Kopi Sumsel
Fajar si Tukang Seduh Gencar Promosikan Kopi Asli Sumsel
Berawal dari kecintaan pada kopi dan kekhawatiran akan terpinggirkannya kopi asli Sumatera Selatan, Fajar gencar mempromosikan kopi Sumsel.
Penulis: Hartati | Editor: tarso romli
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Berawal dari kecintaan pada kopi dan kekhawatiran akan terpinggirkannya kopi asli Sumatera Selatan (Sumsel), Fajar tergerak untuk gencar mempromosikan kopi Sumsel agar lebih dikenal luas.
Sumsel sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Namun, seringkali kopi dari daerah ini justru diberi nama kopi dari daerah lain, seperti Kopi Lampung, Jambi, atau Bengkulu.
Padahal, kopi-kopi tersebut sebenarnya berasal dari tanah Sumsel, dari daerah-daerah seperti Semendo, OKU Selatan, Ranau, Lahat, Pagar Dewa, Pagar Alam, dan daerah penghasil kopi lainnya di Sumsel.
Namun, faktor transportasi dan jarak yang jauh dari daerah penghasil kopi ke pelabuhan menyebabkan kopi asli Sumsel seringkali dijual ke luar Sumsel dan kemudian diberi nama kopi asal tempat kopi itu dijual.
Fajar menceritakan pengalamannya saat mengikuti kegiatan Pusat Layanan UKM Smesco Indonesia di Jakarta. Saat itu, ada seorang pedagang dari Lampung yang menjual kopi Semendo dengan label "Kopi Lampung". Setelah ditelusuri, ternyata kopi tersebut memang benar-benar berasal dari Semendo, Sumsel, tetapi dijual melalui Lampung sehingga diberi merek Kopi Lampung.
"Berangkat dari keresahan itulah, kami ingin masyarakat luas tahu bahwa kopi Sumsel tidak kalah bagus dari sisi kualitas, rasa, dan jumlah. Sehingga jangan sampai Sumsel punya kopi, tapi daerah lain yang punya namanya karena tidak dijaga dengan baik," kata Fajar Noerhadi, Founder Tukang Seduh, Sabtu (10/5/2025).
Termotivasi untuk memperkenalkan kopi Sumsel secara luas di Indonesia hingga mancanegara, Fajar kemudian mempromosikan kopi dengan berjualan kopi keliling menggunakan food truck pada tahun 2017.
Kopi yang ia produksi adalah kopi asli Sumsel, baik jenis Arabika maupun Robusta, hingga kopi luwak yang berasal dari berbagai wilayah Sumsel.
Bisnis food truck kopi ini cukup menantang sejak awal karena saat itu bisnis kopi belum menjamur seperti sekarang. Mengedukasi masyarakat mengenai kopi asli Sumsel yang berkualitas membutuhkan waktu dan kesabaran.
Fajar dan istrinya tetap fokus berbisnis sambil mengkampanyekan kopi asli Sumsel. Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuk pasar.
Promosi penjualan kopi menggunakan truk dinilai sebagai cara cepat. Dengan semakin banyak masyarakat yang tahu, diharapkan promosi akan menyebar dengan cepat dan lebih luas.
Namun, tantangan kemudian muncul dari kafe atau coffee shop sejenis yang juga menjual kopi, tetapi kopi yang berasal dari luar Indonesia, dengan merek kopi impor.
"Kopi Sumsel saat itu (2017) masih belum banyak dikenal luas. Ditambah lagi serbuan kopi impor semakin membuat persaingan ketat. Tapi karena konsisten dan fokus pada pasar dan tujuan promosi, kami akhirnya bertahan dan punya pangsa pasarnya sendiri," jelas Fajar.
Menurutnya, kopi Sumsel itu unik dari sisi ketahanan biji kopinya. Biji kopinya kuat karena banyak kopi Robusta yang ditanam di dataran tinggi di atas 800 mdpl. Hal ini menghasilkan cita rasa kopi yang unik, seperti cokelat dan karamel.
Biasanya, kopi yang ditanam di atas ketinggian 800 mdpl adalah jenis Arabika. Namun, di Sumsel, justru Robustalah yang tumbuh di ketinggian tersebut, sehingga menghasilkan ciri khas tersendiri.
| Talkshow Jelajah Kopi Sumsel di OJK, Kopi Sumsel Terjual Rp 2 Juta Per Kilogram di Australia |
|
|---|
| Kapolda Dukung Kopi Asli Sumsel, Seruput Sambil Menikmati Suasana Teras Danau Brimob |
|
|---|
| Jelang Puncak Panen, Petani Kopi Pagar Alam Menjerit, Harga Anjlok Drastis |
|
|---|
| Mata Pelajaran Kopi Jadi Kurikulum SMKN 1 Jarai, Bisa Bisnis Lewat Pendidikan Kopi Sejak Dini |
|
|---|
| Resign dan Pilih Pulang Kampung, Pemuda Ini Sukses Kembangkan Kopi Fermentasi Honey |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.