Kisah Dokter Mangku Pasang Tarif Rp 10 Ribu Bagi Pasiennya, Tetap Semangat di Usia Hampir Satu Abad
Kisah Dokter Mangku Pasang Tarif Rp 10 Ribu Bagi Pasiennya, Tetap Semangat di Usia Hampir Satu Abad
Kisah Dokter Mangku Pasang Tarif Rp 10 Ribu Bagi Pasiennya, Tetap Semangat di Usia Hampir Satu Abad
SRIPOKU.COM - Berbuat baiklah maka kau akan memetik kebaikan dikemudian hari. Demikianlah gambaran sederhana sosok Dokter Mangku Sitepoe (84) atau yang lebih akrab disapa Dokter Mangku.
Hidup di Ibu kota, biaya berobat ke dokter biasanya relatif lebih mahal. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Dokter Mangku.
Ya, demi melayani masyarakat berpenghasilan rendah Dokter Mangku hanya memasang tarif cukup murah hanya Rp 10.000 saja.
Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Berikut ulasan sosok Dokter Mangku.
• Pelantikan DPRD Ogan Ilir Periode 2019-2024 Diwarnai Demo Mahasiswa, Protes Full Day School-Karhutla
• Inilah 10 Oleh-oleh Khas Bandung yang Bisa Dibawa Pulang
• VIRAL Foto Sepatu Jokowi Sebelum dan Sesudah Kunjungi Lokasi Kebakaran Hutan, Ini yang Dilakukannya
Dokter Mangku Sitepoe (84) adalah sosok yang mengabdikan diri untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah di Jakarta.
Setiap hari Rabu dan Sabtu, ia praktek di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pasien yang datang berobat hanya dikenakan biaya Rp 10.000.
Sebelum menjadi dokter umum, Dokter Mangku memulai pendidikannya untuk menjadi dokter hewan di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Keinginannya untuk mengobati manusia dimulai ketika setelah lulus, ia ditempatkan kembali ke kampung halamannya untuk praktek sebagai dokter hewan.
Pada saat itu, banyak sanak keluarganya yang datang dan minta untuk berobat.
Padahal, saat itu Dokter Mangku bukanlah dokter umum. Namun, dia tetap memenuhi permintaan mereka.

"Karena di sana belum ada dokter manusia, ada hanya satu. Jadi mereka berobat sama saya semua," tutur Dokter Mangku.
Awalnya, Dokter Mangku menggagas klinik pengobatan gratis bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Yohanes Penginjil pada tahun 1995.
Saat itu, pengobatan sepenuhnya gratis dan pasien tidak dikenakan biaya apa pun.