Reformasi Partai Politik

Reformasi Partai Politik Menghadapi Pilkada Serentak 2018 dan Pileg 2019

Pada 2018, setidaknya terdapat 9 Pilkada di Sumsel, termasuk Pilkada gubernur/wakil gubernur Sumsel serta pada 2019 juga akan dilaksanakan (Pileg)

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Reformasi Partai Politik Menghadapi Pilkada Serentak 2018 dan Pileg 2019
ist
Muhammad Tuwah

Makna dari ini semua adalah proses politik dalam Pilkada maupun Pileg dan Pilpres, jangan sampai mengebiri atau bahkan menghilangkan peran dan eksistensi parpol.

Kalaupun saat ini masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap parpol, bukan berarti lantas menghilangkan eksistensi parpol dalam sistem ketatanegaraan.

Semua yang terjadi sekarang hanyalah bagian dari proses demokratisasi.

Menumbuhkan parpol yang sehat dan fungsional tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk menciptakan parpol yang benar-benar berfungsi sebagai alat artikulasi masyarakat.

Permasalahan yang terkait dengan masalah kultur dan struktur parpol tidak mengherankan jika kemudian tingkat kepercayaan (trust) masyarakat atau bahkan sinisme cenderung merendahkan parpol.

Beragam survei mengenai persoalan parpol di mata masyarakat semakin menunjukan trend negatif yang tidak menguntungkan bagi parpol secara umum.

Menguatnya sinisme hingga kecenderungan ketidakpercayaan (distrust) terhadap parpol merupakan indikasi politik yang patut disayangkan sebab situasi ini dapat mengurangi makna demokrasi yang sesungguhnya.

Pilkada, Pileg dan Pilpres sesungguhnya menjadi ajang pembuktian tentang banyak hal.

Di antaranya, pertarungan antara pilihan rasional rakyat dan kepercayaan diri yang berlebihan dari parpol.

Pilihan rasional sebagai sesuatu yang selama ini relatif tidak terbayangkan dalam dunia politik nasional.

Rasionalitas terkadang masih terabaikan, tenggelam ditengah pusaran kuatnya keyakinan akan berfungsi efektifnya pola patron-client dalam menuntun preferensi pemilih.

Seiring perjalanan waktu, meskpun patron-client masih mengakar menjadi mesin kepentingan elit.

Namun lambat laun pemilih semakin cerdas, sehingga masyarakat merasa berhak untuk membuat keputusan yang merdeka demi sebuah perbaikan hidup.

Saat ini suara rakyat mengalami evaluasi empiris yang rasional, berbaur dengan sedikit romantisme dan keyakinan, dari sebuah komunitas yang paling merasakan kepenatan hidup selama ini.

Atas dasar itu iming-iming uang, upaya tebar pesona ataupun pengandalan political broker, seperti para tokoh agama dan tokoh informal lain, di tingkat akar rumput, terkadang sama sekali tidak menjamin sebuah hasil yang memuaskan.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved