Bayi Meninggal Dunia Diduga ISPA Dampak Kabut Asap Karhutla, Ini Jawaban Dinkes Sumsel dan Banyuasin
Bayi Meninggal Dunia Diduga ISPA Dampak Kabut Asap Karhutla, Ini Jawaban Dinkes Sumsel dan Banyuasin
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Welly Hadinata
"Itu kan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel dalam kategori sedang. Begitu juga untuk kondisi rumah korban, kalau laporan staf kami tadi rumahnya permanen.
Untuk kemungkinan dari lingkunga juga belum ada. Hanya saja Balita itu kan rentan. Nah kalau dikatakan keluarga tersebut pakai racun nyamuk bakar, bisa saja. Hendaknya ini dikurangai supaya diganti kelambu," kata Masagus Hakim.
Dinkes Banyuasin sendiri sudah berupaya membagikan masker kepada masyarakat. Untuk obat-obatan penanganan ISPA juga masih cukup.
"Penanganannya harus ada oksigen yang masuk. Harus ditangani dokter spesialis anak. Untuk itu kita akan pantau bayi di Banyuasin. Ibu ibu juga harus jaga lingkungan untuk anaknya.Tidak membawa keluar rumah jika tidak perlu. Minum minuman hangat dan makanan bergizi," pungkasnya.
Perangkat Desa BPD Desa Talang Buluh, Agus Darwanto mengatakan, dirinya kemudian mendampingi orang tua Elsa, Ngadirun (34) dan Ita Septiana (27) ke RSUD Pratama Sukajadi Banyuasin. Petugas medis RSUD Pratama Sukajadi pun tak sangguh merawat Elsa karena tidak memiliki peralatan pembantu pernapasan sehingga dirujuk ke RS Ar-Rasyid Palembang.
“Sekitar 11.30 hari Minggu Elsa dibawa ke Ar-Rasyid, dilarikan ke IGD, dikasih bantuan sementara. Di IGD dicek dokter katanya kemungkinan kena ISPA,” ujar Agus.
Usai diperiksa, dokter kembali merujuk Elsa ke RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang karena RS Ar-Rasyid tidak memiliki alat pompa pernapasan. Namun setelah mengontak RSMH, kata dia, kamar rawat inap sedang penuh sehingga Elsa disuruh untuk menunggu.
“Selagi menunggu itu Elsa dirawat dulu di IGD Ar-Rasyid sambil dikasih perawatan alat oksigen. Saat malam, keluarga dapat kabar kalau Elsa sudah bisa dirujuk ke RSMH, akhirnya keluarga persiapan, urus administrasi. Namun sedang bersiap, Elsa nge-drop, kata dokter gagal pernapasan sampai meninggal sebelum dirujuk ke RSMH,” katanya.
Ia menuturkan, pihak keluarga tidak mengetahui penyebab pasti meninggalnya Elsa karena belum ada alat yang memeriksa Elsa. Namun sesak napas yang dialami bayi 4 bulan tersebut tidak kunjung membaik hingga Elsa mengembuskan napas terakhir.
“Dokter bilang kemungkinan ISPA, bisa bakteri, tapi tidak tahu pasti karena belum ada pemeriksaan medis pakai alat. Elsa lahir dalam keadaan normal dan sehat, tidak ada kelainan apa-apa sampai sesak napas itu benar-benar tiba-tiba,” kata dia.
Agus menuturkan, Desa Talang Buluh tempat tinggal Elsa memang dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan semenjak memasuki musim kemarau tersebut. Dirinya berujar, terdapat sekitar 800 kepala keluarga yang tinggal di desa tersebut dan seluruhnya terpapar kabut asap.
“Kita enggak tahu akibat asap atau bukan, hanya memang terasa asapnya. Musim kemarau memang selalu seperti ini, sekarang juga masih terasa. Warga lain di sini kita belum tahu ada yang sakit pernapasan juga atau tidak,” ujar dia.
Elsa rencananya akan dikebumikan di pemakaman umum terdekat pada Senin (16/9) pagi. Sementara itu, Kepala Dinkes Banyuasin, Hakim mengatakan, mendengar adanya korban diduga ISPA pihaknya pun langsung mengecek ke RS Ar Rasyid Palembang.
"Dari hasil kunjungan tim kesehatan Banyuasin, memang benar ada pasien bayi umur 4 bulan berobat ke UGD dengan diagnosa Pneumonia, dan meninggal. Pasirn sudah di bawa pulang ke rumah," katanya.
Hakim mengatakan sebelumnya kondisi darurat kabur asap yang tebal pihaknya telah memghimbau melakukan sosialisasi akan bahaya kabur asap dan pembagian masker secara gratis kepada masyarkat baik melalui puskesmas serta membagikan masker secara langsung kepada warga.
"Keadaan asap tebal ini jangan keluar rumah kalau tidak penting, dan sebaiknya memakai masker. Pihak kita Dinas Kesehatan dan perangkat siap 24 Jam untuk layani masyarakat," tandasnya.