Bayi Meninggal Dunia Diduga ISPA Dampak Kabut Asap Karhutla, Ini Jawaban Dinkes Sumsel dan Banyuasin
Bayi Meninggal Dunia Diduga ISPA Dampak Kabut Asap Karhutla, Ini Jawaban Dinkes Sumsel dan Banyuasin
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Welly Hadinata
Jika terpaksa harus keluar, gunakan masker. Bagaimana menggunakan masker yang benar harus dipahami juga oleh masyarakat.
Oleh karena itu kita melakukan edukasi dan sosialisasi sambil bagi-bagi masker. Hanya untuk menginisiasi, tidak untuk mencukupi kebutuhan untuk masyarakat.
Terkait kebutuhan rumah singgah untuk warga terdampak kabut asap hingga kini menurut Lesty belum sampai ke situ.
"Sampai dengan sekarang belum ada. Kalau Kondisi yang dipantau sekarang data ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel, dari tanggal 1 sampai dengan 15 September 2019 ini fluktuatif antara baik dan sedang.
Baik itu kalau nilainya 1-50. Kalau sedang nilainya di atas 50 sampai dengan 100. Untuk dua kriteria ini masih belum berdampak terhadap kesehatan," ujar Lesty.
• Inilah 15 Tempat Wisata di Malang dan Kota Batu, Pas buat Keluarga
• Selain Baim Wong, Diam-diam 5 Artis Ini Juga Menikahi Model, Ada Menantu Mantan Presiden!
• Muba United Rekrut Mantan Penjaga Gawang Timnas U-19 Hadapi Putaran Kedua Liga 3
Terkecuali pada yang memiliki risiko tinggi yang disebabkan faktor lain. ISPA itu bisa disebabkan berbagai macam hal. Tetapi penyebab utama ISPA itu adalah virus dan bakteri. Menurutnya akan dilihat oleh tim kesehatan kabupaten/kota.
"Kalau sudah perlu dievaluasi, maka kita evakuasi. Bukan berarti evakuasi semua masyarakat, tetapi hanya person per person yang sudah memang perlu. Yang tahu itu tim kabupaten/kota terdekat. Rumah singgah ini untuk yang dekat terdampak misalnya diperlukan tentu ada keputusan secara tim, dibuat rumah singgah jika terjadi sesuatu untuk masyarakat mengungsi sebentar.
Tapi bukan seperti bedol desa. Rumah singgah itu yang bebas dari asap, ventilasinya tertutup, pakai AC, purifier, exhaust fan. Ada kesiapan obat-obatan untuk penanganan penyakit yang disebabkan oleh asap tadi menjadi parah. Contohnya harus tersedia oksigen, masker.
Rumah itu disiapkan di satu tempat yang kapan saja masyarakat di tengah perjalanan tahu-tahu asapnya tebal dia sesak bisa ke sana. Dan di situ juga disiapkan tim medisnya. Ini merupakan kerjasama dengan sektor yang lain. Tidak hanya Dinkes, ada Dinsos, dan tim karhutla.
Dinkes Sumsel sendiri pada musim kabut asap 2019 ini telah menginisiasi membagikan sebanyak 30 ribu masker yang dibagi langsung ke pengguna jalan dan sekolah-sekolah. K
emudian membantu ke Kabupaten/Kota 60 ribu. Daerah yang membutuhkan. Mereka sendiri ada stok. Kita sifatnya buffer stok.
"Stok cukuplah. Kita ajukan minta ke 100 ribu ke Kemenkes.Termasuk ngajukan bantuan oksigen. Mereka masih mengutamakan Riau dan Kalteng . Karena ISPU masih dianggap aman. Masih terpantau Kemenkes.
Hal senada juga ketika Sripoku.com mengkonfirmasi Kadinkes Banyuasin Dr H Masagus Hakim MKes.
"Kalau penyebab kematian bayi pasti, sampai sekarang rumah sakit belum mengeluarkan. Tapi kita sudah ada perkiraan dari hasil wawancara petugas yang menangani. Gangguan pernapasan akibat ISPA," tegas Masagus Hakim.
Menurutnya, belum bisa kematian bayi ini dikaitkan dengan kabut asap. Pasalnya dari data BLH beberapa hari lalu mengeluarkan informasi kondisi udara di Kabupaten Banyuasin belum mengkhawatirkan.