Gugur Sebelum Terwujud, Inilah Kisah Slamet Riyadi Pencetus Terbentuknya Pasukan TNI Kopassus
Gugur Sebelum Terwujud, Inilah Kisah Slamet Riyadi Pencetus Terbentuknya Pasukan TNI Kopassus
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Karena dinilai sangat cakap, Alex Kawilarang ditunjuk menjadi instruktur pada akademi militer tersebut dan ikut bertempur melawan Jepang, bahkan ia pernah merasakan siksaan sebagai tawanan Jepang.
Pada awal revolusi Alex Kawilarang bersama sejumlah rekannya di CORO dan KMA ikut menyusun tentara keamanan rakyat di wilayah Jawa Barat.
• Polres Empat Lawang Gelar Sosialisasi UU ITE dan Deklarasi Anti Hoaks
• Download Full Album Lagu Yovie & Nuno, Band Indonesa yang Terpopuler dan Lengkap Dengan Video
• Ramalan Bintang Selasa - 10 September 2019: Aquarius Suka Berteman, Sagitarius Mulai Malas
Pada awal 1946 Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Brigade II untuk wilayah yang mencakup Cianjur, Bogor dan Sukabumi dengan pangkat Letnan Kolonel.
Dalam Agresi Belanda pertama (pertengahan 1947), Alex Kawilarang mendapat ultimatum dari Belanda untuk menyerah, akan tetapi Alex Kawilarang menjawab bahwa ia bersama rekannya lebih suka mati dari pada menyerah.
Kota Sukanegara yang menjadi markas Brigade II direbut Belanda, namun Alex Kawilarang telah membumihanguskannya terlebih dahulu.
Seiring dengan berlakunya Perjanjian Renville, Alex Kawilarang ikut pindah ke Yogyakarta.
Pada bulan Agustus 1948 Alex Kawilarang dikirim ke Sumatera untuk ikut mengadakan reorganisasi ketentaraan di sana.
Setelah penyerahan kedaulatan ia diangkat sebagai Panglima Teritorium Sumatera Utara dan berkedudukan sebagai Gubernur Militer (1950).
Alex Kawilarang kemudian ditugaskan untuk menumpas pemberontakan militer Andi Azis di Sulawesi Selatan.
Dalam operasi tersebut ia diangkat sebagai Panglima dari semua satuan (darat, laut dan udara) yang bertugas menjalankan operasi di wilayah Indonesia Timur.
Setelah pemberontakan tersebut berhasil ditumpas, Alex Kawilarang kembali ditugaskan untuk mengatasi pemberontakan RMS di Maluku dan Kahar Muzakar.
Pada bulan Nopember 1951, Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Teritorium III Jawa Barat dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pada saat inilah Alex Kawilarang mewujudkan dibentuknya Kesatuan Komando yang terlatih bertempur dalam satuan-satuan kecil yang serba bisa dan dapat diandalkan.
Alex Kawilarang pun meminta Idjon Djanbi untuk melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus, yang kini dikenal sebagai Kopassus
Sebagai Panglima Divisi Siliwangi ia terjun langsung dalam penumpasan gerombolan Darul Islam pimpinan Karto Suwiryo.
Alex Kawilarang diangkat sebagai Atase Militer di KBRI Washington hingga tahun 1957.
Ia selanjutnya mengajukan pengunduran diri karena tidak setuju dengan kebijaksanaan pemerintah pusat dalam menangani kasus Permesta.
Sejak saat itu namanya sering dicantumkan sebagai Kepala Staf Angkatan Perang PRRI/Permesta.
• 7 Slogan Keren Pasukan Militer Dunia, Indonesia Punya Kopassus Lebih Baik Pulang Nama dalam Tugas!
• Kisah Pratu Suparlan, Anggota Kopassus yang Rela Pertahankan NKRI Tumpas 83 Pengacau Seorang Diri
• Latihan Sadis! Segini Gaji Fantastis Prajurit Kopassus yang Dikenal Sebagai Pasukan Elit Mematikan
Sejarah Kopassus
Pada bulan Juli 1950, di bawah pemerintahan Presiden Pertama Soekarno timbul pemberontakan di Maluku oleh kelompok yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan).
Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu pun tak tinggal diam. Mereka mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan RMS.
Operasi itu lantas dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A.E.
Kawilarang dengan Komandan Operasi Letkol Slamet Riyadi.
Meski berhasil menumpas gerakan pemberontakan, tetap saja tidak sedikit yang menjadi korban dari pihak TNI .
Setelah melalui pengkajian ditemukanlah penyebabnya kenapa musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil seringkali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.
Ternyata taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan anggota pasukan musuh lebih tinggi, selain semangat atau perlengkapan yang lebih lengkap.
Atas dasar kesimpulan itu, Letkol Slamet Riyadi berinisiatif membentuk suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang paling berat sekali pun.

Hanya saja, Letkol Slamet Riyadi gugur dalam sebuah pertempuran sehingga cita-citanya diteruskan oleh Kolonel A.E Kawilarang.
Akhirnya, pada 16 April 1952 melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/Inst/PDS/52 terbentuklah Kesatuan Komando Teritorium III yang merupakan cikal bakal 'Korps Baret Merah' (Kopassus).
Jabatan Komandan pertama Kesatuan Komando Teritorium III dipercayakan kepada Mayor Mochammad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan bertempur dalam Perang Dunia II.
Sebelum menemukan nama Kopassus, ternyata satuan ini mengalami beberapa kali perubahan nama.
Pada 1952, tahun yang sama ketika terbentuk Kesatuan Komando Teritorium III berubah nama menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Setahun kemudian pada 1953 menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD).
Selanjutnya pada 1955 menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan menambah kualifikasi kepada setiap prajuritnya.
Sempat bertahan dengan RPKAD selama hampir sepuluh tahun. Satuan ini kembali berganti nama pada 1966 menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD).
Pada 1971 perubahan nama pun dilakukan kembali menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Hingga pada 1985 satuan ini menemukan nama yang sesuai, yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang digunakan hingga kini.