SD Negeri di Pagar Alam Sepi Peminat

15 SD Negeri di Pagar Alam Sumsel Sepi Peminat, Ada Sekolah yang Hanya Dapat 1 Siswa Baru Tahun Ini

Bahkan di SD 42, kelas VI hanya dihuni empat siswa, menandakan persoalan ini bukan terjadi secara mendadak.

Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Wawan Septiawan
SATU SISWA BARU - Seorang guru SD Negeri 71 Kota Pagar Alam sedang memberikan pelajaran kepada satu-satunya siswa baru di sekolah tersebu, Senin (4/8/2025). Total di sekolah itu hanya memiliki 15 siswa. 

SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM– Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pagar Alam, tercatat pada tahun ajaran baru 205/2026 terdapat sekitar 15 SD negeri yang hanya menerima kurang dari 10 siswa baru.

Wali Kota Pagar Alam, Ludi Oliansyah pun mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sejumlah Sekolah Dasar (SD) di wilayahnya yang mengalami kekurangan siswa secara signifikan pada tahun ajaran 2025/2026.

Dua sekolah yang menjadi sorotan yakni SD Negeri 71 dan SD Negeri 42, yang masing-masing hanya memiliki total 15 dan 18 siswa.

Bahkan di SD 42, kelas VI hanya dihuni empat siswa, menandakan persoalan ini bukan terjadi secara mendadak.

"Jika dilihat dari jumlah seluruh siswa yang ada di dua sekolah tersebut, ini menunjukkan bahwa hal ini sudah terjadi bertahun-tahun. Karena untuk kelas VI saja di SD 42 hanya ada 4 siswa, jadi sudah enam tahun hal itu terjadi," ujar Wali Kota kepada Sripoku.com, Selasa (5/8/2025).

Menurut Wali Kota, fenomena ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius berbagai pihak.

Ia menegaskan perlunya pembahasan menyeluruh bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan pihak sekolah guna mencari tahu akar permasalahan.

"Saya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan serta meminta sekolah-sekolah yang jumlah siswanya sedikit untuk duduk bersama agar kita tahu apa akar masalah dari hal ini," ujarnya.

Ludi menambahkan, identifikasi akar masalah sangat penting sebelum menentukan langkah strategis untuk mengatasinya.

"Untuk bisa memecahkan masalah, kita harus tahu dulu akar masalah. Setelah tahu, maka nanti akan kita bahas apa saja langkah kita untuk mengatasi masalah ini," tegasnya.

Ludi tidak menutup kemungkinan adanya pengambilan kebijakan tertentu untuk menangani permasalahan ini.

Bila diperlukan, Pemerintah Kota Pagar Alam akan berkoordinasi dengan DPRD untuk menentukan langkah kebijakan yang tepat.

"Jika memang harus diambil kebijakan, maka Pemkot Pagar Alam akan berkoordinasi dengan pihak DPRD Pagar Alam untuk menentukan langkah apa yang harus diambil," pungkasnya.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pagar Alam, tercatat terdapat sekitar 15 SD negeri yang hanya menerima kurang dari 10 siswa baru.

Fenomena ini menjadi perhatian serius karena menunjukkan adanya pergeseran kepercayaan masyarakat terhadap sekolah negeri.

Tak sedikit orang tua murid yang kini lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta, meski dengan biaya mahal, karena dinilai memiliki mutu pendidikan yang lebih baik.

Cuma Dapat 1 Siswa

Suara riang anak-anak di hari pertama sekolah biasanya memenuhi koridor, tapi tidak di SD Negeri 71 Pagar Alam.

Tahun ajaran 2025/2026 menjadi babak baru yang sepi bagi sekolah ini, karena hanya satu siswa baru yang melangkahkan kaki ke gerbang sekolah yang terletak di Desa Maura Perikan, Kecamatan Pagar Alam Selatan.

Fakta ini bukan isapan jempol, melainkan realita yang dihadapi oleh banyak sekolah kecil di daerah terpencil.

Namun, kisah SD Negeri 71 menjadi sorotan karena jumlah murid yang sangat minim.

Plt Kepala Sekolah Kusnin, membenarkan situasi ini.

"Ya benar, sekolah kami tahun ini hanya mendapatkan satu siswa baru saja. Ini sudah terjadi sejak lama karena sedikitnya warga yang bermukim di sekitar sekolah." kata dia, Senin (4/8/2025). 

SD Negeri 71, yang kini hanya memiliki 15 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6, menghadapi tantangan besar.

Penyebab utama minimnya siswa adalah perpindahan warga. Mayoritas penduduk di sekitar sekolah adalah pegawai atau pekerja dari PTPN 7 Pagar Alam.

Ketika para pegawai ini pindah tugas, banyak keluarga ikut serta, menyebabkan populasi di sekitar sekolah menyusut drastis.

Kusnin mengenang masa kejayaan sekolah di tahun 2008, di mana jumlah siswa mencapai 110 orang.

Namun, sejak tahun 2010, jumlahnya terus menurun, bahkan hanya ada satu atau dua siswa yang mendaftar setiap tahunnya.

"Dulu banyak sekali, tapi semakin lama semakin sedikit," ujarnya.

Jumlah guru pun menyesuaikan. Saat ini, ada 7 guru yang terdiri dari 2 ASN, 4 guru PPPK, dan 1 guru honorer. Mereka tetap berjuang untuk memberikan pendidikan terbaik meskipun dengan sumber daya yang terbatas.

Fenomena serupa ternyata tidak hanya dialami oleh SD Negeri 71. Beberapa sekolah dasar negeri lainnya di Pagar Alam juga menghadapi kondisi yang sama, dengan jumlah siswa baru yang sangat sedikit.

SD 17 Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan
SD 42 Karang Dape, Kecamatan Pagar Alam Selatan
SD 63 Muara Sindang, Kecamatan Dempo Selatan
SD 52 Padang Temu, Kecamatan Dempo Tengah

Sebagai contoh, SD 52 Padang Temu hanya menerima 4 siswa baru tahun ini. Situasi ini memicu pertanyaan tentang masa depan pendidikan di daerah-daerah yang populasinya terus menurun.

Komentar Ketua DPRD Pagar Alam

Ketua DPRD Kota Pagar Alam, Hj. Jenni Sandiah, menyoroti kondisi memprihatinkan dalam penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025/2026 di tingkat Sekolah Dasar (SD).

“Ini menunjukkan masyarakat Pagar Alam sudah sadar dan selektif dalam memilih mutu pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Meskipun gratis, mereka rela membayar mahal di sekolah swasta karena merasa lebih terjamin,” ujar Jenni, Senin (4/8/2025).

Lebih lanjut, Jenni menilai, salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat terhadap SD negeri adalah ketimpangan kualitas tenaga pendidik.

Menurutnya, banyak guru berprestasi hanya ditempatkan di sekolah-sekolah pusat kota, sedangkan sekolah di pinggiran kurang mendapatkan perhatian.

“Harus ada sistem pemerataan guru yang memiliki dedikasi dan prestasi. Supaya sekolah di pelosok bisa bersaing dengan sekolah yang ada di tengah kota,” jelasnya.

Selain itu, pembangunan sekolah yang tidak melalui proses uji petik atau survei mendalam juga disorot.

Ia mengungkapkan, terdapat beberapa sekolah yang sepi peminat karena lokasinya dibangun di wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah.

“Percuma membangun sekolah megah jika siswanya tidak ada. Pembangunan sekolah harus didasarkan pada data dan lokasi strategis, melibatkan konsultan pendidikan dan perencanaan tata wilayah,” tegasnya.

Sebagai upaya perbaikan, DPRD Kota Pagar Alam akan mendorong Pemerintah Kota untuk mengalokasikan anggaran APBD tidak hanya pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh.

“Kami tidak ingin hanya gedung sekolahnya bagus, tapi kualitasnya tertinggal. Harus ada peningkatan mutu guru, manajemen sekolah, dan sarana belajar lainnya,” tutup Jenni.

Dengan kondisi ini, DPRD berharap Pemkot Pagar Alam segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan dasar, agar ke depan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah negeri bisa kembali meningkat.

 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved