"Oleh dokter, anak saya dipasang alat bantu pernafasan di leher. Benjolannya tidak hilang, tapi nyerinya hilang," ujar Zuhdi.
Menurutnya, dokter mendiagnosa Elza mengalami tumor wajah yang sudah menyebar ke seluruh penjuru kepala, termasuk mata dan otak.
Masih menurut dokter, kata Zuhdi, cukup sulit untuk mengoperasi tumor pada Elza, begitu juga dengan kemoterapi.
"Akhirnya saya bawa pulang dulu anak saya dan dirawat di rumah saja dengan obat-obatan tradisional," kata Zuhdi.
Selama dirawat di rumah sejak dua bulan lalu, Elza hanya terbaring di tempat tidur dan minim pergerakan.
Namun ia masih bisa makan dengan bantuan ayah-ibunya dan tidur di malam hari seperti biasa.
Baca juga: Lempar Batu ke Pengendara Tol Palembang-Kayuagung, 8 Remaja Ditangkap, Pelaku : Cuma Iseng
"Paling kalau buang air kecil, harus dibantu pakai pispot," kata Junita, ibunda Elza.
Selama merawat sang buah hati, Junita mengaku pernah didatangi seorang dokter yang mendengar kabar mengenai Elza.
Dokter tersebut mengatakan bahwa kecil kemungkinan bagi Elza untuk sembuh.
"Kata dokter itu satu banding seribu (kemungkinan Elza sembuh). Tapi saya optimis karena anak saya masih bisa bergerak dan makannya lahap," ungkap Junita.
Karena harus menjaga Elza, Junita dan suaminya yang bekerja menjadi petani terpaksa tak menjalankan aktivitas bertani.
Keduanya selalu berada di sisi Elza untuk memenuhi kebutuhan 'si bujang' putra pertama.
"Kalau dibilang tidak mencari (nafkah) karena merawat anak, ya memang persis seperti itulah kami sekarang. Tapi kami lihat Elza masih bergerak dan kasih isyarat kalau mau makan atau buang air. Menurut kami, dia masih bisa sembuh," ucap Junita.
Baca juga: Lempar Batu ke Pengendara Tol Palembang-Kayuagung, 8 Remaja Ditangkap, Pelaku : Cuma Iseng
Kedua orangtua Elza kini berharap buah hati mereka dapat pulih seperti sedia kala. Namun untuk mewujudkannya, Zuhdi dan Junita mengaku tak memiliki biaya.
Maklum, penghasilan menjadi petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.