Menjelang Pilpres
Sandiwara, Fitnah, Hoax dan Propaganda
Menjelang Pilpres, ruang public semakin pengap dengan isu dan opini yang terus diproduksi secara sistematis.
Dalam menghadapi ketakutan akan bobroknya ditelanjangi, maka dicarilah Jalan untuk menyelamatkan diri.
Dan yang paling memungkinkan adalah mencari delik.
Lalu bagaimana delik itu di peroleh sehingga kritikus dan ruang public yang kritis ini bisa ditutup?
Cara pertama adalah melemparkan tuduhan-tuduhan yang serius kepada lawan politik.
Ini semacam propaganda, kalau dalam Istilah Pak Joko Widodo "Propaganda Rusia"? Propaganda apa itu?
Semua orang bingung propaganda rusia itu apa?
Setelah terverifikasi propaganda Rusia itu menurut Jokowi yaitu penggunaan tenaga Asing untuk memenangkan pemilu Presiden.
Tetapi Rusia geram, karena namanya disebutkan dengan argumentasi yang bernada tuduhan.
Tim sukses meralat, dengan menuduh Tim Prabowo sedang mengadu domba Jokowi dengan Rusia.
Coba pembaca renungkan kegilaan ini.
Tuduhan kepada Rusia keluar dari mulut Jokowi, tetapi yang dituduh adalah tim Prabowo.
Dalam ilmu propaganda, ini propaganda yang paling "norak".
Propagandis tidak akan menuduh secara vulgar, tetapi ia menggambarkan sesuatu secara samar-samar sebagai diskursus publik, lalu publik lah yang menyimpulkan sendiri.
Tapi ini aneh, lawan yang ingin dituduh tetapi negara lain yang dipojokkan.
Padahal tanpa menyebutkan secara "konfrontatif" publik bisa menyimpulkan melalui bantuan dari agitator yang menjelaskan tahap demi tahap, sehingga tuduhan itu mampu disimpulkan sebagai kebenaran.
Tapi yang namanya miskin intelektual selalu membuka borok sendiri.
Tuduhan kepada Prabowo menggunakan jasa konsultan asing, justru membobol informasi penggunaan konsultan Asing oleh Jokowi sendiri.
Ini merupakan keburukan yang sangat memalukan bagi seorang yang menganggap diri bersih, tapi bersembunyi dibalik persekongkolan sendiri.
Saya melihat dari narasi yang disampaikan, ada tuduhan serius yang ingin dilemparkan kepada Prabowo-Sandi.
Narasi itu untuk mengharapkan efek yang signifikan bagi penguatan elektabilitas.
Kemudian ia mengaku diri sebagai "korban", penyabar dan lain sebagainya.
Ketika sampai ke pembiraan public, malah justru sebaliknya, yang terbuka adalah aib dirinya sendiri.
Ia bukan penyabar, ia bukan nasionalis sejati, ia sering "meneken" kebijakan pro Asing.
Bukankah itu kebobolan komunikasi? Sekaligus memperlihatkan buruknya narasi dan cara meraup elektabilitas dari pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Sehingga pada kesimpulannya, persekongkolan demi persekongkolan akan menemukan kebuntuan ketika masuk dalam ruang public.
Maka cara komunikasi yang disampaikan pula cenderung menaikkan mutu diri dibalik kegagalan-kegagalan yang dicapai selama ini.
Sementara kegagalan itu telah menemukan kata terakhir, yaitu #2019Prabowo Presiden.
Bahkan untuk memancing simpati, cenderung ada kenekatan untuk menyampaikan hoax di depan public.
Pembebasan Ustadz Abu Bakar Baasyir merupakan bentuk terburuk dari informasi yang dianggap membohongi public.
Keluarga sudah diberi kepastian, itu keluar dari mulut Presiden, tapi-tiba ditinjau ulang.
Bahkan Kalau ingin ditanjau dari segi kebohongan, maka istilah "propaganda rusia" adalah hoax yang berbahaya.
Selain merenggang hubungan antara indonesia dalam pergaulan dengan negara yang bersangkutan, juga merusak dan merugikan citra pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Sebab dibalik itu tuduhan konsultan Asing dialamatkan ke Prabowo tersimpan tuduhan yang merusak, yaitu penggunaan cara-cara "licik" untuk memenangkan Pilpres.
Tetapi untuk sekarang, oposisi hanya bisa mendengar, sebab, tak punya kekuasaan untuk bersekongkol menjerat orang yang menuduh dan memfitnah dengan delik.
Sebagai penutup, saya ingin mensetir Kepala Agitrop Nazi, Joseph Goelbez yang mengatakan kebohongan yang diulang-ulang suatu waktu akan menjadi kebenaran.
Tetapi kebohongan yang ditangkap diruang public adalah kebohongan yang paling memalukan.
Lalu dimana ingin mencari ruang untuk berbicara?
Maka jalan yang paling mungkin adalah mencari tempat yang paling jauh untuk membersihkan dosa, nista dan kebohongan yang hina itu.
Tetapi beda, kalau rasa malu telah hilang dari dalam diri.
Segala cara, segala dusta akan terus dilakukan untuk menutupi ribuan dusta sebelumnya.
Maka kita akan lelah untuk mendengarkan jutaan dusta dan ribuan janji. Wallahualam bis shawab.
====