Kapal Tenggelam di Selat Bali

'Setelah Miring Kapal Blackout' Kesaksian Riko Kru Tunu Pratama Selamat, Semalam Mengapung di Lautan

Editor: pairat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KESAKSIAN ABK RIKO - Foto ilustrasi, kesaksian Riko pria 28 tahun asal Banyuwangi, yang menjadi saksi hidup dari insiden mencekam tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.

Setelah beberapa orang berhasil dikumpulkan, mereka menemukan life raft—perahu karet berwarna oranye yang menjadi alat penyelamat darurat.

Namun, kondisi di atas pelampung tidak kalah mencekam. Banyak dari mereka yang sudah kelelahan, muntah, bahkan menelan air laut.

“Situasinya tidak bisa dibayangkan. Orang-orang semua sudah kelelahan, ada yang muntah, banyak minum air laut dan lain sebagainya hingga tak bisa mengayuh pelampung itu,” tuturnya.

Mereka hanya bisa pasrah. Tidak ada tenaga tersisa untuk mendayung. Mereka terombang-ambing di laut, berharap ada keajaiban.

Waktu terus berjalan. Malam berganti pagi. Harapan mulai muncul ketika mereka melihat perahu nelayan mendekat.

Nelayan tersebut segera menarik pelampung ke arah daratan. Sekitar pukul 08.00 WITA, mereka berhasil mencapai pesisir Pantai Pebuahan.

Riko mengaku sangat bersyukur bisa selamat.

Kondisi Kapal dan Penyelamatan oleh Nelayan

KMP Tunu Pratama Jaya diketahui merupakan kapal penumpang yang telah beroperasi selama lebih dari 15 tahun. Malam itu, kapal mengangkut 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 unit kendaraan.

Menurut laporan dari KSOP Tanjung Wangi, kapal tenggelam sekitar pukul 23.35 WIB. Dugaan sementara, kapal mengalami gangguan teknis dan dihantam ombak tinggi yang mencapai 2,5 meter.

Tim SAR gabungan dari Basarnas, Polairud, dan KSOP telah dikerahkan untuk melakukan pencarian. Dua kapal lain dari perusahaan yang sama juga ikut menyisir lokasi kejadian.

Namun, cuaca buruk dan gelombang tinggi menjadi tantangan besar dalam proses evakuasi. Hingga Kamis pagi, belum ada informasi resmi mengenai jumlah korban yang ditemukan.

Sementara itu, para korban selamat seperti Riko telah dievakuasi ke daratan dan mendapatkan perawatan. Pemerintah daerah juga menyiapkan tim psikolog untuk mendampingi mereka yang mengalami trauma.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id.

Berita Terkini