Objek Wisata Bukit Siguntang Palembang

Makam Raja di Objek Wisata Bukit Siguntang Disebut Menurunkan Raja Melayu di Nusantara dan Melaka

Disebutkan bahwa Bukit Siguntang Mahameru telah turun manusia setengah dewa yang menjadi moyangnya Raja-raja Melayu di Nusantara.

Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/CHAIRUL NISYAH
Makan Raja Segentar Alam yang berada di Bukit Siguntang salah satu objek wisata di Kota Palembang. 

Pada tahun 1920 dan 1928 di daerah kaki bukit ditemukan beberapa fragmen arca. 

Setelah disatukan beberapa main tersebut secara keseluruhan arca ini mempunyai tinggi 277 cm, lebar bahu 100 cm, dan tebal 48 cm, terbuat dari bahan batu Granit, terdapat Unisaha dan urna pada Dahi diantara kedua matanya, memakai jubah berlepit-lepit dan transparan. 

Arca ini diberi nama arca Buddha Siguntang.

Bukit Siguntang diidentifikasi sebagai situs keagamaan. Di situs ini telah ditemukan arca-arca Budi Budi STIS, pecahan pecahan tembikar dan pecahan keramik dari masa dinasti Tang (abad ke-7 sampai abad 10 Masehi).

Pada tahun 2014 dan 2015 dari kegiatan ekskavasi ditemukan struktur bangunan dari Bata, pecahan-pecahan keramik yang setelah dipersatukan merupakan sebuah guci yang diperkirakan dari abad ke-9 Masehi. 

Guci merupakan perlengkapan penting bagi seorang biksu. 

Biasanya seorang biksu akan membawa dua buah kendi sebagai perlengkapan, satu buah kendi berisi air untuk menyucikan dan satu lagi sebagai tempat air minum.

Pada tahun 1928 di kaki Bukit Siguntang ditemukan juga sebuah prasasti batu yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa.

Prasasti batu itu berbentuk datar, bagian yang tertulis adalah justru pada bagian Sisi yang sempit dengan ukuran tinggi 56 cm dan lebar sekitar 17 cm.

Prasasti Bukit Siguntang menceritakan sebuah peperangan yang hebat, seperti yang tertulis pada baris ke-10 yang berbunyi "Tida Tahu Pira Marvyu (ha)" yang berarti "Tidak tahu berapa yang berperang".

Kemudian pada baris ke-5 yang berbunyi "Vanak Pramiraha" yang berarti "Banyak darah yang tumpah".

Lalu baris ke-9 yaitu "Pauravirakta" yang berarti "Merah (oleh darah) penduduknya", serta "Mamancak yam praja" yang diduga berkenaan dengan peperangan itu sendiri.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved