Timses Buru Pembelot Suara; Dibayar untuk Coblos Caleg Tertentu, Harus Kembalikan Uang Siraman
Sehari setelah pencoblosan di TPS, banyak orang orang berseliweran di lokasi eks TPS. Mereka masih berupaya mencari tahu salinan hasil pemungutan suar
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sehari setelah pencoblosan di TPS, banyak orang orang berseliweran di lokasi eks TPS. Mereka masih berupaya mencari tahu salinan hasil pemungutan suara C1. Bahkan ada diantaranya dengan nada emosi mencari koordinator lapangan yang dianggap bertanggungjawab untuk memenangkan caleg tertentu.
• Mendagri Tegaskan Aturan Kepala Daerah Jadi Timses. Sah-Sah Saja Dukung Capres-Cawapres
• Untuk Satu Kelurahan , Butuh Waktu Berhari -Hari Untuk Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu 2019.
Belakangan diketahui, setelah pemungutan suara, warga yang dibayar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu malah mencoblos caleg lain. "Mereka janji akan memberikan suara pada caleg kami, tapi apa yang terjadi malah zonk. Meski sudah dibayar mereka mencoblos caleg lain," jelas Son, seorang koordinator lapangan yang bertugas membagi-bagikan uang kepada warga.
Para tim sukses (Timses) dari berbagai calon anggota legislatif (Caleg) mulai bergerilya melakukan serangan fajar mengetuk rumah-rumah warga Palembang, sejak Jumat pekan lalu. Mereka semakin gencar mendekati warga H-2 pencoblosan.
Sambil membawa contoh surat suara yang berisikan caleg hendak dipilih, para timses juga menyelipkan amplop berisikan uang tunai mulai dari Rp 50-150 ribu untuk setiap mata pilih. Bahkan seorang caleg mengungkapkan dirinya harus menyiapkan dana hingga Rp 4 miliar untuk menyiram warga agar memilih dirinya.
CB, salah seorang caleg DPRD Sumsel mengungkapkan ia telah menyiapkan anggaran Rp 3-4 M untuk memberikan siraman kepada masyarakat. Nilai tersebut merupakan estimasi dari hitungan jumlah suara mencapai 600 ribu mata pilih untuk memperebutkan suara di Dapil Palembang.
"Estimasi nominalnya segitu, karena setiap suara itu kita beri uang Rp 50 ribu," ujarnya. Namun apa yang terjadi di lapangan ternyata sungguh jauh berbeda.
Suara yang diperkirakan dapat diraup sang caleg karena telah disiram, ternyata bertolak belakang. Ini yang membuat sang caleg berang dan meminta semua timses menagih janji warga.
"Kita minta semua warga yang telah menerima uang dari kami harus dikembalikan jika tidak ingin ribut," jelas Son. Setelah mendapatkan hasil pemungutan suara C1, Son segera bergerak. Ia datangi satu persatu semua warga yang menerima pemberian uang darinya.
Bagi sebagian orang, pileg dan pilpres kali ini memang punya arti lain. Mereka seolah olah mendapat rezeki musiman lima tahun sekali. Bahkan, beberapa oknum perangkat di tingkat RT pun bisa bertindak sebagai makelar suara Caleg.
"Semakin banyak suara yang tembus semakin banyak pula yang bakal dibagikan dari sang caleg," papar Son.
Tak hanya satu caleg yang minta dipilih agar dapat duduk di legislatif, hampir rata-rata caleg di satu Dapil yang sama berlomba-lomba mengambil hati masyarakat dengan melakukan serangan fajar.
Untuk menarik minat warga dapat memilih, para caleg pun melakukan sistem gandeng dengan caleg lainnya untuk memberikan amplop. Misalkan paket duo caleg Palembang dan Caleg Sumsel atau pun caleg Palembang dan Caleg DPR RI. Dengan serangan fajar secara gandeng tersebut warga pun dibuat tergiur lantaran nominal uang yang diberikan cukup menggiurkan.
Yuli, salah seorang warga Seberang Ulu II mengaku didatangi tiga orang timses caleg berbeda-beda untuk daerah pemilihan Dapil V Seberang Ulu II dan Plaju yang mengetuk pintu untuk memilih. Sembari menjelaskan visi dan misi si caleg untuk dapil mereka, tak lupa pula si timses membuka contoh lembar surat suara dimana posisi dan nomor si caleg di surat suara Pemilu 2019.
"Sejak H-4 sudah ada yang datang ngasih amplop dan minta dipilih memberikan uang Rp 100 ribu. Ada dua caleg lagi yang baru janji, waktu H-1 baru mau beri uang," ujarnya.
Bambang, salah seorang warga Palembang lainnya mengaku kebingungan untuk menentukan pilihan siapa caleg di dapilnya yang akan dipilih. Sebab, ada dua caleg di dapil yang sama mengajaknya untuk memilih dan memberikan sejumlah uang kepada empat mata dipilih di rumahnya.