Darimana Angka Kemiskinan Diperoleh?
Angka kemiskinan menjadi hal yang paling seksi untuk dibicarakan bagi banyak orang apalagi jika dikait dengan politik.
Fenomena semakin banyak ditemukannya pengemis di jalanan juga menjadi indikator banyaknya penduduk yang malas, yang menggadaikan harga dirinya untuk pemenuhan kebutuhannya.
Terkait sumber daya alam (SDA), sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang terkandung banyak kekayaan alam di dalamnya, maka tidak seharusnya rakyat Indonesia banyak yang terkategori miskin.
Pengelolaan SDA yang belum cukup baik dan banyaknya kekayaan alam Indonesia yang dikelola asing turut memberi konstribusi dalam kemiskinan.
Banyaknya sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia tidak menjamin atau berbanding lurus dengan terselesaikannya masalah kemiskinan.
Sistem dan sosok pemimpin juga diperlukan dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian yang ada, kebijakan yang pro masyarakat miskin juga diperlukan untuk mengangkat mereka yang terjebak di dasar jurang kemiskinan, setidaknya mampu mengeluarkan mereka dari garis kemiskinan.
Kemiskinan menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah bangsa Indonesia, bahkan dapat dikatakan seluruh energi terkuras habis untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Kemiskinan menjadi tanda tanya besar di benak banyak orang, mengapa permasalahan ini seakan tak ada habisnya, seakan tidak ada masalah lain yang lebih besar selain kemiskinan.
Pengentasan kemiskinan harus menjadi tujuan utama dari penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa ini, karena aspek dasar yang dapat dijadikan acuan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah teratasinya masalah kemiskinan.
Miskin atau tidaknya seseorang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs approach).
Badan Pusat Statistik pun menggunakan konsep memenuhi kemampuan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan.
Melalui pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan pendekatan ini dapat dihitung pula Headcount Index, dimana dapat diperoleh persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk.
Garis Kemiskinan menjadi pembatas antara kelompok miskin dan tidak miskin.
Metode yang digunakan dalam menghitung Garis Kemiskinan (GK) menggunakan dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Garis Kemiskinan sendiri merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Non Makanan.
Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).