Asian Games XVIII
'Selamat Bertarung di Asian Games XVII', Eksplorasi dan Identifikasi Kepuasan Publik Domestik
Ditengah meriahnya HUT Kemerdekaan RI ke-73, hiruk pikuk tahapan penentuan Pasangan Capres negara oleh Para Petinggi Parpol dan Elite Kekuasaan
Negara tersebut mengundurkan diri dan ditawarkan oleh Olympic Council of Asia (OCA) kepada Indonesia, diterima serta direncanakan dilaksanakan di Surabaya Jawa Timur, sebagai Kota kedua terbesar di Indonesia.
Dengan beragam pertimbangan; seperti geografis, penyediaan lahan, pembiayaan infrastruktur olahraga, prasarana dan sarana serta upaya pemerataan pembangunan nasional, diputuskan dipusatkan penyelenggaraannya pada Dua Kota, Jakarta dan Palembang.
Setidaknya hampir sekitar 4 Tahun, persiapan pembangunan digenjot sekaligus menyedot pembiayaan yang cukup besar, untuk 2 Kota Utama yang terpisah secara kepulauan. Pendanaan proyek olahraga Kelas Asia ini, membutuhkan biaya hampir sekitar Rp 100 Triliun, fantastis memang.
Dimana sekitar Rp 70 Triliun untuk kebutuhan di Kota Palembang. Angka sebesar ini tidak semata-mata untuk pembiayaan terkait langsung pembangunan sarana atau fasilitas Olahraga event Asian Games, akan tetapi beragam sarana atau infrastruktur pendukung, seperti pembangunan jalan tol, proyek moda angkutan

Massal LRT, instalasi listrik tambahan, Fly over Bridges, Pengembangan Bandara SMB II, Jembatan Musi III (proses penyelesaian), penataan- penyempurnaan prasarana jalan, Promosi, penyelenggaraan beragam event kompetisi pra Asian Games, Event organizer, Pengamanan, Transportasi, Akomodasi, informasi Telekomunikasi, ragam Acara, HRD, dan banyak ragam kebutuhan yang cukup besar menyerap gana guna lancarnya persiapan serta penyelenggaraan Event yang mempertaruhkan wibawa pemerintah Negeri ini.
Dan Hampir Rp 30 Triliun dipergunakan untuk segala kebutuhan persiapan pelaksanan di Jakarta dan sekitarnya, terkait penyempurnaan berikut pembangunan Infrastruktur baru kebutuhan cabang-cabang Olahraga yang dipertandingkan di Jakarta juga sekitarnya.
Ada 45 negara yang berpartisipasi dalam Pesta Olahraga paling bergengsi di Asia ini, dan berkompetisi dalam 40 cabang olahraga, 33 cabor dalam olimpiade dan 7 non cabor spesifik negara-negara Asia.
Event ini melibatkan sekitar 15000 atlet, lebih dari 13000 relawan yang diliput/dipublikasikan oleh sekitar 500 Media ternama di Asia/Dunia.
Khusus untuk Kota Palembang, yang terpusat di Jakabaring Sport City dengan mempertandingkan 10 cabang Olahraga dimana ada sekitar 1800 atlit berkompetisi dengan Official Tim pendukung masing masing Negara yang diperkirakan berjumlah sekitar 3500 personal. Keputusan INASGOC menetapkan dua kota utama sebagai tuan rumah ajang pertandingan, sejatinya meningkatkan beban, resiko teknis dan Pembiayaan. Ketika pemerintah memindahkan tempat penyelenggaraan dari Surabaya ke Jakarta maupun Palembang, --secara jelas relatif jauh terpisah secara geografis kepulauannya.
Akibatnya daya upaya pemerintah dan panitia terlihat sangat menyita energi, pemikiran, pembiayaan & koordinasi yang "sangat complicated".
Bahkan, akhirnya mereduksi atau juga mengganggu kebutuhan ragam pelayanan urusan masyarakat lokal maupun domestik.
Kesibukan extra panitia yang begitu all out plus serba terburu-buru ini, acapkali menimbulkan ekses Rytme aktifitas pemerintah dan masyarakat lokal menjadi tidak stabil,terkesan berubah menjadi Proyek Ambisius tanpa mengindahkan pengorbanan yang luar biasa dari Publik Kota Palembang, dimana berharap kelak pada saat serta pasca hajat Asian Games ini, rakyat dan pemerintah daerah ini memperoleh manfaat sosial ekonomis.
Sekitar 3 Tahun keberadaan & kenyamanan Kota ini mengalami "Porak poranda", baik karena pembangunan Flyover, LRT, Jembatan Musi III, penataan Sarana & Fasilitas Olahraga, sistem telekomunikasi, Jaringan/ instalasi Energi Listrik dan air bersih, perbaikan jalan-jalan, perhotelan dan lain sebagainya.
Yang semua hal tersebut di atas nyaris hanya melibatkan pihak di luar daerah/kota ini, konsekuensinya beragam kemanfaatan ekonomi pra dan saat perhelatan didominasi oleh para yang terkait langsung dengan INASGOC serta Pemerintahan Pusat.
Artinya Pemerintah Daerah dan masyarakat hanya bisa berharap banyak pada faedah atau kemanfaatan akan kegiatan besar olahraga Asia ini Pasca usainya penyelenggaraan. Itupun bila kita mampu atau butuh atas tersedianya semua prasarana, sarana serta fasilitas yang telah terbangun di Daerah/kota ini.