Motif Kematian Arya Daru
DUGAAN Cinta Segitiga di Kasus Arya Daru, Keluarga tak Terima Dicap Bunuh Diri: Almarhum tak Begitu
Ditambah misteri di hari-hari terakhir: Arya terlihat di Grand Indonesia bersama dua orang, Dion dan Farah.
SRIPOKU.COM - Sosok Arya Daru Pangayunan (ADP), diplomat yang dikenal berdedikasi dalam melindungi WNI di luar negeri, kini tinggal kenangan.
Pada Selasa (8/7/)2025 pagi, ia ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya, wajah tertutup plastik dan terlilit lakban kuning.
Di balik temuannya yang mengguncang, tersimpan kisah panjang tentang empati, tekanan batin, dan misteri yang belum sepenuhnya terkuak, meski Polda Metro Jaya telah mengumumkan penyebab kematiannya.
Polisi juga belum menemukan tanda-tanda pihak lain dalam kematiannya tersebut, meski tidak menyebutkan secara gambang, bawah korban bunuh diri.
Keluarga Arya Daru menggugat kesimpulan polisi. “Kami meyakini almarhum tidak bunuh diri,” tegas Meta Bagus, sang kakak ipar.
Ada harapan besar agar penyelidikan tidak berakhir di sini, karena “masih ada hal-hal yang perlu didalami lebih lanjut.”
Polisi menyatakan kematian terjadi tanpa keterlibatan pihak lain, berdasarkan investigasi ilmiah dan pemeriksaan forensik yang menyeluruh.
Tidak ditemukan tanda-tanda sianida, narkoba, atau zat toksik berbahaya.
Baca juga: KAKAK Ipar Arya Daru tak Percaya, Lilitan Lakban Dianggap Misteri, Minta ke Polisi Tetap Lakukan Ini

Hanya parasetamol dan chlorpheniramin, dua senyawa umum dalam obat flu, ditemukan di tubuh Arya.
Namun, jejak psikologis Arya merekam pergulatan batin yang panjang.
Dari riwayat komunikasi daring dengan layanan dukungan emosional sejak 2013 hingga kondisi psikologisnya sebagai pelindung WNI di wilayah krisis, Arya digambarkan sebagai pribadi empatik yang menekan emosi negatif dan kesulitan mengakses dukungan.
“Burnout, compassion fatigue… semua ini membuat tekanan diproses secara dalam dan memengaruhi cara ia memandang dirinya, lingkungan, dan masa depan,” ungkap Nathanael Sumampouw, Ketua Umum Apsifor Himpsi.
Ditambah misteri di hari-hari terakhir: Arya terlihat di Grand Indonesia bersama dua orang, Dion dan Farah.
Hubungan ketiganya belum terungkap.
“Dugaan saya mengarah pada cinta segitiga,” ujar praktisi hukum Nicholay Aprilindo.
Dengan lebih dari seratus barang bukti dan puluhan saksi, Polda Metro Jaya belum menutup kasus ini.
Di tengah kabut fakta dan harapan yang belum pupus, kematian Arya bukan sekadar statistik—ia adalah refleksi tentang tekanan profesi, luka psikologis yang tersembunyi, dan kisah yang tak tersampaikan.
Diketahui keluarga tidak percaya bahwa diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arya Daru Pangayunan, tewas karena bunuh diri.
Kakak ipar Arya, Meta Bagus, pun berharap penyelidikan terhadap adik iparnya oleh Polda Metro Jaya tetap dilanjutkan.
"Kami meyakini almarhum tidak seperti itu (bunuh diri)," kata Meta di kediamannya di Kabupaten Bantu, DI Yogyakarta, pada Selasa (29/7/2025), dikutip dari Facebook Tribun Jogja.

Bagus mengungkapkan keyakinan itu berasal dari sosok Arya Daru yang sudah dikenal oleh keluarga selama bertahun-tahun.
"Kami melihat pengamatan terhadap yang bersangkutan selama bertahun-tahun. Jadi cukup kami sampaikan almarhum tidak seperti itu," katanya.
