Prabowo Berikan Abolisi dan Amnesti

Profil Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara Kasus Impor Gula, Kini Dapat Abolisi Dari Presiden

DPR RI resmi menyetujui surat dari Presiden Prabowo Subianto terkait pemberian abolisi kepada Tom Lembong

Editor: adi kurniawan
KOMPAS.com/Syakirun Ni'am
PEMBERIAN ABOLISI - Menteri Perdagangan (Mendag) tahun 2015-2016, Tom Lembong usai menjalani sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025). DPR RI resmi menyetujui surat dari Presiden Prabowo Subianto terkait pemberian abolisi kepada Tom Lembong. 

SRIPOKU.COM -- Menteri Perdagangan periode 2015-2016 Tom Lembong telah dijatuhi vonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 750 juta subsidair 6 bulan kurungan dalam kasus korupsi impor gula.

Menurut majelis hakim, kebijakan Tom Lembong mengimpor gula kristal mentah telah merugikan negara sebesar Rp 194.718.181.818,19 atau Rp 194,7 miliar.

Kerugian itu timbul akibat kemahalan harga pembelian gula kristal putih (GKP) PT PPI kepada perusahaan gula swasta yang mengimpor gula kristal mentah (GKM) atas izin Tom Lembong.

Tetapi kini Tom Lembong bisa bernafas lega pasalnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI resmi menyetujui surat dari Presiden Prabowo Subianto terkait pemberian abolisi kepada Tom Lembong.

Keputusan ini diambil dalam rapat konsultasi yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, pada Rabu (31/7/2025).

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menjelaskan bahwa surat pertama berisi permohonan abolisi untuk Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong.

Baca juga: Breaking News: Presiden Prabowo Berikan Abolisi ke Tom Lembong dan Amnesti Untuk Hasto Kristiyanto

"DPR RI telah memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap surat presiden Prabowo tentang pemberian abolisi terhadap saudara Tom Lembong," kata Dasco.

Abolisi adalah hak yang dimiliki kepala negara untuk menghapuskan tuntutan pidana terhadap seseorang atau sekelompok orang yang melakukan tindak pidana, serta menghentikan proses hukum yang sedang berjalan.

Lantas seperti apa profil Tom Lembong?

Profil Tom Lembong

Thomas Trikasih Lembong, (lahir 4 Maret 1971) lebih dikenal dengan nama Tom Lembong, adalah seorang politikus Indonesia. Sejak 27 Juli 2016 hingga 23 Oktober 2019.

Ia menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ia sebelumnya menjabat sebagai Menteri Perdagangan Indonesia dari 12 Agustus 2015 hingga 27 Juli 2016.

Tom Lembong lahir dari pasangan Yohanes Lembong (Ong Joe Gie), seorang dokter ahli jantung dan THT lulusan Universitas Indonesia asal Manado, dan Yetty Lembong, seorang ibu rumah tangga asal Tuban.

Tom menikah dengan Maria Franciska Wihardja pada tahun 2002 dan dikaruniai sepasang puteri dan putera. Tom dan keluarga merupakan penganut agama Katolik.[3] Eddie Lembong merupakan adik dari Yohanes Lembong.

Tom Lembong  mengenyam pendidikan dasarnya di Jerman hingga berusia 10 tahun. Sekembalinya ke Indonesia, Tom meneruskan SD serta SMP di Sekolah Regina Pacis, Jakarta. Saat SMA, Tom pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.

Kemudian, Tom menempuh kuliah dalam bidang arsitektur dan perancangan kota di Universitas Harvard dan lulus pada tahun 1994.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Tom Lembong memulai kariernya pada tahun 1995 dengan bekerja di Divisi Ekuitas Morgan Stanley (Singapura). Tom kemudian bekerja sebagai bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia dari 1999-2000.

Tom juga pernah dipercaya untuk menjabat sebagai kepala divisi dan wakil presiden senior di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari 2000-2002.

Kala itu, BPPN berada di bawah Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang bertugas untuk merekapitalisasi dan merestrukturisasi sektor perbankan Indonesia setelah sempat mengalami Krisis Keuangan Asia pada 1998.

Setelah itu, dia kemudian memilih untuk bekerja di Farindo Investments dari 2002-2005.

Pada tahun 2006, Tom Lembong  menjadi salah satu pendiri dan direktur utama sebuah perusahaan ekuitas swasta di Singapura bernama Quvat Management.

Selain itu, dia juga menjadi presiden komisaris PT Graha Layar Prima Tbk (BlitzMegaplex) dari tahun 2012 hingga 2014.

Dia kembali ke pemerintahan pada tahun 2013 sebagai penasihat ekonomi dan penulis pidato untuk Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo atau Jokowi.

Peran ini ia teruskan sepanjang masa jabatan pertama Jokowi sebagai Presiden Indonesia.

Tom Pidato adalah orang di balik layar yang menulis beberapa pidato Presiden Jokowi yang paling ikonik.

Salah satunya adalah pidato “Game of Thrones” pada pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada tahun 2018, dan pidato “Thanos” di Forum Ekonomi Dunia.

Setelah meninggalkan pemerintahan, Tom mendirikan Consilience Policy Institute yang secara resmi beroperasi di Singapura.

Lembaga ini merupakan sebuah wadah pemikir yang mengadvokasi kebijakan ekonomi internasionalis dan reformis di Indonesia.

Pada Agustus 2021, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan, menunjuk Tom Lembong sebagai Ketua Dewan PT Jaya Ancol.

Itu adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Pemerintah Provinsi di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penghargaan yang diraih Tom Lembong:

  • Young Global Leader oleh World Economic Forum tahun 2008
  • Asia Society Australia-Victoria Distinguished Fellowship tahun 2017
  • Order of Diplomatic Service Merit, First Class Second Grade atau Gwanghwa Medal Korea Selatan tahun 2020
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved