Berita Palembang
Selama Dua Pekan Kasus Konfirmasi Positif di Sumsel Meningkat 2 Persen, Ada Kaitannya dengan PSBB
Menurut Iche, dua pekan sebelumnya atau pada periode akhir Mei sampai pertengahan Juni lalu kasus positif Covid-19 sempat turun 44 persen.
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Pakar Epidiomologi sekaligus juru bicara penanganan Covid-19 di Sumsel, Iche Andriany Liberty menyebutkan berdasarkan analisis epidemiologi yang dilakukan dalam periode dua mingguan menunjukkan bahwa selama dua pekan ini ada peningkatan kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumsel sebesar 2 persen.
Padahal, menurut Iche, dua pekan sebelumnya atau pada periode akhir Mei sampai pertengahan Juni lalu kasus positif Covid-19 sempat turun 44 persen.
Peningkatan kasus ini tentu ada kaitannya dengan masa PSBB yang diterapkan di kota di Sumsel sudah berakhir.
"Peningkatan kasus ini karena pencabutan PSBB. Masyarakat sudah hampir lepas kontrol, bahasa saya begitu, imbauan penggunaan masker dan tidak berkerumun masyarakat rasanya sudah mulai kendor," jelas Iche, Selasa (30/6/2020).
Dia mengatakan, peningkatan kasus positif Covid-19 ini memang akan berimplikasi pada nilai atau angka Reproduction Number (Rt). Sewaktu PSBB diberlakukan angka Rt sempat di bawah 1 atau 0,99 persen selama tiga hari 0,99.
"Tetapi naik lagi sekarang di atas 1. Untuk Palembang per 26 pun masih Rt di 1,02. Rt untuk new normal syaratnya kurang dari 1 itu pun harus selama dua Minggu," katanya.
Iche menerangkan, kebijakan PSBB sebenarnya mengikuti kebijakan dari pusat karena bisa diusulkan kembali oleh daerah yang akan memberlakukannya.
• Lolos dari Kejaran Polisi, Pelarian Residivis Narkoba di Jambi Terhenti Setelah Tabrak Nisan Kuburan
• Kapolda Sumsel Hadiri Apel Kesiapan Personel dan Peralatan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
• Jembatan Gantung di Desa Jagaraga OKU Selatan Darurat, Warga Kebingungan Keluarkan Hasil Panen
"Tetapi dari sisi epidemiologi jika terjadi atau didapatkan puncak atau banyak kasus konfimasi positif maka akan direvisi atau PSBB kembali (diberlakukan)," tambah Iche.
Dia pun berharap, ketika saat ini PSBB sudah tidak diberlakukan lagi atau yang disebut dengan tahap penegakan disiplin protokol kesehatan, masyarakat tidak lengah, harus tetap waspada, tetapi tidak terlalu cemas.
"Karena masyarakat kita tidak semua disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Seluruh masyarakat harus saling menegur jika ada yang tidak menerapkan protokol kesehatan," ujarnya lagi.
Apalagi, bulan depan telah memasuki masa tahun ajaran baru sesuai aturan menteri pembukaan sekolah harus berhati-hati, bertahap dan tidak terburu-buru karena sektor ini melibatkan generasi muda.
"Jadi kita tidak boleh terburu-buru harus dengan tahapan prakondisi dan timing yang tepat. Tidak hanya untuk perguruan tinggi saja, pendidikan level menengah apalagi untuk SD dan PAUD untuk pesantren karena tinggal bersama di asrama," lanjutnya.
Iche menilai, sekolah akan menjadi tempat berkumpul dan bisa jadi masalah jika terjadi kasus baru terlebih bila terbentuk klaster penularan baru.
"Jadi, harus sangat hati-hati dipersiapkan dahulu protokol kesehatan, kesiapan sekolahnya." kata dia.(mg3)