Menurutnya, segala penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian masih terus berlangsung meski sudah ada pengumuman bahwa hingga saat ini, tidak diketemukan unsur pidana dalam kasus kematian Arya Daru.
"Kalau tadi kita menyimak apa yang disampaikan beliau-beliau dari pihak yang berwajib, penyelidikan kan masih berlangsung. Dan, kesimpulan yang disampaikan itu juga masih dalam proses pendalaman oleh beliau-beliau dari kepolisian," kata Bagus.
Di sisi lain, ketika ditanya tentang adanya temuan polisi bahwa Arya sempat mengirim email pada tahun 2013 dan 2021 ke layanan kesehatan mental, Bagus enggan mengomentari.
Dia menganggap hal tersebut adalah ranah privasi dari almarhum.
"Namanya kita konsultasi mengenai berbagai macam hal, terkait dengan materi apa pun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi. Jadi kami tidak mengomentari hal itu," katanya.
Bagus pun berharap penyelidikan akan terus dilakukan oleh kepolisian dan bisa menguak secara lebih gamblang kematian Arya.
"Kita juga berharap penyelidikan yang dilakukan pihak berwajib ini bisa mengungkap dengan jelas dan bisa tuntas dengan baik," ujar Bagus.
Ia juga mempercayai bahwa keadilan milik semua pihak, termasuk Arya, sehingga dia meyakini kebenaran dalam kematian Arya bisa terungkap dengan jelas.
"Kita semua percaya keadilan adalah milik bersama. Jadi, pada waktunya nanti, kebenaran akan terungkap dengan terang dan membawa keadilan dan ketenangan bagi Daru, juga bagi yang ditinggalkan," ujarnya.
Pada saat ini, Bagus menegaskan pihak keluarga masih berfokus menjaga hati kedua anak Arya. Ia juga ingin agar awak media dan masyarakat tetap mengawal penyelidikan kasus ini dengan penuh empati.
Keluarga, sambung bagus, juga ingin agar informasi terkait kasus Arya disajika dengan berimbang dan obyektif.
"Kami sangat-sangat menghargai dukungan dari teman-teman media dan seluruh masyarakat Indonesia mengenai kasus ini," tuturnya.
Ketika ditanya terkait apakah keluarga bakal menunjuk kuasa hukum terkait kasus ini, Bagus mengungkapkan hal itu masih dibicarakan
Penyebab Kematian Arya, Polda Metro Sebut Tak Ada Unsur Pidana
Polda Metro Jaya mengumumkan bahwa kematian Arya tidak disertai dengan unsur tindak pidana.
Arya dinyatakan tewas karena mati lemas akibat kekurangan pasokan oksigen.
"Kondisi ini terlihat dari adanya pembengkakan pada paru dan pelebaran pembuluh darah pada tubuh korban," kata dokter forensi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Yoga Tohjiwa, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025) kemarin.
Yoga pun mengungkapkan ketika seseorang kehilangan pasokan oksigen hanya dalam waktu 4-5 menit, maka dipastikan akan meninggal dunia.
Dia juga menjelaskan Arya dinyatakan meninggal dunia sekiranya 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan. Adapun pemeriksaan tersebut dilakukan pada 8 Juli 2025 pukul 13.55 WIB.
Sehingga, jika merujuk pada penemuan jenazah Arya di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat yaitu pada pukul 07.30 WIB, maka diperkirakan sang diplomat meninggal dunia pukul 05.55 WIB.
Arya juga mengalami memar di beberapa bagian wajah seperti kelopak mata dan bibir. Selain itu, memar juga berada di lengan bagian atas dan bawah.
Pria kelahiran Sleman, DI Yogyakarta itu jgua menderita luka lecet di bibir, leher, dan pipi. Arya juga diketahui mengidap penyakit ginjal.
Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra pun menegaskan dari serangkaian penyelidikan yang telah dilakukan, kematian Arya tidak mengandung unsur pidana apapun.
"Bahwa penyelidikan yang kami lakukan, kami simpulkan belum menemukan adanya peristiwa pidana," katanya dalam kesempatan yang sama.
Kendati demikian, Wira menegaskan penyelidikan akan terus dilakukan terkait kasus ini.
Dia mengatakan pihaknya tetap membuka jika ada pihak lain yang ingin memberikan masukan.
"Sementara kami tetap akan menerima masukan apabila ada informasi, kami tetap tampung," tegasnya.
Kondisi Psikologis Arya
Ahli digital forensik dari Ditsiber Polda Metro Jaya, Ipda Saji Purwanto, menuturkan Arya sudah memiliki niat untuk bunuh diri sejak tahun 2013.
Dia mengungkapkan hal itu diketahui dari ponsel lama milik Arya yang ditemukan di kamar kosnya.
Ia menambahkan ponsel itu terakhir kali aktif pada 21 September 2022 lalu.
Sementara, keinginan Arya ingin bunuh diri diketahui melalui pengiriman pesan dari emailnya ke salah satu badan amal yang bergerak di bidang kesehatan mental.
"Kami menemukan ada pengiriman email yang dimiliki atau digunakan oleh pengguna digital evidence, alamatnya adalah ddaru_c@yahoo.com dikirim ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional yang mengalami perasaan tertekan dan putus asa hingga dapat menyebabkan bunuh diri," katanya.
Delapan tahun kemudian, Saji mengatakan pesan serupa dikirimkan kembali oleh Arya. Bahkan, sambungnya, Arya semakin memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri hidupnya.
Dia mengatakan alasan Arya ingin bunuh diri karena masalah yang dihadapinya. Namun, Sadji tidak menjelaskan masalah seperti apa yang dihadapi pria kelahiran Sleman, DI Yogyakarta, tersebut.
"Kemudian di segmen pada tahun 2021, dimulai dari tanggal 24 September 2021 sampai dengan 5 Oktober 2021 sebanyak sembilan segmen. Intinya adalah sama ada niatan semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Nathanael Sumampouw, menuturkan Arya mengalami burnout secara psikologis dan lelah kepedulian karena profesinya sebagai diplomat.
Nathanael mengungkapkan peran Arya yaitu melindungi warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam situasi krisis, menuntut adanya korban harus selalu berempati tinggi dan memiliki ketahanan psikologis.
“Yang (peran) ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, trauma,” kata Nathanael.
Arya, kata Nathanael, dikenal sebagai pribadi yang positif di lingkungan kerja dan pergaulannya.
Namun, hal tersebut justru membuat Arya sulit mengekspresikan emosi negatif, terutama saat menghadapi tekanan tinggi.
“Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan,” ungkap dia.
Namun, korban berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif dan tidak menunjukkannya di depan orang lain.
“Meskipun demikian kami menemukan bahwa pada almarhum ada riwayat di mana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring,” ujar dia.
“Terakhir kali, dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2021. Awalnya dari data yang dihimpun dari tahun 2013,” tambah Nathanael.
Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, kepribadian Arya yang cenderung menekan perasaan membuatnya sulit mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif dan lebih memilih untuk menutupinya.
“Setelah terakumulasi penghayatan almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah tekanan hidup, di episode terakhir kehidupannya ini, kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya,” kata Nathanael.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
PERTEMUAN Arya Daru dengan Vara dan Dion saat Malam Hari di Mal Masih Teka-teki, Minta Putar Balik! |
![]() |
---|
SOSOK Ini Sebut Kematian Arya Daru Diduga Cinta Segitiga, Minta Polisi Kerjasama dengan Denpom TNI |
![]() |
---|
Jika Sesuai Kesimpulan Polisi, Adakah Pesan yang Ingin Disampaikan Arya Daru dari Kematiannya? |
![]() |
---|
Eks Kabareskrim Polri Susno Duadji Sebut Motif Kematian Arya Daru Tak Etis Dipublikasikan |
![]() |
---|
Istri Arya Daru Syok Dengar Kesimpulan Polda Metro Jaya, Berharap Polisi tak Cepat-cepat Tutup Kasus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.