Berita PALI

Di Balik Riuhnya Gerakan Ayah Mengantar Anak, Kisah Murung Rangga di Hari Pertama Sekolah PALI

Momen ini sekaligus menjadi bagian dari Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, sebuah program nasional

SRIPOKU.COM / Apriansyah Iskandar
HARI PERTAMA SEKOLAH - Rangga, siswa kelas 1 SDN 39 Talang Ubi, murung di momen hari pertama sekolah saat melihat teman-temannya diantar ayah. Ia sendiri telah kehilangan ayah sejak usia 2 tahun, Senin (14/7/2025) 

SRIPOKU.COM, PALI – Suasana riuh dan penuh keceriaan menyelimuti SD Negeri 39 Talang Ubi Kabupaten PALI pada Senin (14/7/2025).

Tawa lepas dan senyum ceria para siswa baru menghiasi halaman sekolah saat mereka diperkenalkan pada lingkungan belajar di hari pertama tahun ajaran baru 2025-2026.

Momen ini sekaligus menjadi bagian dari Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, sebuah program nasional berdasarkan Surat Edaran Kemendukbangga/BKKBN Nomor 7 Tahun 2025.

Kabupaten PALI menunjukkan responsivitasnya dengan mengeluarkan Surat Edaran Sekretariat Daerah PALI Nomor 474/399/DPPKBPPPA/VII/2025, mendukung penuh program nasional Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) dari Kementerian Kependudukan dan BKKBN RI.

Pagi itu, beberapa pemandangan berbeda sempat terlihat, dengan sejumlah bapak-bapak mengenakan kemeja rapi, menggandeng tangan kecil anak-anak mereka menuju kelas baru.

Namun, di tengah pemandangan dominan ibu-ibu yang setia mendampingi anak-anaknya bahkan ada yang tak segan masuk ke ruang kelas terselip satu sosok kecil yang tampak murung.

Ia adalah Rangga Saputra, bocah berusia 6 tahun, siswa baru kelas 1 SDN 39 Talang Ubi.

Rangga, kelahiran 2019, asal Jerambah Besi, Desa Karta Dewa, Kecamatan Talang Ubi, datang di hari pertamanya bersekolah hanya ditemani sang ibu, Yuli.

Sang ayah telah meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 2021, ketika Rangga baru berusia 2 tahun.

"Saya sudah siapkan semuanya, dari baju tas, sepatu sampai buku untuk Rangga. Tapi ya, saya sendiri yang harus antar karena bapaknya sudah tidak ada," ucap Yuli lirih.

Dengan mata berkaca-kaca, Yuli menceritakan bagaimana anaknya sempat kehilangan semangat saat melihat teman-teman lain datang didampingi ayah mereka.

"Wajahnya langsung berubah. Murung. Mungkin dia merasa berbeda dari teman-temannya. Tapi saya terus beri semangat, saya katakan bahwa bapaknya tetap melihat dari atas sana. Ini semua demi masa depannya," ungkap Yuli.

Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang digagas pemerintah pusat bertujuan membangun keterlibatan emosional dan peran aktif ayah dalam pendidikan anak sejak dini.

Namun, kisah Rangga mengingatkan kita bahwa di balik seragam baru dan senyum-senyum ceria, ada anak-anak fatherless yang datang dengan beban yang tak terlihat.

Hari pertama sekolah mungkin sekadar seremoni bagi sebagian orang, namun bagi Rangga, ini adalah hari ketika luka lama dibuka kembali dalam diam, dalam rindu, dalam bayangan seorang ayah yang tak lagi bisa menggandeng tangannya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved