Anggota MPR Asal Papua Nangis Saat Rapat Paripurna, Singgung Soal Ribut Kekuasaan, Lupa Papua
Anggota MPR Asal Papua Nangis Saat Rapat Paripurna, Singgung Soal Ribut Kekuasaan, Lupa Papua
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Anggota MPR Asal Papua Nangis Saat Rapat Paripurna, Singgung Soal Ribut Kekuasaan, Lupa Papua
SRIPOKU.COM - Anggota MPR Fraksi PDI-P Dapil Papua Barat Jimmy Demanius Ijie menangis saat menyampaikan pendapatnya di Sidang Paripurna 2 MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Suasana Sidang Paripurna mendadak berubah.
Di sela-sela interupsi pemilihan Ketua MPR, muncul tangisan dari seorang anggota MPR.
Ia adalah wakil rakyat Fraksi PDI-P Dapil Papua Barat Jimmy Demanius Ijie.
Mengutip dari Kompas.com, Jimmy memprotes jalannya rapat yang bertele-tele dalam menentukan agenda pemilihan Ketua MPR di tengah berlangsungnya konflik di Papua.
"Saya melihat kita ini sedang memperlihatkan sandiwara yang tidak lucu.
Hanya berebut kursi kekuasaan di lembaga ini. Dan tidak memperlihatkan sense of crysis kita. Ada persoalan kemanusiaan yang luar biasa terjadi di Papua," ujar Jimmy sembari menangis tersedu.
Jimmy Demanius Ijie menangis saat menyampaikan pendapatnya di Sidang Paripurna 2 MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
• BREAKING NEWS: Ratusan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Berunjukrasa di Polda Sumsel
• Update Kasus Pembunuhan Cinta Segita di Lubuklinggau, Polres Limpahkan Berkas Tiga Tersangka ke PN
• Bukan Polisi atau Jaksa, Terduga Pembunuh Ini Diawasi Ketat Oleh Ibunya, UU No 11 Jadi Dasarnya
Jimmy Demanius Ijie memprotes jalannya rapat yang bertele-tele dalam menentukan agenda pemilihan Ketua MPR di tengah berlangsungnya konflik di Papua.
"Saya melihat kita ini sedang memperlihatkan sandiwara yang tidak lucu.
Hanya berebut kursi kekuasaan di lembaga ini. Dan tidak memperlihatkan sense of crysis kita.
Ada persoalan kemanusiaan yang luar biasa terjadi di Papua," ujar Jimmy Demanius Ijie sembari menangis tersedu.
• Muncul di Gunung Lawu: Meski Indah,Topi Awan Lentikular Berbahaya, Begini Cara Terbentuknya
• Mitra Tuntut Insentif Jangan Dipangkas, Gojek Jamin Pendapatan tidak Berkurang
• Herman Deru Instruksikan Setiap Perubahan Nomenklatur Disosialisasikan Secara Masif
Ia menilai interupsi demi interupsi yang muncul dalam Sidang Paripurna 2 tidak etis lantaran melupakan permasalahan di Papua, khususnya Wamena, yang tengah bergejolak.
Sebagian warga Wamena juga mengungsi ke tempat yang aman akibar kerusuhan tersebut.
Karenanya, ia meminta para anggota MPR berhenti saling menginterupsi dalam rapat tersebut dan segera memilih Ketua MPR agar keberadaannya bisa segera dirasakan masyarakat Papua.
"Kita di lembaga ini untuk bicara bangsa. Kita hanya berebut kekuasaan semata. Sementara orang Papua membutuhkan kehadiran lembaga ini. Kasihan pengungsi-pengungsi. Mereka butuh perhatian kita. Kita pilih secepatnya pimpinan MPR," kata dia diiringi tepuk tangan anggota MPR lainnya.

Dikutip dari Tribun-Medan.com, Diketahui, terjadi kerusuhan di Wamena yang berawal dari aksi unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).
Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung kerusuhan itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswa di Wamena.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto menyatakan bahwa korban tewas berjumlah 33 orang.
Pihak kepolisian sudah menetapkan lima tersangka terkait kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).
"Dari hasil pemeriksaan, lima tersangka sudah ditetapkan oleh Polres Wamena," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (30/9/2019).
Ia belum merinci lebih jauh mengenai peran kelima tersangka.
Namun, Dedi menuturkan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan para pelaku bukan berasal dari Wamena.
Saat ini, Dedi mengatakan bahwa secara umum situasi di Wamena sudah kondusif.
• VIRAL Megawati Cueki AHY dan Surya Paloh Saat Salaman, Sebab Ibu Puan Maharani Buang Muka Terungkap
• Mengenal Sosok Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Kondang Asal Banten yang Kuasai Isi Kitab Suci Al Quran
• WARNING! DPR Bisa Lakukan Pemakzulan atau Pecat Presiden Jokowi seperti Presiden keempat RI Gus Dur
10 Ribu Warga Minta Dievakuasi
Sementara itu, 10 ribu warga minta dievakuasi dari Wamena. Sekitar 2.670 sudah diangkut pakai pesawat TNI Hercules.
Komandan Lanud Silas Papare Jayapura Marsma TNI Tri Bowo Budi Santoso menyebutkan, hingga kini jumlah warga yang mendaftar mencapai 10 ribu orang.
"Sekarang yang daftar sudah sekitar 10 ribu. Ada 2.670 yang sudah diangkut ke Jayapura," ujar Bowo di Jayapura, Minggu (29/9/2019).
Dari data yang dimiliki Kodim 1702/Jayawijaya, tercatat ada 6.784 orang di Wamena yang kini tengah mengungsi.
Mereka seluruhnya sudah mendaftar untuk dievakuasi ke Jayapura.
Namun, jumlah tersebut diperkirakan akan terus berubah, karena ada arus pengungsian baru dari kabupaten di sekitar Jayawijaya.
"Dari pos-pos di sekitar pegunungan sekarang banyak menuju ke Wamena. Memang sempat ada isu bahwa di Tolikara akan terjadi gejolak juga, sehingga mereka banyak yang merapat ke Wamena," kata Bowo.
Bowo menyebutkan, kini sudah ada dua unit pesawat Hercules yang digunakan untuk mengevakuasi warga dari Wamena ke Jayapura.
Pesawat juga untuk mengirim bantuan dari Jayapura ke Wamena.
Untuk mengakomodasi seluruh pengungsi tersebut, menurut Bowo, diperlukan waktu beberapa hari, agar mereka semua bisa diterbangkan ke Wamena.
"Tentu hari ini belum selesai, mungkin 3-4 hari ke depan bisa diselesaikan," ucap dia.
Selain itu, Bowo menyebut ada 528 warga Wamena yang kini mengungsi di Jayapura.
Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kerbat di Jayapura, sehingga terpaksa tinggal di pengungsian.
"Mereka berharap ada pesawat yang bisa mengantar mereka ke Makassar dan Jawa, tapi kami sekarang fokusnya Jayapura-Wamena dulu," tutur Bowo.
• Sering Sakit Kepala Sebelah? Konsumsi 5 Makanan Ini Agar Sakit Kepala Sebelahmu Tak Kambuh Lagi
• Bukan Polisi atau Jaksa, Terduga Pembunuh Ini Diawasi Ketat Oleh Ibunya, UU No 11 Jadi Dasarnya
• WARNING! DPR Bisa Lakukan Pemakzulan atau Pecat Presiden Jokowi seperti Presiden keempat RI Gus Dur
Seperti diberitakan, kerusuhan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).
Kerusuhan tersebut tak hanya merusak bangunan dan fasilitas umum.
Kerusuhan dan bentrokan yang terjadi ternyata juga mengakibatkan korban jiwa.
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengatakan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dalam kerusuhan.
Sementara, 65 orang lainnya menderita luka-luka.
"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin.