Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri!

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri!

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Masih banyaknya trend orang lari dari permasalahan mengambil cara pintas dengan mengakhiri hidup lewat bunuh diri.

Kepala Instalasi Humas dan Layanan Pengaduan Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Iwan Andhyantoro SKM MKes menjelaskan ada dua hal orang melakukan bunuh diri. Yang pertama gejala psikotik, dan yang kedua karena depresi hilang harapan.

"Sebetulnya perilaku bunuh diri dan orang yang melakukan bunuh diri bagi daya itu adalah memiliki masalah kejiwaan dan sebetulnya orang seperti ini sudah memerlukan bantuan dari pihak profesional, ahli jiwa, psikolog, psikiater. Gudangnya orang-orang dengan kompetensi profesional ini di rumah sakit khusus jiwa ini," ungkap Iwan Andhyantoro SKM MKes saat ditemui di RS Ernaldi Bahar yang berada di jalan lingkar Terminal Alang Alang Lebar Palembang.

• Inilah 20 Manfaat Luar Biasa Membaca Al Quran, Diantaranya Mendapatkan Derajat yang Lebih Tinggi

• 24 SKS di Jalan, Aliansi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang Siap Kembali Turun ke Jalan

• Ramalan Bintang - Cinta Senin 30 September 2019: Aries Ego Tinggi, Cancer Beda Pendapat

Sayangnya kata Iwan, masyarakat enggan, takut, malu, karena dihantui oleh stigma cuma mau curhat masalah kehidupan pribadi, keluarga, percintaan, ekonomi, datang ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar, nanti dicap distempel dengan kata-kata gila.

Gara-gara itu akhirnya seakan-akan pintu ini tertutup bagi mereka. Akhirnya mereka menahan sendiri atau mencari solusi yang tidak menemukan jalan keluar.

Karena biasanya dalam gangguan jiwa, orang bunuh diri itu mengalami depresi. Karena orang depresi itu sering disergap rasa sedih yang mendalam lama dan berlarut-larut.

"Kesedihan yang mendalam, seakan-akan hidup tidak berguna. Jadi buat apa hidup berlama-lama. Seakan-akan dunia ini sudah tertutup, tidak ada celah, jalan untuk mencari jalan keluar. Selain mengakhiri hidup. Orang depresi berpikiran seperti itu," kata Iwan.

Ada lagi yang namanya gangguan psikotik. Salah satu gejalanya adalah sering kali penampakannya orang yang keluyuran di jalan-jalan, kucel-kucel, telanjang-telanjang. Seringkali diserang halusinasi, bisa berupa bisikan, perintah goib yang aneh-aneh.

"Yang berbahaya itu perintah untuk membunuh diri. Misalnya dia merasa banyak sekali yang memerintahkannya untuk bunuh diri. Sementara dia tidak bisa melawan. Dia tidak sanggup melawan. Itulah uniknya penyakit ini," ujarnya.

• TERUNGKAP Hasil Otopsi Para Jenderal Korban G30S PKI, Terkuak Hal yang Selama Ini Ditutup-tutupi

• Jadwal Terbaru Rekrutmen CPNS 2019, Pendaftaran November, Seleksi Kompetensi Dasar Januari 2020

• 5 Seleb Keturunan Keluarga Raja, Ternyata Nama Syahrini tak Ada, No 3 Anak Sukmawati Soekarnoputri

Sebenarnya kalau orang-orang ini teredukasi tentang kompetensi layanan jiwa ini, mungkin akan tertolong. Terlepas dari takdir. Ikhtiar karena ilmunya ada.

Iwan menyarankan agar bagi yang membutuhkan layanan jiwa ini bisa datang atau diantar pihak keluarga ke RS Erba.

"Karena kalau untuk dijemput oleh pihak RS Erba memiliki syarat yang bersangkutan pernah dirawat di RS Erba, ada nomor registrasinya, tidak berisiko. Misalnya dia tidak membawa senjata," terangnya.

Menurutnya untuk mengenali orang yang hendak melakukan bunuh diri itu ada ciri-cirinya. Cenderung kalau dia depresi biasanya mengurung diri, menjauhi lingkungan sosial, kehilangan minta terhadap aktivitas yang biasa dilakukan.

"Biasa rajin belajar, kok lesu. Biasa aktif nyenyes, kok jadi pendiam.Biasanya suka terlontar bahasa kata-kata baik tulisan maupun verbal. Misalnya aku tak ada lagi gunanya hidup. Aku tidak lagi berguna hidup ini. Atau minta maaf aku banyak salah sama kamu, mungkin kita tidak akan ketemu lagi.

Kayaknya gak ada lagi jalan keluar bagi aku. Buntu. Ungkapan seperti itu sudah perlu dicurigai. Orangnya sudah mulai pendiam, di lingkungan ada kata-kata seperti itu. Baik itu disampaikan di medsos, pesan singkat. Apalagi sudah nyimpani tali; pisau. Inilah kalau orang depresi," terangnya.

• Kisah Sukitman, Polisi Lolos dari Lubang Buaya Pada Peristiwa G30S/PKI, Saksi Pembunuhan Berdarah

• Hari Ini BEM Seluruh Indonesia Siapkan Demo Akbar Tolak Revisi RKUHP dan UU KPK

• Satia Putra, Bocah Obesitas Asal Karawang Meninggal Dunia, Begini Kronologinya, Makan Sehari 7 Kali

Sementara kalau orang gejalanya psikotik, sering tidak nampak. Paling ketawa-ketiwi, marah-marah, tapi bahasanya gak jelas. Kalau profesional bisa menggali apa halusianasinya, ngomong dengan siapa, yang diomongkan apa.

"Yang telanjang itu bisa sembuh dengan diobati. Orang kan seringkali menilai yang sudah sampai telanjang dianggap sudah parah. Karena kan gak diobati. Tidak tahu kalau itu bisa diobati. Yang telanjang itu baru salah satu jenis penyakit namanya psikotik skizoprenia.

Gejalanya ada halusinasi, ada waham (merasa dirinya orang lain). Merasa dirinya jenderal, artis, bahkan merasa dirinya Nabi. Dia yakin seyakin-yakinnya tidak bisa ditentang. Perilakunya aneh. Ngomongnya gak nyambung. Karena dia punya alam sendiri, berbeda dengan alam pikirannya indera kita. Dia seakan-akan melihat orang berbicara dengan dia. Dan dia merasa yakin itu. Sehingga seringkali dia gak sadar sudah telanjang," bebernya.

Orang ini juga tidak sadar kalau sudah berbulan-bulan tidak mandi. Tidak sadar ngomong sendiri di depan orang banyak.

Iwan mengaku pernah dinas di bangsal, dari pengalamannya melihat banyak keluarga pasien masih menolak kalau pasien ini dikatakan mengalami gangguan jiwa. Mereka masih menyebutnya kesurupan, karena masih ada di hati kecil masyarakat tidak menerima kalau anggota keluarganya mengalami sakit jiwa.

• Bacaan Surah Yusuf Irama Ajam, Nahawand, & Kurdi oleh Muzammil Hasballah, Serta Syarat Menjadi Qori

• Mulan Jameela Ketahuan Pura-pura Telepon Demi Hindari Wartawan, Lihat Reaksinya Saat Dipergoki

• Hari-hari Terakhir di DPR RI, Fahri Hamzah Kosongkan Lemari Buku

"Masih dianggap aib, memalukan. Mereka masih merasa nyaman kalau yang sakit ini cuma kesurupan. Tidak bisa disalahkan masih berobatnya ke dukun karena kultur dulunya animisme dan dinamisme kental orang timur kenal dengan urusan spiritual.

Barat pun juga seperti itu. Jadi pola pikir kita ini sudah terjebak dulu dengan konsep seperti itu. Kalau ada kasus seperti itu, selalu nyari alibi. Ah ini kesurupan. Biasa dia ini dulu nolak lanang jadi ada yang sakit hati. Nyari alasan bahwa anakku tidak gila (diguna-guna). Cuma kesurupan bae," katanya.

Diakuinya, untuk kasus mau bunuh diri yang diberobatkan atau dikonsultasikan ke RS Erba, menurut Iwan sangat minim bahkan terbilang hampir pasti nyaris nol.

"Karena merasa contohnya aku nih ada masalah putus cintalah. Kenapa harus ke rumah sakit jiwa. La wong aku bukan gila kok. Ngapain aku ke RS Jiwa," pungkasnya.