Virus Corona di Sumsel

Wawancara Walikota Ridho Yahya: Prabumulih Siap Lockdown, Siapkan Sembako Sampai 3 Bulan ke depan

Karena warga menghendaki demikian, pak wali kalau warga kita tidak boleh masuk kabupaten tetangga maka kita demikian juga.

Editor: Hendra Kusuma
TRIBUN SUMSEL/EDISON
Wako Prabumulih Ridho Yahya 

RY : Jadi begini, Prabumulih sudah sejak 3 tahun lalu. Kalau dulu kita khitanan dari rumah ke rumah, dua tahun ini kita pelayanan kesehatan dari rumah ke rumah, jadi warga kita tidak perlu datang ke puskesmas dan rumah sakit tapi dokter yang akan datang ke rumah cukup telpon 119. Kalau harus diinfus juga dirumah kecuali penyakitnya parah baru dikirim ke rumah sakit, jadi moto Prabumulih Prima itu ya benar-benar diterapkan untuk pelayanan masyarakat.

TS : Backgroundnya apa, apa karena anak bapak dokter ?
RY : Tidak juga tapi kita berusaha jangan hanya semboyan melayani tapi diterapkan. Bukan hanya itu saya tiap subuh sudah menerima tamu artinya itu konsekuensi memberikan terbaik untuk masyarakat kita.

TS : Dakam kondisi pandemi corona ini berarti 119 akan sangat bermanfaat ya ?
RY : bener sekali, saya bersyukur punya 119 sudah aktif dari 2 tahun lalu bahkan melayani warga nelpon jam 2 malam maupun jam 1 malam, ini gratis tanpa biaya dan kalau petugas bicara kasar serta meminta pungutan maka bisa langsung melapor ke saya untuk dievaluasi jadi suatu benar-benar diterapkan. Masalah rumah sehat kita siapkan rumah sakit dan rusunawa, namun kami berharap kosong tanpa corona dan warga menginginkan di ODP Center Jakabaring.

TS : Ada berapa dokter disiapkan Pemkot Prabumulih untuk 119 ?
RY : Jadi 119 itu tersendiri dibawah dinas kesehatan dan ditiap rumah sakit daerah dsn swasta disiapkan, ada juga puskesmas ada dua tidak fasilitas kesehatan itu yang khusus Corona yang dilengkapi fasilitas dan APD.

TS : pak dengan masuknya Prabumulih zona merah, ini bapak pasti tidurnya berkurang

RY : saya harus tenang dan waspada, jangan sampai saya sakit nanti bagaimana keluarga saya. Saya ajarkan kepada warga pola hidup sehat sehingga imunitas lebih kuat lagi. Makanya saya harus tenang dan jaga kesehatan, karena segelisah saya tidak boleh ditunjukkan ke warga saya supaya walikota saja tenang dan kita harus tenang. kalau kita tenang penyakit juga kemungkinan tidak datang. Kepala daerah harus optimis kalau pesimis gawat.

TS : Apa langkah-langkah bapak dalam mengatasi covid-19 ini ?
RY : Kita ada langkah yang tentunya harus sejalan, dibidang kesehatan kita turun kelapangan melakukan sosialisasi cuci tangan, pakai masker, disampaikan dari rumah ke rumah oleh seluruh OPD dan petugas kesehatan kita. Lalu kita totalitas membagikan masker sebanyak 37 ribu door to door ke rumah warga, memang masih kurang tapi saya bangga karena ini semua sumbangsih dari kepala dinas jadi setiap kepala dinas kumpulkan masing-masing 1000 dan ini ada para kepala sekolah meminta agar jangan kepala dinas saja tapi kepala sekolah ingin berbuat juga jadi mereka mengumpulkan juga dari TK, SD dan SMP se kota Prabumulih. Kemudian juga kita APD sudah datang kiriman 600 unit, masker N95 dan lainnya sudah kita didistribusikan semua ke rumah sakit, puskesmas dan 119.

Kita juga dapat 80 rapid test dari gubernur sudah kita manfaatkan semua, tenaga medis, keluarga dan terpapar semua di rapid test. Kita pesan 4000 rapid test dan sudah datang nanti kita akan lakukan tes kepada terpapar. Jadi warga merasa ragu ada gejala silahkan telpon 119 nanti mereka akan datang ke rumah untuk dilakukan rapid tes. jadi tidak dikumpulkan tapi datang ke rumah. pelayanan prima itu jadi utama kita.

Untuk petugas medis sudah kita siapkan insentif dari sebulan lalu jadi sudah lama, insentif kita sudah kami naikkan 3 kali lipat dari pertama. Tim medis juga kita siapkan kamar hotel untuk mereka istirahat,dan itu diberikan hotel Grand Nikita gratis untuk tim medis. itu bidang kesehatan.

Bidang non kesehatan tentu ada dampak juga. Kita memerintahkan warga jangan keluar rumah tapi mereka datang ke rumah dan menyampaikan pak wali saya mau dirumah tidak keluar tapi kalau saya tidak keluar bagaimana angsuran ojek saya, makan anak istri saya bagaimana, jangan nanti saya meninggal karena korona tapi karena kelaparan, itu kata warga.

Makanya pemerintah menyiapkan 16 ribu sembako terdiri dari 20 kg beras, 2 dus mie dan 1 botol kecap ke tiap penerima. Jika ini sudah dibagikan maka kita bisa efektif meminta masyarakat diam dirumah.

Saya juga telah membuat surat ke gubernur tentang kiranya para tukang ojek dan lainnya dipermudah dalam mencicil kreditan baik motor maupun lainnya karena ini juga masalah.

TS : Pabrik karet tidak menerima hasil dari Prabumulih, kabarnya karet hasil Prabumulih ditolak, bagaimana itu pak ?
RY : Saya sudah sampaikan ke gubernur dan sampaikan ke pihak pabrik kenapa main tolak menolak, ini yang membuat warga makin resah, oke mereka menolak dari Prabumulih tapi otomatis mereka jangan lewat Prabumulih juga. kalau warga saya tidak boleh keluar maka orang luar jangan lewat, jangan belanja dan lainnya di Prabumulih tapi kasian karena ada warga 7 kabupaten lewat Prabumulih, kasian juga mereka tidak bisa lewat.

Makanya saya mohon kepada kabupaten-kabupaten lain jangan juga melarang warga kota Prabumulih masuk.

TS : Pak apakah bapak akan menerapkan PSBB seperti yang diterapkan di Jakarta mengingat Prabumulih zona merah ?
RY : jadi gini, saya tetap berkoordinasi dengan gubernur sebenernya kalau warga kami tidak boleh keluar maka otomatis saya izin pak gubernur akan terapkan (PSBB). Jadi jangan berat sebelah, kami dak boleh keluar dan orang masuk boleh, tidak boleh seperti itu. Kami menunggu pak gubernur sepanjang warga kami tidak boleh keluar.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved