Objek Wisata Bukit Siguntang Palembang

Makam Raja di Objek Wisata Bukit Siguntang Disebut Menurunkan Raja Melayu di Nusantara dan Melaka

Disebutkan bahwa Bukit Siguntang Mahameru telah turun manusia setengah dewa yang menjadi moyangnya Raja-raja Melayu di Nusantara.

Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/CHAIRUL NISYAH
Makan Raja Segentar Alam yang berada di Bukit Siguntang salah satu objek wisata di Kota Palembang. 

Jalan-Jalan di Objek Wisata Bukit Siguntang Yang Berada di Tengah Kota Palembang

Laporan Wartawan Wiki Sriwijaya Post, Chairul Nisyah

SRIPOWIKI, PALEMBANG - Bukit Siguntang merupakan salah satu objek wisata sejarah Kerajaan Sriwijaya yang berada di tengah Kota Palembang.

Berlokasi di Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang, Bukit Siguntang juga merupakan Situs Keagamaan di Masa Kerajaan Sriwijaya.

Dalam Bukit Siguntang terdapat sebuah galeri, dimana di galeri tersebut tertulis sejarah-sejarah mengenai Bukit Siguntang Itu sendiri.

Menurut keterangan dari Kasie Bukit Seguntang, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata  Provinsi Sumsel, Khairul S Penjalang, SH, Bukit Siguntang juga merupakan Hutan Kota.

Layaknya sebutan hutan, Bukit Siguntang menyajikan suasana hutan yang rindang, sejuk, dimana masih jelas terdengar suara serangga hutan.

Meski demikan, di dalam Bukit Siguntang telah  disediakan fasilitas umum, seperti Musola, Toilet, serta plang penunjuk arah, bagi wisatawan yang berkunjung ke Bukit Siguntang.

Ada 7 makam yang dikeramatkan di dalam Bukit Siguntang.

Dimana makan tersebut juga sering dikunjungi oleh peziarah, baik dalam kota, luar kota, bahkan dari manca negara.

Adapun makam-makam yang dikenal dengan istilah makam para raja tersebut, dijaga dan dirawat oleh Juru Kunci bernama Sulaiman

Di Bukit Siguntang juga banyak spot foto yang bisa dimanfaatkan bagi para pecinta dunia fotografer.

Selain itu, Bukit Siguntang juga sering dipilih oleh warga sekitar sebagai tempat berolahraga, joging ataupun bersepeda.

Objek Wisata Bukit Siguntang buka setiap hari pada pukul 07.00 wib sampai 16.00 wib.

Tiket masuk Bukit Siguntang hanya sebesar Rp. 3.000,- per orang dengan tarif parkir sebesar Rp. 2.000,- untuk Mobil dan Motor.

Bukit Siguntang Dalam Sejarah Melayu dan Wisata Ziarah

Makam Putri Kembang Dadar, di Objek wisata Bukit Siguntang Kota Palembang.
Makam Putri Kembang Dadar, di Objek wisata Bukit Siguntang Kota Palembang. (SRIPOKU.COM/CHAIRUL NISYAH)

Dalam kitab sejarah Melayu yang ditulis 13 Mei 1612 Masehi menyebutkan bahwa di Bukit Siguntang Mahameru telah turun manusia setengah dewa yang menjadi moyangnya Raja-raja Melayu di Nusantara.

Mereka adalah Sang Sapurba atau San Nila Utama adalah manusia setengah dewa yang turun di Bukit Siguntang Mahameru, bersama dua saudaranya yaitu Krisna Pandita dan Danila Pahlawan.

Dalam kisah sejarah Melayu juga dikenal toko gadis cantik, berambut panjang, baik budi dan penyayang.

Gadis cantik itu ialah Wan Sundari, dia putri pengusaha Palembang bernama Demang lebar Daun.

Dalam kisah tersebut Wan Sundari menikah dengan Sang Sapurba.

Tidak ada perempuan yang sanggup menjadi istri Sang Sapurba, karena setelah dinikahinya perempuan itu akan jatuh sakit akibat pengaruh kesaktian Sang Sapurba.

Dari keturunan Sang Sapurna dengan Wan Sundari, menurunkan tokoh-tokoh para penguasa kawasan Melayu, seperti Sang nila Utama di Riau Kepulauan, Tri Buawana di Tumasik (Singapura), dan Parameswara di Malaysia, pria yang diyakini berasal dari Bukit Siguntang Palembang, yang mengembara lalu mendirikan kerajaan Melaka, sebagai cikal bakal Malaysia sekarang.

Dalam sejarah Melayu juga disebut Wan Empu dan Wan Malini, dua gadis petani di kaki Bukit Siguntang yang cantik, rajin dan sakti.

Mereka adalah perempuan penyanyang lingkungan, merawat Bukit Siguntang sebagai tanah yang subur dan hunian yang nyaman.

Masyarakat Sematera Selatan sangat menghormati leluhur asalnya atau yang sering disebut "puyang".

Seluruh daerah memiliki cerita tentang Puyang.

Selangkah Lagi SFC Kembali ke Liga I, Herman Deru: Payo Wong Sumsel Kito Doake Samo-Samo

Satu Tersangka Penembakan terhadap Ahmad Sukri, Warga Sungai Pinang Ogan Ilir, Ditembak

Bandar Narkoba di Lubuklinggau Ini Ditangkap Saat Bermain Judi Barbar, Ditemukan Sabu di Rumahnya

Dalam bentuk visual Megalit "Patung Iman" di Tinggihari, Lahat, mungkin sebuah contoh sosok puyang pria pemimpin masa lalu. 

Ditandai dengan jumlah gelang kaki sebanyak sembilan buah, sebagai tanda pemimpin masyarakat tertinggi pada masanya.

Demikian juga di Bukit Siguntang menjadi wisata Ziarah yang dilakukan baik perorangan atau rombongan dengan berkunjung ke makam-makam orang Suci terkenal dan pimpinan yang diagungkan. 

Tujuannya adalah untuk mendapatkan restu, berkah, kebahagiaan dan ketentraman. 

Hal ini disebabkan karena Bukit Siguntang dikeramatkan oleh sebagian kelompok masyarakat yang percaya terhadap makan keturunan raja-raja Sriwijaya.

Ada tujuh makam yang berada di Bukit Siguntang, diantaranya adalah makam Sigentar Alam,Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Panglima Tuan Junjungan, Pangeran Raja Batu Api, dan Panglima Jago Lawang. 

Sigentar Alam merupakan sosok yang dianggap perkasa keturunan Iskandar Zulkarnain. 

Dirinya merupakan pembawa petuah yang berhasil membawa Kemakmuran dan kejayaan bagi wilayahnya. 

Tidak jauh dari makam Sigentar Alam terdapat makam Putri kembang Dadar yang dipercaya adalah anak dari sebentar alam. 

Secara etimologi nama putri kembang Dadar berasal dari tiga kata, yaitu putri yang dapat diartikan sebagai panggilan kehormatan bagi seorang perempuan. 

Sementara kembang dapat diartikan sebagai bunga, Yaitu Karunia alam yang digemari dan dikagumi oleh banyak orang. 

Sedangkan dadar bermakna ujian. 

Juru Kunci Makam Raja-Raja di Objek Wisata Bukit Siguntang Kota Palembang.
Juru Kunci Makam Raja-Raja di Objek Wisata Bukit Siguntang Kota Palembang. (SRIPOKU.COM/CHAIRUL NISYAH)

Jadi secara Harfiah, Putri kembang Dadar merupakan gelar yang di dapat diartikan sebagai putri yang dimuliakan dan dikagumi karena mampu menahan ujian dan segala macam cobaan karena kesaktiannya. 

Panglima Bagus Kuning dan panglima Bagus Karang, kedua toko ini berjasa memimpin pasukan tentara Palembang.

Demikian juga sebagian masyarakat Rumpun Melayu seperti Riau, Singapura, dan Malaysia menjadikan Bukit Siguntang sebagai tempat yang wajib dikunjungi karena leluhur mereka Sang Nila Utama, Tri Buwana, Parameswara, Wan Empu dan Wan Manili berasal dari Bukit Siguntang.

Situs Bukit Siguntang secara administratif termasuk wilayah Kelurahan Bukit lama, kecamatan Ilir Barat I, kota Palembang, terletak 5 km ke arah barat kota Palembang.

Bukit Siguntang secara geografis terletak pada ketinggian 26 m dari permukaan laut, merupakan Bentang alam paling tinggi di kota Palembang, memiliki luas 12,8 ha. 

Bukit Siguntang merupakan situs peninggalan pada masa Sriwijaya.

Pada tahun 1920 dan 1928 di daerah kaki bukit ditemukan beberapa fragmen arca. 

Setelah disatukan beberapa main tersebut secara keseluruhan arca ini mempunyai tinggi 277 cm, lebar bahu 100 cm, dan tebal 48 cm, terbuat dari bahan batu Granit, terdapat Unisaha dan urna pada Dahi diantara kedua matanya, memakai jubah berlepit-lepit dan transparan. 

Arca ini diberi nama arca Buddha Siguntang.

Bukit Siguntang diidentifikasi sebagai situs keagamaan. Di situs ini telah ditemukan arca-arca Budi Budi STIS, pecahan pecahan tembikar dan pecahan keramik dari masa dinasti Tang (abad ke-7 sampai abad 10 Masehi).

Pada tahun 2014 dan 2015 dari kegiatan ekskavasi ditemukan struktur bangunan dari Bata, pecahan-pecahan keramik yang setelah dipersatukan merupakan sebuah guci yang diperkirakan dari abad ke-9 Masehi. 

Guci merupakan perlengkapan penting bagi seorang biksu. 

Biasanya seorang biksu akan membawa dua buah kendi sebagai perlengkapan, satu buah kendi berisi air untuk menyucikan dan satu lagi sebagai tempat air minum.

Pada tahun 1928 di kaki Bukit Siguntang ditemukan juga sebuah prasasti batu yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa.

Prasasti batu itu berbentuk datar, bagian yang tertulis adalah justru pada bagian Sisi yang sempit dengan ukuran tinggi 56 cm dan lebar sekitar 17 cm.

Prasasti Bukit Siguntang menceritakan sebuah peperangan yang hebat, seperti yang tertulis pada baris ke-10 yang berbunyi "Tida Tahu Pira Marvyu (ha)" yang berarti "Tidak tahu berapa yang berperang".

Kemudian pada baris ke-5 yang berbunyi "Vanak Pramiraha" yang berarti "Banyak darah yang tumpah".

Lalu baris ke-9 yaitu "Pauravirakta" yang berarti "Merah (oleh darah) penduduknya", serta "Mamancak yam praja" yang diduga berkenaan dengan peperangan itu sendiri.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved