Kerusuhan di Mako Brimob

Wawan Kurniawan Alias Abu Afif, Diduga Teroris Sumsel Provokator Rusuh

Kamis (10/5) pagi dengan diselimuti selimut oranye dan berkursi roda, seorang narapidana teroris dibawa ke RS Polri. Ia menderita luka tembak.

Editor: Bedjo
Kompas.com/Garry Al
Narapidana teroris dikawal anggota Kepolisian untuk dirawat di ruang identifikasi forensik di RS Polri, Jakarta Timur, Kamis (10/5/2018). 

Kemudian, 10 narapidana teroris yang awalnya bersikeras melawan akhirnya menyusul menyerahkan diri. Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal (Pol) Muhammad Iqbal menduga para narapidana teroris bisa mendapatkan senjata lantaran merampas milik polisi.

Selain itu, ia menduga, para narapidana teroris juga menjebol ruang penyimpanan barang bukti. "Yang jelas senjata diduga kuat dari hasil rampasan rekan-rekan terbaik kami yang gugur, dan juga mereka menjebol terhadap (ruang) penyimpanan barang bukti," kata Iqbal.

Hal senada disampaikan Wakapolri Komisaris Jenderal (Pol) Syafruddin. Ia menyatakan narapidana teroris di Markas Komando (Mako) Brimob, Depok, sempat merebut senjata milik polisi dengan jarak tembak 500-800 meter. Karena itu polisi memblokade jalan di depan Kompleks Mako Brimob.

Jalan yang ditutup mulai dari Gereja GPIB Gideon hingga perempatan Universitas Gunadarma. Selain itu, polisi juga melarang wartawan masuk ke dalam Mako Brimob. "Kenapa (wartawan) tidak diizinkan ke dalam, karena penyandera memiliki senjata dari anggota Polri. Ada senjata panjang yang jarak tembaknya 500-800 meter, sehingga itu bisa menjangkau ke jalan," kata Syafruddin.

Sempat Makan di Bus
Sebelum berangkat ke Lapas Nusakambangan, Cilacap sebanyak 155 narapidana teroris sempat makan pagi alias sarapan. Mereka sarapan nasi bungkus dengan lauk pauk di dalam bus, tangan dan kaki mereka diborgol oleh polisi.

Momen saat petugas polisi menyuapi narapidana teroris pun sempat terekam kamera wartawan. Satu persatu personil Brimob menyuapi narapidana teroris di dalam bus.

Mereka terlihat menikmati makanan yang diberikan. Sesekali ada canda tawa antara polisi dan narapidana teroris tersebut.

Ledakan
Upaya pemindahan narapidana awalnya berjalan tidak mulus. Sempat terdengar suara ledakan sebanyak lima kali pada Kamis pagi. Ledakan menggetarkan tanah, hingga beberapa mobil berbunyi alarmnya. Rentetan tembakan juga terdengar jelas.

Namun polisi menghalangi wartawan mendekat. Total ada lima kali ledakan.

Wakapolri Komjen Pol Syafruddin yang datang pagi hari ke Mako Brimob, Kelapa Dua menyebut ledakan karena sterilisasi. "Ledakan-ledakan yang Anda dengar tidak ada korban jiwa, sedang melakukan sterilisasi. Biasa," kata Wakapolri.

Syafruddin menegaskan, operasi penanganan napi teroris di Rutan Cabang Salemba Mako Brimob sudah selesai. Operasi berakhir pukul 07.15 WIB. Rutan sepenuhnya sudah dikuasai aparat kepolisian.

Selain itu Syafruddin menyatakan jumlah napi teroris yang menyandera polisi berjumlah 156 orang. Saat ini sekitar 90 persen tahanan tersebut sudah menyerahkan diri.

Ditambahkan Syafruddin, dirinya juga meminta maaf kepada masyarakat atas insiden ini meski Polri sendiri jadi korban. Dalam kasus ini ada 9 orang polisi yang sempat disandera para napi dan 5 diantaranya gugur.

Sementara itu Komandan Korps (Dankor) Brimob Irjen Rudy Sufahriadi mengatakan, para napi teroris yang melakukan pemberontakan di Rutan Cabang Salemba di Kompleks Mako Brimob sempat menguasai bom. Bom itu dipakai mereka untuk ranjau namun kemudian sudah diledakkan oleh tim Gegana.

"Saya hanya melakukan penindakan. Bahwa saya akan melakukan penindakan. Jadi tadi itu dilakukan penindakan. Suara ledakan itu adalah bridging untuk meledakkan tembok, untuk menjatuhkan tembok karena patut diduga dan mereka juga sudah sampaikan bahwa mereka menyimpan bom-bom," kata Rudy.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved