Usia 83 Tahun, Jadi PSK 60 Tahun, Saat Tahu Kisah Sebenarnya, Semua Menangis Dan Lakukan Ini
Tentunya Anda akan bertanya, ada cerita apa tentang dirinya hingga bisa membuat semua orang menitikkan air mata jika sudah mendengarnya?
Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis
Begitu pemilik salon melihat Mary, dia langsung berkata, “Mohon maaf, tapi selanjutnya kamu tidak bisa datang lagi.”
Mary tidak marah, hanya dengan penuh rasa sopan bertanya, “Apa benar tidak boleh lagi?”
Bos salon dengan tegas mengiakan, Mary menjawab dengan tenang, “Begitu ya, kalau begitu ya sudahlah.”
Dia membawa tas besarnya pergi dari sana.
Jika merasa lelah, Mari akan pergi ke sebuah gedung dan istirahat.
Seorang bos memberikan sebuah kursi untuknya, Mary mengukir huruf China dan Jepang "Aku cinta kamu" di kursi tersebut.
Malam hari, Mary selalu meringkuk di kursi tersebut untuk istirahat, karena ia merasa itulah satu-satunya tempat ia beristirahat dan tidak diusir.
Walaupun nggak sedikit juga orang yang mau membantu Mary, tapi ia selalu menolak, setiap tahunnya dia selalu menuliskan kartu ucapan terima kasih bagi orang-orang yang telah menolongnya, ia bahkan memberikan bos yang mengijinkannya tidur di gedung itu sebuah handuk.
Walau hanya sebuah handuk, tapi mereka sudah bisa merasakan ketulusan yang diberikan Mary pada mereka.
Suatu hari ada seorang perempuan yang mentraktirnya minum tek, Mary malah berkata "Kamu siapa? Aku nggak kenal!"
Perempuan tersebut marah dan mengadukan hal tersebut kepada suaminya.
"Kamu ngapain, kalau orang lain lihat kamu sama dia, kamu bakal dikira juga seorang PSK" demikian kata suaminya.
Sejak saat itulah perempuan itu tahu kalau Mary sengaja melakukan hal tersebut untuk melindungi dirinya.
Dia takut mencelakakan orang lain, untuk itulah Mary dengan terpaksa mengusirnya.
Beberapa tahun kemudian ia mengenal seorang gay yang juga bekerja sebagai pelacur lelaki dan penyanyi yang membuka sebuah bar bernama “Blackcat”.
Karena ibu dari pria ini juga adalah pelacur, seluruh keluarga mereka dulu cuman hidup dari penghasilan sang ibu, maka ia memperhatikan Mary.
Melihat Mary, ia selalu teringat akan ibunya, ia merasa harus menolong Mary supaya bisa membalas jasa ibunya.
Pria ini mengundang Mary seminggu sekali datang ke tempatnya untuk makan dan mengobrol, bahkan naik pentas, ia juga selalu menyiapkan tempat khusus untuk Mary.
Tahun 1995 lalu, Mary mendadak hilang, sebelumnya ia menuliskan sebuah surat bagi pria ini,
“Kalau masih memberikan aku 30 tahun lagi, aku pasti akan berusaha menjadi seorang tua yang baik, aku masih punya banyak mimpi…”
Belakangan pria ini terkena kanker, ia juga takut kucing kesayangannya tidak ada yang merawat, saat inilah ia menerima surat kalau Mary mau kembali ke Yokohama.
Ternyata selama ini Mary tinggal di sebuah panti jompo yang ada di kampungnya.
Pria ini langsung pergi untuk menemuinya, kini Mary sudah menghapus semua riasannya yang telah menemaninya selama puluhan tahun.
Pria ini bahkan sempat menyanyikan lagu di rumah jompi tersebut, tapi Mary sudah sama seperti nenek biasa yang duduk di bawah pentas menonton pertunjukkan.
Setelah pria ini selesai pertunjukan, Mary menyalaminya dan berkata akan bersama terus sampai 100 tahun.
Tidak lama kemudian, pria ini meninggal. Tahun 2005, Mary yang berusia 83 tahun juga meninggal dunia, bahkan sampai nafas terakhirnya, ia juga tidak bertemu dengan tentara Amerika itu.
Kini Mary selamanya pergi dari Yokohama, barulah orang-orang mulai mengenalinya dan menjadikannya sebagai bagian dari sejarah Yokohama.
Mereka mulai menyesali mengapa dulu begitu mengucilkannya dan menjadikannya sampah masyarakat.
Keberadaan Mary sebenarnya adalah cerminan dari kota Yokohama, ia adalah setiap kelemahan dari orang-orang di kota tersebut, yang selalu ditolak oleh semua orang, sama seperti menolak ibu kandung sendiri yang bekerja sebagai pelacur.
Cerita Mary kini sudah didokumentasikan menjadi sebuah film dokumenter, bahkan sudah ditulis sebagai puisi dan dipentaskan menjadi sebuah drama.
Kini seluruh dunia mengenalnya, Mary yang tidak pernah menyerah akan kehormatan dan cintanya.