Profil Lengkap Imam Samudra Anak Cengeng Konseptor Teroris hingga Video Hoax Jenazahnya Masih Utuh
Jenazah Imam Samudra masih utuh, sempat menjadi kabar menghebohkan dua hari belakangan.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM - Jenazah Imam Samudra masih utuh, sempat menjadi kabar menghebohkan dua hari belakangan.
Video yang tersebar memperlihatkan jenazah utuh. Tapi kabar itu ditegaskan hanyalah hoax.
Dikutip dari Kompas.com Mabes Polri mengungkap orang yang ada dalam video itu bukan Imam Samudra, melainkan narapidana terorisme di Rutan Gunung Sindur, Yaser bin Thamrin yang meninggal di RSUD Tangerang Selatan pada Selasa (17/7).
"Itu video dari Yaser bin Tamrin, napi teroris di Gunung Sindur," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Mohammad Iqbal, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (23/7/2018).
Iqbal kemudian menceritakan kronologi meninggalnya Yaser.
Baca: Pesan Haru Nikita Mirzani Saat Rumah Tangga Hancur & Dipandang Sebelah Mata, Netizen Sampai Sedih
Berawal pada 26 Juni 2018, saat Yaser mengeluh perut terasa panas, muntah dan lemas, sehingga tim medis memberinya obat.
Selanjutnya pada 4 Juli 2018 Yaser mengeluh keram di bagian perut dan muntah, sehingga perawat kembali memberi obat.

Melalui CCTV, pada Minggu (15/7) dini hari dilaporkan tidak terdapat aktivitas sama sekali dari Yaser sejak beberapa jam sebelumnya, sehingga petugas rutan mengecek kondisinya.
Setelah diketahui kondisi Yaser lemas, kemudian ia dipindahkan ke poliklinik agar diberikan tindakan medis.
Baca: Namanya Jadi Sorotan, Iis Dahlia Tercyduk Lakukan Hal ini dengan Teman Artisnya, Netter Makin Geram
Hasil pemeriksaan perawat menunjukkan keadaan umum apatis dan tensi tidak teraba sehingga segera dibawa ke RSUD Tangerang Selatan.
Setibanya di IGD RSUD, Yaser ditangani oleh dokter dan dinyatakan oleh dokter kondisinya sudah cukup membaik.
Kemudian, atas izin dokter, Yaser dibawa kembali ke rutan untuk rawat inap di poliklinik rutan.
Pada Selasa (17/7) sore, perawat memeriksa kondisi Yaser yang masih sadar dan masih mau makan, tetapi pada pukul 18.30 WIB, tahanan tersebut terlihat pucat, napasnya pendek-pendek dan tidak sadar.
Yaser pun kembali dibawa ke RSUD Tangerang Selatan dan tiba pada pukul 19.00 WIB.
Selanjutnya pada 19.45 WIB, Yaser dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.
Baca: Terbongkar Ini Sosok Jeng Patrol, Tak Cuma Cantik Nan Seksi Ternyata Artis Terkenal Ini
Masyarakat pun diimbau untuk tidak mudah percaya pada video beredar di media media sosial serta turut menyebarkan tanpa memastikan kebenaran terlebih dulu.
Siapa Sosok Imam Samudra?
Imam Samudera memiliki nama asli Abdul Aziz, lahir di Lopang, Serang, Serang, Banten, 14 Januari 1969.
Ia meninggal di Nusa Kambangan, 9 November 2008 pada umur 39 tahun.
Imam Samudra merupakan terpidana mati dalam Bom Bali 2002.
Abdul Aziz adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Ayahnya, Sihabuddin, dan ibunya, Embay Badriani, bercerai sewaktu Aziz masih anak-anak.
Dilansir Sripoku.com dari Wikipedia, Imam Samudra ternyata konseptor teroris di Indonesia
Baca: Biasa Disayang, Gegara Nekat Pamer Foto Seksi Aurel Habis-habisan Dimarahi Ashanty dan Anang
Masa kecil
Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Keluarganya adalah orang taat beragama.
Sang ibu adalah perias pengantin yang kadang-kadang berjualan kue jika sedang sepi order atau menjahit baju muslim serta membuka warung kelontong di rumahnya.
Aziz tumbuh sebagai anak yang super bergaul dan banyak teman.
Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng.
Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer.
Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu.
Baca: Heboh Diusir Iis Dahlia, Beredar Klarifikasi Akun Waode Ungkap Rahasia KDI, Netizen Makin Geram
Dia menonjol dalam pelajaran IPA dan Kerajinan Tangan.
Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran Matematika.
Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.
Berperang di Afganistan
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Negeri, dengan uang dari hasil menjual perhiasan ibunya tahun 1990 Aziz pergi ke Malaysia untuk transit menuju Pakistan dengan tujuan akhir Afganistan.
Di sana dia mengikuti kegiatan bersama tim yang beranggota tujuh orang.
"Kegiatannya untuk melawan pasukan asing," tutur Kapolri Da'i Bachtiar (waktu itu) dalam jumpa pers.
Di Afganistan Aziz sempat tinggal selama 2,5 tahun. Lalu diperkirakan pada 1992 dia kembali ke Malaysia dan bermukim selama 6,5 tahun di Johor.
Baca: Menpora Tawarkan Rp100 Juta Bagi Pelaku Industri Olahraga Seluruh Indonesia
Kontak hubungan dengan keluarga sempat terputus beberapa tahun.
Tapi, pada tahun 1998 keluarga Aziz kemudian sempat mengenalinya kembali.
Pada saat itu Aziz menjalani bisnis jual-beli kurma.
Aziz berdagang dengan memasok dua kontainer kurma via Jakarta kemudian diedarkan kepada pedagang di beberapa kota, termasuk dipasarkan ke Serang.
Kiprah pedagang kurma itu, namanya tiba-tiba melambung tinggi ketika terjadi banyak peristiwa pengeboman.
Baca: Berebut Anak Dengan Suami, Wanita di Palembang Ini Malah Jadi Korban KDRT
Belajar merakit bom
Selama di Malaysia maupun di Afghanistan, Samudera belajar mengenai jihad dan menggunakan senjata api, merangkai bom, serta menggunakan ranjau.
Di Malaysia, dia menjalani kehidupan normal dengan berdagang baju dan usaha kecil.
Dia juga mengikuti pengajian dan selalu mencari informasi dari internet, terutama informasi soal jihad dan juga berita soal ketidakadilan.
Dia juga bertukar informasi dengan orang-orang melalui internet yang disebut sebagai pemimpinnya.
Dia ingin berjihad ke Indonesia dengan cara dia sendiri.
Dan itu dibuktikannya dengan kembali ke Indonesia tahun 2000, dan berniat meledakkan bom di Indonesia.
Baca: Terduga Teroris Sempat Curhat Mau Menikah. Warga Sekitar Terkejut ZU Ditangkap Densus 88
Untuk melaksanakan niatnya, di Indonesia dia melakukan pengamatan selama satu bulan.
Observasi dilakukan di Jakarta dan Batam.
Bahkan untuk lebih memuluskan aksinya, pada akhir tahun 2000 dia tinggal di Batam.
Memakai nama Imam Samudera
Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman gereja di Batam.
Nama Imam Samudera muncul pertama kali dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam Natal tahun 2000 serta peledakan Plaza Atrium Senen Jakarta tahun 2001.
Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman gereja Santa Anna dan HKBP di Jakarta.
Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya.
Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia.
Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali.
Baca: Jadwal Pertandingan dan Harga Tiket Lengkap Cabor Bola Tangan Asian Games 2018, Beli di Sini
Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya.
Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali.
Dalam kasus peledakan bom Bali, Amrozi sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai aktor intelektual.
Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali.
Baik Amrozi, Umar Al Faruq maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.
Nama Alias
Bukan hanya di Indonesia nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun 2000. Tapi juga di Malaysia.
Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah (JI) bersama dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir seperti yang diungkap Menko Polkam (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono.
Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama.
Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar.
Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan.
Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai salah satu tokoh pelaku teror di Indonesia.
Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias Encep Nurjaman, yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.
Baca: Pimpinan JAD Aman Abdurrahman Dihukum Mati, Ngeri! Ini 4 Teroris yang Sudah Lebih Dulu Dieksekusi
Konseptor
Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen.
Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000.
Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu.
Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab.
Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan.
Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen Al Qaeda di Asia Tenggara.
(Sripoku.com/Candra)