Sejarah Berdiri Jembatan Ampera, Sebagai Ikon Kota Palembang, Jembatan Kebanggaan ‘Wong Kito Galo’
Sejarah Berdiri Jembatan Ampera, Sebagai Ikon Kota Palembang, Jembatan Kebanggaan ‘Wong Kito Galo’
Penulis: Tria Agustina | Editor: Sudarwan
Sempat Dinamai “Jembatan Soekarno”
Tidak semua orang Palembang yang lahir di atas tahun 1967 tahu bahwa Jembatan Ampera dulunya pernah dinamai “Jembatan Soekarno”.
Hal tersebut karena Jembatan Soekarno berganti nama menjadi Jembatan Ampera pada tahun 1967, beriringan dengan lengsernya pemerintahan Soekarno.
Awalnya jembatan penghubung Seberang Ulu dan Seberang Ilir Palembang tersebut dinamai Jembatan Soekarno sebagai bentuk apresiasi kepada Presiden RI pertama atas keseriusannya dalam mengusahakan pembangunan jembatan.
Namun memasuki tahun 1966, terjadi konflik politik di Indonesia, yang kemudian meruncing menjadi konfrontasi bersenjata antara PKI dengan pemerintah RI dan ABRI.
Konflik tersebut berimbas pada stabilitas keamanan dalam tubuh masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat Palembang.
Sentimen anti PKI berkembang di antara warga Palembang, terutama pasca terbunuhnya Jenderal A. Yani, Panglima ABRI yang pernah turut serta meresmikan Jembatan Ampera.
Citra Presiden Soekarno yang pada masa itu dikenal menjalin hubungan dekat dengan para petinggi PKI tak luput dari sasaran kebencian massa.
Demi meredam suasana yang keruh pada masa itu, pemerintah akhirnya mengganti nama Jembatan Soekarno menjadi ‘Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat)’, sebuah slogan yang pada masanya sering dielukan oleh Soekarno.
• Selain Menara Eiffel, 11 Icon Ini Juga Simpan Misteri Tersembunyi, No 2 Penting Tapi Terabaikan
• Siap Dilantik Hari Ini, Inilah 14 Artis yang Terpilih Menjadi Anggota DPR RI Periode 2019-2024
• Jadwal Sholat atau Waktu Sholat untuk Daerah Kota Palembang, Hari Ini Selasa 1 Oktober 2019

Struktur bangunan Jembatan Ampera
Jembatan Ampera dibangun dengan panjang 1,117 meter dan lebar 22 meter
Sementara tinggi jembatan Ampera adalah 11,5 di atas permukaan air, sedangkan tinggi menara mencapai 63 m dari tanah.
Antar menara memiliki jarak sekitar 75 meter dan berat jembatan berkisar 944 ton
Pada masa orde baru dibawah kepemimpinan walikota saat itu Eddy Santana Putra, jembatan Ampera dihias sedemikian rupa untuk menjamin di gunakan jembatan Ampera sebagai ikon utama kota Palembang.
Hal ini sangat di apresiasi oleh masyarakat Palembang dengan tujuan melestarikan warisan sejarah kemerdekaan Palembang.
Berbagai ornamen digunakan untuk menghias jembatan mulai dari lampu, dan pewarnaan.
Hingga akhirnya jembatan Ampera benar-benar menuju ketenarannya.
Jembatan Ampera sering menjadi tempat diadakannya perhelatan besar dan event ternama yang mengatasnamakan kota Palembang.
Tahun 1997, kericuhan terjadi ketika berbagai ornamen penghias dan lampu lenyap dicuri.
Sejak itulah jembatan Ampera tidak lagi dihias dengan ornamen atau pencahayaan yang mahal.
Ampera saat ini tetap dilestarikan dalam bentuk yang lain seperti renovasi warna dan perbaikan bagian jalan saja.
• Niat Puasa Senin Kamis, Ustadz Abdul Somad:Ada Terapi Kecantikan Ajaran Rasulullah 14 Abad Silam
• Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Selasa 1 Oktober 2019, Awal Bulan Waspada Asap
• Inilah 3 Manfaat Yoga untuk Pasien Penyakit Kronis

Jembatan Ampera Saat Ini
Jika dilihat saat ini jembatan Ampera semakin menunjukan perkembangannya, begitu juga dengan kota Palembang Sumatera Selatan.
Jembatan Ampera saat ini sering digunakan untuk transportasi umum yang sangat diandalkan.
Bahkan usai renovasi terakhir sekitar tahun 2007, jembatan Ampera diperkirakan masih akan kuat selama 50 tahun ke depan.
Setidaknya hal tersebut dapat menjadi kelegaan bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Palembang untuk tetap menjaga bangunan dari tindakan yang merugikan.
Perubahan tersebut sebenarnya sudah mulai terjadi sejak bagian bawah jembatan tidak lagi menjadi sarang pemukiman yang “kumuh” dan kotor.
Pemerintah setempat sangat menjaga kebersihan di sekitar tempat ini agar dapat menjadi tujuan wisata yang ikonik.
Sebagai bukti pelestarian ikon sejarah kota Palembang ini, setiap waktu tertentu diadakan berbagai event penting di sebagian sisi jembatan.
Kegiatan yang dilangsungkan di bawah temaram lampu tersebut biasanya diadakan oleh para mahasiswa atau mereka seniman yang peduli dengan nilai budaya di Jembatan Ampera.

Kegiatan di Jembatan Ampera Dikenal dengan Proyek Musi
Kegiatan yang berlangsung antara lain:
Perhelatan Seni Drama Mini
Mengenang Pahlawan
Pameran Lukisan Seniman Lokal
Kegiatan semacam itu agaknya memang penting dilakukan apalagi bagi anak muda saat ini yang harus melestarikan budaya warisan serta mengenang jasa pahlawan.
Namun, dukungan dari pemerintah setempat juga harus turun terhadap kegiatan tersebut agar dapat terlaksana dengan baik setiap tahunnya.
Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Pemerintah Kota Palembang sehingga wajar sampai saat ini Jembatan Ampera justru menjadi kebanggaan tak terhingga juga bagi Indonesia.
Jembatan Ampera yang juga dikenal sebagai proyek Musi oleh masyarakat Palembang ini sekarang semakin ramai dan berkembang serta dikelola dengan tata pencahayaan yang artistik untuk semakin menyemarakan berbagai perhelatan di kota Palembang.
Sempat tenar tahun lalu karena menjadi ikon saat gerhana matahari total terjadi di kota Palembang, Jembatan Ampera yang kini berwarna merah menyala tersebut semakin dikenal di mata dunia.