Virus corona
Mengapa Pasien Covid-19 Menginfeksi Banyak Orang dan Ada yang Tidak?
Virus corona bisa menular dengan sangat cepat. Bermula dari satu orang yang terinfeksi, kemudian menyebar ke orang-orang yang ada di sekitarnya.
Aktivitas seperti kelas zumba juga lebih berisiko dari pada kelas pilates. Ini yang terjadi di Korsel di mana kelas zumba menjadi klaster penularan.
"Mungkin bernapas dengan tenang dan pelan tidak jadi risiko, melainkan pada kegiatan yang menghasilkan napas berat dan dalam, atau napas cepat dan berteriak," kata Althaus.
Kecepatan virus menginfeksi juga berperan penting dalam proses penularan. Virus corona penyebab Covid-19 diketahui mampu melakukan penularan dengan waktu singkat.
Alissa Eckert dan Dan Higgins, ilustrator dari Centers for Disease Control and Prevention, diminta untuk membuat ilustrasi virus corona yang mampu menarik perhatian publik. (the new york times)
Perlu antisipasi risiko penularan superspreading
Faktor-faktor yang memengaruhi risiko penularan Covid-19 melalui superspreading ini harus diantisipasi oleh negara-negara yang sudah berhasil menekan tingkat kasus baru. Jika tidak, maka sia-sia semua usaha sebelumnya yang sudah dikerahkan.
Seperti yang sempat terjadi di Korea Selatan. Setelah berhasil menekan jumlah kasus, pemerintah melonggarkan aturan menjaga jarak pada awal Mei lalu, ternyata ada seorang pria yang positif Covid-19 yang mengunjungi beberapa kelab.
Hasilnya, terjadi penambahan 170 kasus baru usai melakukan tes pada ribuan orang yang berkaitan dengan pria tersebut. Superspreading kembali membuat lonjakan kasus di Korea Selatan.
Oleh sebab itu, penting untuk mempelajari klaster Covid-19 supaya bisa langsung menyasar target penyebaran dan memutus mata rantai. Namun sayangnya, tak semua negara punya data yang terperinci mengenai penelurusan kontak (contact tracing) terkait pasien Covid-19.
Hal ini juga yang pada akhirnya membuat pemangku kebijakan memilih untuk melakukan penutupan wilayah (lockdown). Sulit untuk mendeteksi tempat-tempat transmisi, sehingga lebih baik menargetkan penutupan wilayah secara luas.
Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:
Memang, malakukan penelusuran kontak juga cenderung bias karena orang umumnya akan lebih mengingat kunjungan ke event besar. Misal, dia lebih ingat pernah menghadiri pertandingan bola ketimbang pernah potong rambut di salon.
Kondisi ini membuat untuk mencari klaster terperinci jadi susah. Alhasil, klaster lebih besar yang didapatkan.
Belum lagi, pemberitaan lebih suka menyoroti klaster penularan yang memiliki sudut pandang sosial menarik, seperti di penjara. Jadi menutupi adanya kemungkinan klaster lain yang juga harus diperhatikan.
Kelompok asitomatik, orang yang terinfeksi tanpa gejala tetapi tetap menularkan kepada orang lain, bahkan mungkin lebih terlewatkan.
Menelusuri kontak juga bisa dilakukan dengan mengungkapkan informasi pasien yang menjadi asal penularan dari sebuah klaster, kemudian memaparkan informasi pribadi seputar aktivitas pribadinya.
"Memahami proses ini (klaster) akan meningkatkan pengendalian infeksi, dan itu akan meningkatkan kesempatan hidup kita," kata Fraser. (Science Magazine)
Penulis: Yohana Artha Uly
Berita Ini Sudah Diterbitkan di Situs https://www.kompas.com/sains/ dengan Judul:
Kenapa Pasien Covid-19 Menginfeksi Banyak Orang dan Ada yang Tidak?
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:
