Penghapusan UN di Mata Guru, Standar Kelulusan Rancu

Dengan adanya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), tenaga pendidik juga dituntut dapat memiliki kemampuan mumpuni.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Soegeng Haryadi
TRIBUNNEWS
Mendikbud Nadiem Makarim 

Ia menyebut, wakil presiden saja masih mengusulkan bahwa wacana penghapusan UN tersebut agar ditinjau ulang. Sebab, tidak mungkin begitu saja menimbulkan standarisasi ujian nasional begitu saja.

"Apakah kita begitu saja meninggalkan UN begitu saja dengan standarisasi nasionalnya," tegas Zulinto.

Terkait anggaran yang digunakan dalam ujian nasional, Zulinto mengaku untuk UN SD baru akan dianggarkan. Sementara untuk SMP itu kemarin masih ditentukan menjadi kewenangan provinsi Sumsel.

"Tahun ini ujian nasional SD baru akan kita anggarkan, SMP jadi kewenangan provinsi," ungkapnya.

Berbeda dengan Zulinto, Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Riza Fahlevi sangat mendukung kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tersebut.

Ia menegaskan, sangat mendukung penuh kebijakan tersebut. Pemprov Sumsel akan mensosialisasikan hal itu pada seluruh sekolah yang ada di Sumsel.

"Dihapusnya UN Ini kebijakan yang sangat baik, karena UN selama ini menjadi penopang lulus tidaknya siswa. Penghapusan UN ini pasti ada kajian yang sudah dilakukan dari Kemendikbud," ungkap Riza.

Menurutnya, UN seharusnya dianggap sebagai pemetaan kualitas dari pendidikan di Indonesia. Bukan menentukan kelulusan. Penentu kelulusan cukup melalui penilaian dari sekolah.

Riza menilai, wajar jika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan merdeka dalam belajar bagi guru dan siswa.

Terlebih, berdasar penilaian dan pengamatan selama ini, UN memiliki positif dan negatif. Dari hasil rakor dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, proses pembelajaran terhadap guru dan siswa dapat tercipta jika merdeka dalam belajar.

"Jika UN dijadikan penentu kelulusan, maka artinya hak guru dan siswa dirampok. Padahal standar lulus siswa itu dinilai dari karakter siswa dari awal hingga akhir masa sekolah," ujar Riza.

Senang Dihapus
Mega, salah seorang siswa kelas XI SMA Negeri di kota pempek menyambut bahagia akan dihapuskannya ujian nasional pada tahun 2021 mendatang. Dengan demikian, ia yang pada tahun depan naik kelas XII secara otomatis tidak perlu lagi pusing-pusing memikirkan ujian akhir.

"Kalau saya pribadi sangat setuju UN dihapuskan. Masa kita sekolah selama tiga tahun tolak ukur kelulusannya dari ujian akhir, itu tidak fair," katanya, Kamis (12/12).

Menurutnya, dalam pelaksanaan ujian nasional biasanya para siswa akan kelimpungan jelang memasuki masa ujian.

Belajar dari pengalamannya pada saat mengikuti ujian nasional pada saat SMP, gadis manis ini bersama teman-teman sekelasnya harus wara-wiri mencari referensi buku UN untuk belajar.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved