Kopi Sumsel

Talkshow Jelajah Kopi Sumsel di OJK, Kopi Sumsel Terjual Rp 2 Juta Per Kilogram di Australia

Ketua Komite Tetap Pemberdayaan dan Perluasan Tenaga Kerja Kadin Sumsel Shofwan Hadi menceritakan, kopi Arabika dari Sumsel laku Rp 2 juta per kg. 

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: tarso romli
handout
TALK SHOW JELAJAH KOPI - Talk Show Jelajah Kopi Sumsel di Kantor OJK Sumsel beberapa waktu lalu. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Bahkan Kopi asal Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata bisa terjual dengan harga Rp 2 juta per kg di Australia. 

Pengusaha Kopi yang juga Ketua Komite Tetap Pemberdayaan dan Perluasan Tenaga Kerja Kadin Sumsel Shofwan Hadi menceritakan, kopi Arabika dari Sumsel laku Rp 2 juta per kg. 

"Waktu jual kopi Arabika green bean saya rasa di angka Rp 500 ribu aja sudah luar biasa. Ternyata teman saya sanggup ambil Rp 2 juta per kg," kata Shofwan Hadi saat Talk Show Jelajah Kopi Sumsel di Kantor OJK Sumsel beberapa waktu lalu. 

Menurutnya, orang luar itu tidak tahu proses pengelolaannya seperti apa  sanggup membeli Rp 2 juta per kg, apalagi kalau pakai DOM (untuk penjemuran kopi), pasti harganya bisa lebih bagus lagi. 

"Kita masih banyak pengelolaan secara tradisional, tidak pakai DOM. Lalu belum banyak yang petik merah, padahal kalau bisa petik merah dan pakai DOM harganya pasti bisa luar biasa," ungkapnya.

Menurutnya, tantangannya kondisi saat ini, baru beberapa pengusaha yang konsisten menerapkan sistem petik merah.

Karena memang kalau bicara keuangan, kiri kanan banyak sekali tengkulak yang menjanjikan ini itu. Padahal kenyataan tidak seperti yang diharapkan. 

"Maka perlu memasifkan petik merah dan mengedukasi petani. Karena rata-rata petani masih belum terpola, bahkan masih ada tanaman yang tidak dipupuk. Ketika hasilnya dikit baru dipupuk, karena memang terkendala di modal," katanya. 

Sementara itu Kepala OJK Sumbagsel Arifin Susanto SE MSc mengatakan, selama 15 tahun, Sumsel menjadi provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia dan terbesar keempat secara internasional. 

"Kopi ini 90 persen ekspornya dari Sumsel, meskipun memang banyak tidak melalui pelabuhan di Sumsel melainkan tetangga sebelah. Kopi Sumsel dikenal dengan karakter kopinya yang bagus, Robusta tapi premium," kata Arifin. 

Menurutnya, kopi robusta asal Sumsel ini dikaitkan premium karena ditanam di ketinggian yang relatif bagus, sehingga karakter bijinya padat dan aromanya kompleks.

Kopi yang dihasilkan juga tidak pahit dan tingkat keasamannya rendah. Bahkan untuk aromanya ada aroma coklat, kacang dan lain-lain.  Selain itu didukung geografisnya. 

"Sumsel punya kopi, sebelah punya nama, maka itu harus diubah. Bahkan kita sudah ekspor ke Malaysia dan Australia yang dilakukan secara ekosistem. Jenis kopi yang diekspor ada robusta dan Arabika," katanya. 

Sementara itu Kepala Kanwil DJPb Sumsel Rahmadi Murwanto Ak MAcc MBA PhD menambahkan, petani  selama ini masih tradisional, dan kalau mau beralih dari petik pelangi ke merah bagaimana dengan perputaran uangnya. Maka mereka lebih memilih jual ke tengkulak. 

"Padahal kalau ada DOM dan bisa dimasukkan kanalisasi akan semakin luar biasa hasilnya. Pemerintah sebenarnya bisa masuk dengan memberikan subsidi atas modal. Siapa yang banyak uang ya perbankan, namun bunga tinggi dan perlu kepastian jaminan," katanya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved