Berita Musi Rawas

Di Tepi Lubuk Metau, 24 Hari Penantian Keluarga Mencari Kelvin yang Tenggelam di Musi Rawas

24 hari sudah berlalu pencarian dilakukan terhadap Kelvin Febriansyah korban tenggelam di Sungai Beliti

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COm / Eko Mustiawan
MENUNGGU - Kondisi tenda tempat keluarga Kelvin Febriansyah (14) yang sampai saat ini masih menanti dan memantau aliran sungai kelingi dari tepian, Selasa (28/10/2025). Korban sudah 24 hari hilang tenggelam. 

SRIPOKU.COM,MUSI RAWAS - 24 hari sudah berlalu pencarian dilakukan terhadap Kelvin Febriansyah korban tenggelam di Sungai Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel). 

Namun remaja 14 tahun itu belum berhasil ditemukan keberadaannya. 

Tak ada lagi petugas, dan relawan tersisa hanya keluarga korban yang setia menunggu keajaiban Kelvin bisa ditemukan. 

Di bawah tenda sederhana yang didirikan di tepi sungai, tepatnya di Lubuk Metau, Desa Suro, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, keluarga Kelvin Febriansyah (14) menolak menyerah pada takdir.

Baca juga: Aku Yakin Anakku Ketemu, Asalnya dari Tanah Dia Pasti Balek, Bupati Sambangi Tenda Keluarga Kelvin

Mereka, dengan mata yang tak pernah lepas dari permukaan air, masih berusaha mencari keberadaan Kelvin. Mereka kini adalah tim pencari terakhir.

"Pihak keluarga masih terus mencari sampai hari ini, meskipun sekarang pencarian sudah tidak semaksimal sebelumnya," ujar Jhon, paman korban, saat ditemui di lokasi, Selasa (28/10/2025).

Kejadian bermula saat Kelvin, warga RT.11 Kelurahan Pasar Muara Beliti, hendak mengembalikan sepeda motor temannya setelah mengantar sang ibu. 

Di atas Jembatan Air Beliti, kendaraan itu mengalami kecelakaan, dan Kelvin pun terjatuh ke sungai. 

Motornya tetap di atas jembatan, namun tubuh Kelvin segera hilang ditelan arus.

Sejak hari pertama, keluarga telah mendirikan sebuah tenda sebagai tempat berteduh sekaligus 'markas' penantian. 

Tenda sederhana di Lubuk Metau menjadi tempat mereka bertukar jaga, memantau aliran Sungai Kelingi selama 24 jam penuh. 

"Sampai hari ini, tenda ini tidak pernah kami tinggalkan. Kami 24 jam menunggu di sini, kami memantau aliran sungai ini, siapa tahu ada keajaiban," ungkap Jhon.

Meskipun logika mengatakan sebaliknya, dan hati kecil mulai mengikhlaskan, mereka tetap bertahan.

Penantian ini, kata Jhon, akan berlangsung entah sampai kapan.

"Kami akan tetap di sini, tapi tidak tahu sampai kapan. Karena banyak yang menyampaikan kepada kami, kemungkinan korban masih berada di lokasi ini (Lubuk Metau)," tuturnya.

Lantunan doa dan bacaan Surat Yasin bergema setiap malamnya, memecah keheningan tepi sungai, memohon agar Kelvin, keponakan tersayang, segera ditemukan.

"Sudah banyak cara dan upaya yang kami lakukan. Meskipun sekarang sudah memasuki hari ke-24, kami masih menunggu," tegas Jhon.

Di tengah kesedihan mendalam, Jhon juga menyampaikan rasa terima kasih mewakili seluruh keluarga.

Ia tak melupakan kebaikan hati masyarakat dan relawan yang sempat hadir, bahu-membahu mencari tanpa pamrih.

"Banyak yang ikut membantu, ada yang dari Muratara, dari Lubuklinggau dan dari Selangit dan Muara Kelingi. Kami pihak keluarga mengucapkan terima kasih. Mereka sudah membantu kami itu dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, meskipun korban belum ditemukan," tutupnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved