Breaking News

Modul Ajar

CONTOH Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA, Chapter 6 Fractured Stories

Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Chapter 6 Fractured Stories

Ilustrasi
MODUL BAHASA INGGRIS - Ilustrasi. CONTOH Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA, Chapter 6 Fractured Stories 

SRIPOKU.COM - Berikut referensi Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Semester 1 dan 2 yang merupakan kurikulum terbaru.

Berdasarkan buku teks pelajaran Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Semester 1 dan 2 Kurikulum Merdeka terdapat 6 Bab materi yang nantinya akan di pelajari, diantaranya yaitu sebagai berikut.

Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Chapter 6 Fractured Stories

Baca juga: CONTOH Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA, Chapter 5 Graffiti

MODUL AJAR DEEP LEARNING
MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS
BAB 6 :  FRACTURED STORIES

A.    IDENTITAS MODUL
Nama Sekolah    :    .....................................................................................
Nama Penyusun    :    .....................................................................................
Mata Pelajaran    :    Bahasa Inggris
Kelas / Fase /Semester    :     X/ E / Ganjil
Alokasi Waktu     :    8 Jam Pelajaran (4 x pertemuan @ 2 JP)
Tahun Pelajaran    :    20.. / 20..

B.    IDENTIFIKASI KESIAPAN PESERTA DIDIK
Sebelum memulai pembelajaran "Fractured Stories", asesmen diagnostik non-kognitif dan kognitif akan dilakukan untuk mengidentifikasi kesiapan peserta didik.
Pengetahuan Awal:
Sebagian besar peserta didik diperkirakan sudah familiar dengan cerita rakyat atau dongeng tradisional (misalnya: Malin Kundang, Cinderella, Little Red Riding Hood) dalam Bahasa Indonesia.
Beberapa mungkin sudah pernah membaca atau mendengar cerita-cerita tersebut dalam Bahasa Inggris, meskipun belum mendalam.
Tingkat pemahaman kosakata dan struktur kalimat Bahasa Inggris mungkin bervariasi.
Minat:
Peserta didik umumnya tertarik pada cerita-cerita yang memiliki alur menarik dan unsur fantasi.
Konsep "fractured stories" yang memodifikasi cerita klasik mungkin menarik rasa ingin tahu mereka untuk melihat bagaimana cerita tersebut diubah.
Kegiatan kolaborasi dan kreativitas (misalnya membuat cerita sendiri) dapat meningkatkan minat mereka.
Latar Belakang:
Peserta didik berasal dari latar belakang budaya yang beragam, dan beberapa mungkin memiliki cerita rakyat daerah asal yang unik. Hal ini dapat menjadi aset dalam kegiatan eksplorasi cerita.
Akses terhadap teknologi dan internet bervariasi, sehingga perlu disiapkan alternatif bagi yang kurang memiliki akses.
Kebutuhan Belajar:
Visual: Peserta didik yang dominan visual akan terbantu dengan penggunaan gambar, video, mind map, dan ilustrasi.
Auditori: Peserta didik auditori akan senang dengan mendengarkan cerita, diskusi kelompok, dan presentasi lisan.
Kinestetik: Peserta didik kinestetik membutuhkan aktivitas praktis, seperti role-play, membuat produk, atau bergerak saat belajar.
Diferensiasi Bahasa: Beberapa peserta didik mungkin membutuhkan dukungan lebih dalam pemahaman Bahasa Inggris, sementara yang lain mungkin siap untuk tantangan yang lebih tinggi.

C.    KARAKTERISTIK MATERI PELAJARAN
Jenis Pengetahuan: Pengetahuan konseptual (konsep "fractured stories" dan elemen naratif), pengetahuan prosedural (langkah-langkah memproduksi teks naratif), dan pengetahuan faktual (contoh-contoh cerita).
Relevansi dengan Kehidupan Nyata Peserta Didik:
Mendorong kreativitas dan pemikiran out-of-the-box.
Mengembangkan kemampuan mengapresiasi dan menganalisis cerita dari berbagai perspektif.
Melatih kemampuan beradaptasi dan berinovasi dengan ide-ide yang sudah ada.
Meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dan tulis dalam bercerita.
Tingkat Kesulitan: Sedang. Konsep "fractured stories" relatif baru bagi sebagian siswa, namun fondasi cerita naratif sudah mereka miliki. Tantangannya adalah memodifikasi elemen cerita secara kreatif dan logis.
Struktur Materi:
Pengenalan konsep "fractured stories" dan karakteristiknya.
Analisis elemen intrinsik cerita (karakter, setting, plot).
Eksplorasi contoh "fractured stories" (misalnya Malin Kundang, Little Red Riding Hood).
Produksi teks naratif "fractured story" secara lisan dan tulis.
Integrasi Nilai dan Karakter:
Kreativitas: Mendorong siswa untuk berinovasi dan berpikir di luar kebiasaan.
Kolaborasi: Melatih kerja sama dalam kelompok untuk menganalisis dan menciptakan cerita.
Penalaran Kritis: Menganalisis alasan di balik modifikasi cerita dan dampaknya.
Mandiri: Mendorong inisiatif dalam mengembangkan ide cerita.
Komunikasi: Melatih kemampuan menyampaikan ide secara lisan dan tulis.
Keberagaman: Menghargai berbagai interpretasi dan modifikasi cerita.

D    DIMENSI PROFIL LULUSAN
Berdasarkan tujuan pembelajaran, dimensi Profil Pelajar Pancasila yang akan dicapai adalah:
Penalaran Kritis: Menganalisis konteks, gagasan utama, dan informasi terperinci dari teks naratif, serta mengevaluasi elemen-elemen cerita.
Kreativitas: Memproduksi teks naratif lisan dan tulis multimoda tentang fractured stories dengan ide-ide yang orisinal dan inovatif.
Kolaborasi: Bekerja sama dalam kelompok untuk menganalisis cerita, berbagi ide, dan menghasilkan fractured story bersama.
Kemandirian: Mengembangkan ide cerita secara mandiri dan bertanggung jawab atas proses belajar.
Komunikasi: Menyampaikan gagasan dan cerita secara lisan maupun tulis dengan efektif dan jelas.

DESAIN PEMBELAJARAN

A.    CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP) NOMOR : 32 TAHUN 2024
Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan visual dalam berbagai jenis teks untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan target pemirsa/pembacanya. Peserta didik memproduksi teks lisan, tulisan, dan visual yang lebih beragam, dengan pemahaman terhadap tujuan dan target pembaca/pemirsa untuk menyampaikan keinginan/perasaan/pendapat dan berdiskusi mengenai topik yang dekat dengan keseharian mereka atau isu yang hangat sesuai usia peserta didik di fase ini. Peserta didik memahami teks lisan, tulisan dan visual untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi. Keterampilan inferensi tersirat ketika memahami informasi dalam bahasa Inggris juga mulai berkembang.
Capaian Pembelajaran setiap elemen mata pelajaran Bahasa Inggris adalah sebagai berikut.

Menyimak-Berbicara (Listening-Speaking)
Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan guru, teman sebaya, dan orang lain dalam berbagai macam situasi dan tujuan. Peserta didik menggunakan dan merespons pertanyaan serta menggunakan strategi untuk memulai dan mempertahankan percakapan dan diskusi. Peserta didik memahami dan mengidentifikasi ide utama dan detail dari teks lisan yang relevan dari diskusi atau presentasi mengenai topik yang terkait dengan kehidupan mereka. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan opini terhadap isu yang dekat dengan kehidupan mereka dan untuk membahas minat. Peserta didik memberikan pendapat dan membuat perbandingan. Peserta didik mulai menggunakan elemen nonverbal (gestur, kecepatan bicara dan/atau nada suara) untuk dapat memperkuat/mendukung pesan/informasi yang ingin disampaikan.
(Students use English to communicate with teachers, peers and others in a range of settings and for a range of purposes. They use and respond to questions and use strategies to initiate and sustain conversations and discussion. They understand and identify the main ideas and relevant details in oral texts of discussions or presentations on youth-related topics. They use English to express opinions on youth-related issues and to discuss youth-related interests. They give opinions and make comparisons. They begin to use nonverbal elements (gestures, speed and/or pitch) to strengthen/support the message/information being conveyed.)
Membaca-Memirsa (Reading-Viewing)
Peserta didik membaca dan merespons berbagai jenis teks. Peserta didik membaca untuk mempelajari sesuatu atau untuk mendapatkan informasi. Peserta didik mencari dan mengevaluasi detil spesifik dan inti dari berbagai jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk di antaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Pemahaman peserta didik terhadap ide pokok, isu-isu atau pengembangan plot dalam berbagai jenis teks mulai berkembang. Peserta didik mengidentifikasi tujuan penulis dan mengembangkan keterampilannya untuk melakukan inferensi sederhana dalam memahami informasi tersirat dalam teks.
(Students read and respond to a variety of texts. They read to learn or to find information. They locate and evaluate specific details and main ideas of a variety of texts. These texts may be in the form of printed or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They are developing understanding of main ideas, issues or plot development in a variety of texts. They identify the author’s purposes and develop simple inferential skills to help them understand implied information from the texts.)
Menulis-Mempresentasikan (Writing-Presenting)
Peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan nonfiksi, melalui aktivitas yang dipandu, menunjukkan pemahaman mereka terhadap tujuan dan target pembaca/pemirsa. Peserta didik merencanakan, menuliskan, mengulas, dan merevisi teks dengan menunjukkan strategi koreksi diri dalam kaidah menulis. Peserta didik menyampaikan ide menggunakan kosakata dan kata kerja umum dalam tulisannya. Peserta didik menyajikan informasi menggunakan berbagai moda presentasi dalam bentuk cetak dan digital untuk menyesuaikan dengan target pembaca/pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda.
(Students write a variety of fiction and non-fiction texts, through guided activities, showing an awareness of purpose and audience. They plan, write, review and revise texts with some evidence of self-correction strategies in writing conventions. They express ideas and use common/daily vocabulary and verbs in their writing. They present information using different modes of presentation in print and digital forms to suit different audiences and to achieve different purposes.)

B.     LINTAS DISIPLIN ILMU
Bahasa Indonesia: Konsep cerita naratif, elemen intrinsik cerita, pengembangan ide.
Seni Budaya: Apresiasi terhadap cerita rakyat, pengembangan karakter, estetika bercerita.
Sejarah/Sosiologi: Pemahaman konteks budaya cerita rakyat dan bagaimana cerita berevolusi atau diinterpretasi ulang.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): Pemanfaatan digital tools untuk presentasi, riset, dan kolaborasi.

C.     TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (2 JP): Memahami Konsep Fractured Stories
Peserta didik dapat mengidentifikasi konteks, gagasan utama, dan informasi terperinci dari teks naratif lisan (audio/video) mengenai "fractured stories" setelah menyimak cerita alternatif dengan tingkat akurasi 80 persen.
Peserta didik dapat menjelaskan karakteristik "fractured stories" dan membandingkannya dengan cerita naratif tradisional melalui diskusi kelompok dengan menunjukkan pemahaman yang baik.
Pertemuan 2 (2 JP): Menganalisis Elemen Fractured Stories
Peserta didik dapat menganalisis elemen intrinsik (tokoh, latar, alur) dari teks naratif tulis "fractured story" (contoh: Little Red Riding Hood) dengan mengisi lembar kerja analisis secara tepat.
Peserta didik dapat mengidentifikasi perubahan atau "fracture" pada elemen intrinsik cerita dan menjelaskan alasannya dalam diskusi kelas.
Pertemuan 3 (2 JP): Merancang dan Mengembangkan Ide Fractured Stories
Peserta didik dapat merancang kerangka "fractured story" baru berdasarkan cerita rakyat atau dongeng yang familiar dengan melibatkan perubahan setidaknya pada dua elemen intrinsik (tokoh, latar, atau alur) secara kreatif dan koheren.
Peserta didik dapat mengembangkan ide-ide untuk fractured story mereka melalui teknik curah pendapat (brainstorming) dan kolaborasi kelompok.
Pertemuan 4 (2 JP): Memproduksi dan Mempresentasikan Fractured Stories
Peserta didik dapat memproduksi teks naratif tulis "fractured story" secara multimoda (misalnya dilengkapi gambar, audio, atau presentasi visual) sesuai dengan kerangka yang telah dibuat.
Peserta didik dapat mempresentasikan "fractured story" yang telah mereka buat di depan kelas dengan bahasa Inggris yang jelas dan ekspresif.

D.    TOPIK PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
"Malin Kundang: The Modern Entrepreneur": Modifikasi cerita Malin Kundang di mana ia menjadi seorang pebisnis sukses yang melupakan ibunya di era digital, dengan latar belakang perkotaan dan konflik yang lebih kompleks.
"Little Red Riding Hood: The Detective": Cerita Little Red Riding Hood di mana ia adalah seorang detektif cilik yang mencoba memecahkan misteri hilangnya kue neneknya, dan serigala adalah salah satu tersangka.
"Cinderella's Self-Discovery Journey": Cinderella yang menolak pergi ke pesta dansa dan memilih mengejar mimpinya sendiri, bukan menunggu pangeran.

E.    KERANGKA PEMBELAJARAN
1. PRAKTIK PEDAGOGIK (MODEL, STRATEGI, METODE)
Model Pembelajaran: Discovery Learning, Project-Based Learning (PBL)
Pendekatan: Deep Learning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning), Pendekatan Berdiferensiasi.
Strategi Pembelajaran:
Mindful Learning: Aktivitas refleksi, jurnal belajar, teknik mindfulness singkat di awal pelajaran.
Meaningful Learning: Mengaitkan materi dengan cerita-cerita yang familiar, relevansi dengan pengembangan kreativitas, studi kasus.
Joyful Learning: Permainan interaktif, storytelling, kerja kelompok kolaboratif, kebebasan berekspresi.
Metode Pembelajaran: Diskusi, tanya jawab, curah pendapat (brainstorming), analisis teks, presentasi, proyek kelompok, role-play singkat (opsional).
2. KEMITRAAN PEMBELAJARAN
Lingkungan Sekolah: Guru mata pelajaran lain (Bahasa Indonesia, Seni Budaya) untuk kolaborasi interdisipliner, pustakawan untuk akses sumber daya, dan siswa lain sebagai audiens presentasi.
Lingkungan Luar Sekolah: Komunitas lokal (penulis cerita, seniman lokal) untuk memberikan wawasan atau menjadi narasumber (jika memungkinkan).
Masyarakat: Melalui eksplorasi cerita rakyat lokal sebagai inspirasi fractured stories.
3. LINGKUNGAN BELAJAR
Ruang Fisik: Kelas yang nyaman dengan tata letak fleksibel untuk diskusi kelompok, area presentasi, dan akses ke papan tulis/layar proyektor. Sudut baca dengan buku cerita.
Ruang Virtual: Google Classroom sebagai pusat informasi, penugasan, dan pengumpulan proyek. Platform video conference (Zoom/Google Meet) untuk sesi bimbingan atau diskusi jika diperlukan.
Budaya Belajar: Suasana kelas yang inklusif, saling menghargai, terbuka terhadap ide-ide baru, berani berpendapat, dan mendukung kreativitas. Penekanan pada proses bukan hanya hasil akhir.
4. PEMANFAATAN DIGITAL
Perpustakaan Digital: E-book cerita rakyat, artikel tentang "fractured stories", kamus online.
Forum Diskusi Daring: Fitur diskusi di Google Classroom untuk berbagi ide, bertanya, dan memberikan umpan balik antar siswa.
Penilaian Daring: Quizizz, Google Forms untuk asesmen formatif.
Kahoot/Mentimeter: Untuk pre-test/post-test singkat, kuis interaktif, atau jajak pendapat tentang preferensi cerita.
Google Classroom: Manajemen kelas, distribusi materi, pengumpulan tugas, pengumuman.
Canva/PowerPoint/Google Slides: Untuk membuat presentasi multimoda.
Aplikasi Perekam Suara/Video: Untuk latihan presentasi lisan atau merekam fractured story dalam bentuk audio/video.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved