Bisa Stres 2 Bulan di Rumah, Perempuan di OKU Timur Ini Obati Kejenuhan dengan Hunting Baju Lebaran
Beberapa hari terakhir nuansa lebaran di wilayah Bumi Sebiduk Sehaluan cukup tinggi, apalagi ketika menjelang lebaran yang tinggal hitungan hari.
SRIPOKU.COM, MARTAPURA - Euforia menjelang hari raya Idul Fitri, meski di tengah pandemi Covid-19 atau Virus Corona, cukup dirasakan selama beberapa hari terakhir di Kabupaten OKU Timur.
Jika sebelumnya banyak masyarakat selama berpuasa lebih memilih untuk berada di dalam rumah dan menerapkan social distancing, belakangan ini sebagian warga memilih keluar untuk membeli kebutuhan lebaran di sejumlah pasar tradisional.
• 13 Tahun Menduda, Ariel Ungkap Alasan Belum Mau Menikah Lagi, Hunian Mewah Musisi Tampan Ini Disorot
Beberapa hari terakhir nuansa lebaran di wilayah Bumi Sebiduk Sehaluan cukup tinggi, apalagi ketika menjelang lebaran yang tinggal hitungan hari.
Hal ini terlihat dengan pasar dan pusat pertokoan yang mulai ramai, salah satu contoh di Pasar Gumawang BK 10.
Terlihat beberapa lapak diserbu para pembeli, seperti lapak penjual jajanan khas lebaran hingga penjual baju.
Sudah seperti tradisi bagi semua orang setiap lebaran wajib membeli baju untuk lebaran, meski tak semua setuju apalagi di kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Sari (24) salah satu pengunjung Pasar Gumawang yang hendak membeli baju untuk kebutuhan lebaran.
"ini cuma beli beberapa baju,nanti langsung pulang, ini juga untuk ngilangin bosen di rumah hampir 2 bulan" ungkapnya.
• Pemecatan 109 Tenaga Kesehatan RSUD Ogan Ilir di Tengah Covid-19, Komisi IV DPRD: Ada Apa Ini
Menurutnya selama mengikuti anjuran, seperti menggunakan masker dan tidak melakukan kontak dengan sekitar, akan mengurangi resiko terinfeksi Covid-19.
Saat Tribunsumsel.com mewawancarai memang ia tidak membenarkan tindakannya tersebut.
"Bisa stres kita kalo di rumah terus, lagian juga gak sering ini kita keluar, kita juga takut terpapar dan apa lagi pemeberitaan di media banyak tenaga medis banyak yang gugur, kita juga turut berduka" kata Sari.
Ia juga mengatakan dua bulan di rumah terasa sia-sia.
Lantaran diluar sana masih banyak masyarakat yang tingkat kesadarannya masih rendah.