oleh satu-satunya perkebunan teh terbesar di Sumsel, bercita rasa khas dan 100 persen berbahan alami tanpa pengawet dan campuran apapun.
“Kalau teh lain itu seperti ada campuran melati, kalau teh hitam ini asli tanpa campuran apapun, karena memang pengaruh suhu udara dan geografis perkebunan teh yang berada di kaki Gunung Dempo,” ujar Nely yang bersuamikan orang Yogyakarta tapi kelahiran Pagaralam dan bekerja sebagai petugas keamanan di perusahaan tersebut.
Teh hitam asli dari kaki Gunung Dempo ini ternyata kurang terkenal di dalam negeri, namun dikirim luar negeri, beberapa negara di Asia, hingga sejumlah negara di Eropa.
Dari data yang dihimpun, perkebunan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1929 ini berada di ketinggian 1000-1900 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2500-3000 mm.
Juga suhu udara yang berkisar 15-26 derajat celsius dengan kelembaban udara antara 60 hingga 80 persen, sehingga dapat menghasilkan teh hitam Gunung Dempo hingga ribuan ton setiap tahunnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palembang/foto/bank/originals/nely-mandor-atau-pengawas-wethering-through-wt-atau-proses-pelayuan-daun-teh.jpg)