Berita Nasional

Miris 280 Kepala Keluarga di Jakarta Timur Bermukim di Lahan Kuburan Bahkan Ada yang 20 Tahun

280 KK terdiri dari 517 jiwa tinggal di atas lahan kuburan yakni TPU Kebon Nanas dan TPU Kober Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.

Editor: tarso romli
Tribunjakarta.com
TINGGAL DI MAKAM - Irah (74), warga Cipinang Besar Selatan yang tinggal di atas petak makam etnis keturunan Tionghoa TPU Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (30/6/2025). (Tribun Jakarta/Bima Putra) 

SRIPOKU.COM, JAKARTA TIMUR - Potret kehidupan di kota besar seperti Jakarta memang menjadi daya tarik menggiurkan bagi para perantau untuk mencari nafkah.

Namun, jika tidak memiliki keahlian yang cukup sebaiknya berfikir dua kali jika ingin merantau ke Jakarta.

Alih-alih ingin mendapatkan penghidupan layak, justru sengsara yang didapat.

Seperti contoh yang diperlihatkan dari 280 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 517 jiwa di Jakarta Timur tingga di atas lahan kuburan yakni TPU Kebon Nanas dan TPU Kober Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.

Mereka bermukim dengan mendirikan bangunan di atas lahan TPU aset Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, bahkan banyak yang sudah tinggal selama puluhan tahun di lokasi.

Di antaranya Puput, warga RT 15/RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Selatan yang sudah puluhan tahun tinggal di area TPU Kebon Nanas karena kondisi keterbatasan ekonomi keluarga.

 "Dulu orangtua saya tinggal di situ. Saya juga enggak ingin tinggal di kuburan, mimpi juga enggak. Cuma karena keadaan (ekonomi)," kata Puput di Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (21/11/2025).

Sulitnya mendapat akses hunian layak di Jakarta membuat Puput dan keluarganya memilih mendirikan rumah di area TPU Kebon Nanas, pun mereka sadar tindakannya tak dibenarkan.

Sehari-harinya Puput berjualan tisu di sekitar TPU Kebon Nanas dengan penghasilan tak menentu, sehingga dia kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sehingga saat mendengar informasi Pemprov DKI segera menertibkan alih fungsi lahan di TPU Kebon Nanas dan TPU Kober menjadi permukiman, Puput mengaku bingung.

"Jangankan buat bayar (sewa) rumah susun per bulan, karena warga termasuk saya itu cuma penjual tisu. UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di situ, dapat uang hari itu habis hari itu," ujarnya.

Namun Puput paham bila Pemprov DKI Jakarta harus menertibkan ratusan rumah di atas lahan TPU Kebon Nanas, dan TPU Kober Rawa Bunga untuk mengatasi masalah krisis lahan makam.

Berdasarkan data sebanyak 69 TPU aset Dinas Pertamanan dan Hutan (Tamhut) Kota DKI Jakarta kini sudah penuh, hanya tersisa sembilan TPU dapat digunakan untuk pemakaman warga.

Sehingga Puput pasrah dan berharap bahwa ketika proses relokasi nanti, Pemprov DKI mempertimbangkan lokasi Rusun agar tidak jauh dari lokasi anak sekolah dan tempat kerja warga.

"Karena dampak dari penggusuran itu kan enggak cuma anak sekolah, pekerjaan. Per bulan harus bayar rumah susun, kalau ketemu Alhamdulillah, kalau enggak kita bisa angkat kaki dari Rusun," tuturnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved