Breaking News

Berita Viral

Pengakuan Kakak dan Adik yang Rahasiakan Kematian Ibu dari Tetangga, Terkuak dari Aroma Tak Sedap

Kakak dan adik ini 28 hari menjaga jasad ibu mereka di rumah, tetangga tak diberi tahu, keduanya juga memutuskan puasa makan.

Editor: Refly Permana
KOMPAS.COM/SLAMET PRIYATIN via tribunpekanbaru.com
TAK MAKAN - Putri saat dirawat di RS Muhammadiyah Boja Kendal. Ia dan adik kandungnya ditemukan lemas di samping jenazah ibunya setelah tak makan selama 28 hari. 
Ringkasan Berita:
  • Heboh kakak dan adik tak makan sembari jaga jasad ibu di rumah.
  • Alasan pilu yang bikin dua gadis muda itu tidak memberi tahu tetangga akan kematian ibu.
  • Sikap pemerintah setempat setelah kisah pilu dua gadis muda di Kendal ini terungkap ke publik.

 

SRIPOKU.COM - Putri (23) dan Intan (19) 28 hari sudah hidup di sisi jasad ibu mereka, Setyaningsih (51).

Selama hampir satu bulan itu, kakak dan adik di Dusun Songopuro, Desa Bebengan, Kecamatan Boja ini tidak pernah memberi tahu tetangga bahwa ibu mereka telah tiada.

Bahkan, dalam periode tersebut, kedua gadis muda ini hanya meneguk air putih tanpa menyantap makanan apapun.

Saat tetangga tahu, keduanya sudah sangat lemas dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Baca juga: Mengenal Racoon Eyes, Kondisi Diduga Dialami Siswi SD di Palembang Viral Kedua Matanya Merah & Lebam

Memegang Pesan Terakhir Ibu

Terkuak pesan pilu di balik ketidaktahuan tetangga bahwa Setyaningsih meninggal dunia.

Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, mengatakan kedua gadis itu memang sengaja tidak memberi tahu tetangga.

Sebab, sebelum ibu mereka meninggal, ada pesan yang mengatakan agar tidak merepotkan tetangga.

Pesan tersebut ditangkap oleh kakak dan adik ini bahwa untuk tidak memberi tahu tetangga agar mereka tidak repot mengurus kematian sang ibu.

Menurut Dyah, kakak dan adik ini merupakan contoh anak berbakti yang memegang pesan ibunya hingga akhir.

“Sampai ibunya meninggal, mereka tungguin karena tidak mau merepotkan tetangga,” ujarnya.

Ia telah memerintahkan Dinas Sosial Kendal untuk menangani keduanya, termasuk memberikan pelatihan keterampilan agar bisa mandiri.

“Nanti akan dititipkan ke Panti Margi Utomo. Di situ akan diberi keterampilan kerja,” kata wanita yang akrab disapa Mbak Tika ini.

Setelah pelatihan, Pemkab akan memberi peralatan kerja agar mereka bisa bekerja dari rumah.

Mbak Tika juga berpesan agar setelah pulih, keduanya mau berinteraksi dan meminta bantuan tetangga jika mengalami kesulitan.

Biaya perawatan keduanya ditanggung BPJS yang kini telah diaktifkan kembali.

“Semoga nanti bisa lebih baik,” ujarnya.

Baca juga: Disdik Klaim tak Ada Kekerasan, Viral Siswi SD di Palembang Alami Mata Merah Usai Pulang Sekolah

Aroma tak Sedap Menyebar, Tetangga Dobrak Pintu

Pada Sabtu (1/11/2025), tetangga mendobrak pintu rumah setelah mencium bau tidak sedap.

Kepala Desa Bebengan, Wastoni, menyebut keluarga tersebut tergolong mampu dan dikenal aktif di masyarakat.

Tetangga mulai curiga setelah mencium bau menyengat dan melihat banyak lalat di jendela rumah.

“Pintunya dikunci dan diganjal dengan kursi,” ujar Wastoni.

Tetangga kemudian memandikan jenazah, mengurus pemakaman, sementara kedua anak dibawa ke rumah sakit.

Dokter RS Muhammadiyah Boja, Arfa Bima F, mengatakan kondisi Putri dan Intan perlahan membaik setelah masuk dalam keadaan sangat lemah.

“Kedua pasien lemas. Tapi hasil dari pemeriksaan, untuk gula normal. Namun kondisinya lemes, dehidrasi,” ujar Arfa.

Secara psikis, keduanya masih menunjukkan gangguan dan jawaban yang berubah-ubah.

Karena tidak tersedia psikiater di RS tersebut, keduanya akan dikonsultasikan ke psikiater RS Muhammadiyah lainnya.

“Perkembangan sudah ada perbaikan. Psikisnya masih diawasi,” lanjutnya.

Baca juga: Wasiat tak Terpenuhi, Kisah Haru Anak Rantau Asal Sumsel yang Meninggal di Bogor, Pernah Viral

Pengakuan Putri : Kami tak Makan, Hanya Minum Air Putih

Putri mengaku mulai tidak makan sejak 4 Oktober 2025 ketika ibunya jatuh sakit.

Setyaningsih lantas meninggal pada 13 Oktober 2025 dan sempat berpesan agar tidak merepotkan tetangga.

“Ibu tidak ingin merepotkan tetangga. Pesan itu, kami pegang. Saya dan adik, tidak memberi tahu tetangga,” kata Putri.

Setelah ibunya meninggal, Putri menutup rapat rumah.

Ia dan adiknya tidak keluar membeli makanan dan hanya minum air sumur yang direbus.

Pada hari itu, sudah 28 hari kakak beradik tersebut tidak makan apapun dan hanya mengonsumsi air putih.

“Setelah itu, kami dibawa ke rumah sakit. Saya tidak tahu selanjutnya,” ujar Putri.

Putri bercerita, keluarga pindah dari Semarang ke Boja pada 2019 setelah ayahnya meninggal pada 2017.

Mereka hidup dari uang pesangon ayah yang dulu bekerja di perkebunan sawit di Kalimantan.

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved