Liputan Eksklusif
Kalah Bersaing dengan Masker Kain, Penimbun Masker Gigit Jari
Tak lagi dicarinya masker kesehatan itu, sejak pemerintah memberitahukan bahwa bagi yang tidak sakit cukup menggunakan masker kain.
PALEMBANG, SRIPO -- DN (26), seorang pelaku penimbun masker di kota Palembang tengah meradang. Ia dan para pelaku penimbun masker pun terpaksa gigit jari, lantaran masker kesehatan yang telah ditimbun sejak munculnya pandemi virus corona atau Covid-19 tak bisa lagi dijual dengan harga mahal.
Tak lagi dicarinya masker kesehatan itu, sejak pemerintah memberitahukan bahwa bagi yang tidak sakit cukup menggunakan masker kain. Sehingga warga pun berlomba membuat sendiri atau menjual masker dari beragam jenis kain dan bentuk. Imbasnya, warga pun tak lagi memburu masker kesehatan yang harganya sangat mahal dari biasanya.
Puluhan kotak masker yang telah ia timbun pun kini mau tidak mau dijualnya seharga Rp 150 ribu, harga modal saat beli.
Harga tersebut jauh menurun dari saat kelangkaan masker saat heboh virus corona. Dimana untuk satu kotak masker medis beragam merk ia jual seharga Rp 400-500 ribu.
• Jubir Covid-19 Tak Bosan Ingatkan Pentingnya Pakai Masker, Tapi Per 10 Mei 2020 Sumsel Nihil
"Barang masih banyak di rumah, semenjak masker tak lagi langka, jualan masker hanya balik modal," katanya.
Ia menjelaskan, masker yang berhasil ia timbun didapatkan dari sejumlah agen toko alat kesehatan, apotek dan situs jual beli online pada saat virus corona belum begitu booming. Memanfaatkan momentum tersebut ia berhasil membeli masker dengan harga yang sangat murah kisaran Rp 100-150 ribu untuk satu kotak masker berisi 50 pcs.
Untuk penjualan, diakui DN ia memasarkan masker yang telah ditimbun melalui dunia maya baik melalui sosial media facebook, instagram, hingga market place. "Untung saya bisa sampai 5 kali lipat. Beli di online jualnya juga online. Tetapi sekarang saya bingung bagaimana lagi mau dapat untung karena masker tak lagi langka," jelas DN.
• Polsek Pagaralam Utara Berlakukan Kawasan Wajib Pakai Masker
Sementara RE, pelaku penimbun masker lainnya, mengaku satu karton masker berisi 50 lembar ia beli seharga Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Kemudian ia memasarkan melalui online dengan harga Rp 300 ribu - Rp 500 ribu. Selain itu, ia juga menjual cairan antiseptik tangan ukuran 500 mililiter seharga Rp160 ribu per botol, dari yang biasanya Rp40 ribu per botol.
"Waktu masker langka kemarin enak berjualan. Sebulan bisa dapat omzet jutaan rupiah. Sekarang kami gigit jari, barang masih banyak harga masker sudah murah," jelasnya.
Dengan kondisi harga masker yang sudah stabil dan tak lagi langka, mau tak mau ia mengaku harus menjual masker simpanannya dengan harga normal di pasaran.
• Tak Pakai Masker Kini Dikarantina di Gedung PGRI, Intip Perbedaannya dengan Asrama Haji
"Sekarang jualnya lewat facebook saja, tawarin ke teman-teman dengan harga miring," tuturnya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Supriadi memperingatkan pihak terkait untuk tidak mencoba-coba menaikkan harga atau menimbun masker atau handsanitizer. Apabila kedapatan, pelaku maka akan dikenakan sanksi seberat beratnya.
Diakuinya, Polda Sumsel melalui bidang Ditreskrimsus telah membentuk tim dan telah bekerjasama untuk penanganan kelangkaan masker di Sumsel.
"Kita sudah membentuk tim khusus. Kalau ada kedapatan menimbun masker akan dikenakan sanksi pidana," tegasnya.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tidak panik dan mengikuti aturan dinas kesehatan. Dengan sikap dewasa masyarakat yang tidak panik dengan memborong masker dan handsanitizer dapat meminimalisir kelangkaan yang di monopoli oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dari situasi virus corona saat ini.