Berita Palembang

Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri!

Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri!

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Welly Hadinata
SRIWIJAYA POST/ANTON
Ilustrasi Mayat / Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri! 

"Biasa rajin belajar, kok lesu. Biasa aktif nyenyes, kok jadi pendiam.Biasanya suka terlontar bahasa kata-kata baik tulisan maupun verbal. Misalnya aku tak ada lagi gunanya hidup. Aku tidak lagi berguna hidup ini. Atau minta maaf aku banyak salah sama kamu, mungkin kita tidak akan ketemu lagi.

Kayaknya gak ada lagi jalan keluar bagi aku. Buntu. Ungkapan seperti itu sudah perlu dicurigai. Orangnya sudah mulai pendiam, di lingkungan ada kata-kata seperti itu. Baik itu disampaikan di medsos, pesan singkat. Apalagi sudah nyimpani tali; pisau. Inilah kalau orang depresi," terangnya.

Kisah Sukitman, Polisi Lolos dari Lubang Buaya Pada Peristiwa G30S/PKI, Saksi Pembunuhan Berdarah

Hari Ini BEM Seluruh Indonesia Siapkan Demo Akbar Tolak Revisi RKUHP dan UU KPK

Satia Putra, Bocah Obesitas Asal Karawang Meninggal Dunia, Begini Kronologinya, Makan Sehari 7 Kali

Sementara kalau orang gejalanya psikotik, sering tidak nampak. Paling ketawa-ketiwi, marah-marah, tapi bahasanya gak jelas. Kalau profesional bisa menggali apa halusianasinya, ngomong dengan siapa, yang diomongkan apa.

"Yang telanjang itu bisa sembuh dengan diobati. Orang kan seringkali menilai yang sudah sampai telanjang dianggap sudah parah. Karena kan gak diobati. Tidak tahu kalau itu bisa diobati. Yang telanjang itu baru salah satu jenis penyakit namanya psikotik skizoprenia.

Gejalanya ada halusinasi, ada waham (merasa dirinya orang lain). Merasa dirinya jenderal, artis, bahkan merasa dirinya Nabi. Dia yakin seyakin-yakinnya tidak bisa ditentang. Perilakunya aneh. Ngomongnya gak nyambung. Karena dia punya alam sendiri, berbeda dengan alam pikirannya indera kita. Dia seakan-akan melihat orang berbicara dengan dia. Dan dia merasa yakin itu. Sehingga seringkali dia gak sadar sudah telanjang," bebernya.

Orang ini juga tidak sadar kalau sudah berbulan-bulan tidak mandi. Tidak sadar ngomong sendiri di depan orang banyak.

Iwan mengaku pernah dinas di bangsal, dari pengalamannya melihat banyak keluarga pasien masih menolak kalau pasien ini dikatakan mengalami gangguan jiwa. Mereka masih menyebutnya kesurupan, karena masih ada di hati kecil masyarakat tidak menerima kalau anggota keluarganya mengalami sakit jiwa.

Bacaan Surah Yusuf Irama Ajam, Nahawand, & Kurdi oleh Muzammil Hasballah, Serta Syarat Menjadi Qori

Mulan Jameela Ketahuan Pura-pura Telepon Demi Hindari Wartawan, Lihat Reaksinya Saat Dipergoki

Hari-hari Terakhir di DPR RI, Fahri Hamzah Kosongkan Lemari Buku

"Masih dianggap aib, memalukan. Mereka masih merasa nyaman kalau yang sakit ini cuma kesurupan. Tidak bisa disalahkan masih berobatnya ke dukun karena kultur dulunya animisme dan dinamisme kental orang timur kenal dengan urusan spiritual.

Barat pun juga seperti itu. Jadi pola pikir kita ini sudah terjebak dulu dengan konsep seperti itu. Kalau ada kasus seperti itu, selalu nyari alibi. Ah ini kesurupan. Biasa dia ini dulu nolak lanang jadi ada yang sakit hati. Nyari alasan bahwa anakku tidak gila (diguna-guna). Cuma kesurupan bae," katanya.

Diakuinya, untuk kasus mau bunuh diri yang diberobatkan atau dikonsultasikan ke RS Erba, menurut Iwan sangat minim bahkan terbilang hampir pasti nyaris nol.

"Karena merasa contohnya aku nih ada masalah putus cintalah. Kenapa harus ke rumah sakit jiwa. La wong aku bukan gila kok. Ngapain aku ke RS Jiwa," pungkasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved