Kopi Sumsel
Jelang Puncak Panen, Petani Kopi Pagar Alam Menjerit, Harga Anjlok Drastis
Dari sebelumnya di kisaran Rp 70.000 hingga Rp 75.000 per kilogram, kini harganya anjlok menjadi Rp 67.000 per kilogram
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM – Senyum para petani kopi di Pagar Alam mulai memudar. Menjelang puncak masa panen, harga buah kopi kering di pasaran mengalami penurunan signifikan.
Dari sebelumnya di kisaran Rp 70.000 hingga Rp 75.000 per kilogram, kini harganya anjlok menjadi Rp 67.000 per kilogram, bahkan bisa lebih rendah lagi tergantung kualitasnya.
Kondisi ini sontak membuat petani di wilayah perbatasan Pagar Alam-Kabupaten Lahat hingga Kecamatan Dempo Tengah mengeluhkan pendapatan mereka yang menyusut drastis.
Fenomena ini, sayangnya, bukan hal baru. Penurunan harga kerap terjadi saat menjelang puncak masa panen, di mana stok biji kopi di pasaran meningkat seiring dengan banyaknya petani yang mulai menjual hasil panen mereka.
Wagimin (40), seorang petani kopi yang berkebun di perbatasan Kota Pagar Alam, mengaku terpaksa menjual hasil panennya hanya seharga Rp 66.000 per kilogram, padahal kualitas kopinya cukup baik.
"Saya jual minggu lalu ke pengepul cuma dihargai Rp 66 ribu. Padahal sebelumnya bisa sampai Rp 70 ribu. Jelas ini sangat berpengaruh ke penghasilan kami," ujarnya penuh kekecewaan, Selasa (20/5/2025).
Senada dengan Wagimin, Mansa (50), petani asal Kecamatan Dempo Tengah, mengungkapkan bahwa harga jual biji kopi saat ini sangat fluktuatif.
Ia menyebut, harga jual sangat bergantung pada kondisi dan kualitas hasil panen, serta siapa pembelinya.
"Dalam beberapa minggu ini saya sudah jual beberapa kali, paling tinggi cuma Rp 69 ribu, paling rendah Rp 65 ribu. Jadi ya, sangat bergantung kualitas dan siapa yang beli," katanya.
Di sisi lain, Anca, seorang pengusaha pengepul biji kopi di Pagar Alam, membenarkan adanya penurunan harga ini.
Pihaknya mengaku membeli kopi kering dari petani dengan harga bervariasi, menyesuaikan dengan kualitas yang diminta oleh pembeli besar atau "toke".
"Kami beli Rp 67 ribu untuk kualitas yang bagus. Tapi kebanyakan yang datang kualitasnya masih standar, jadi hanya kami hargai Rp 65 ribu. Kami juga ikut permintaan pasar," jelas Anca, seolah membenarkan kondisi pasar yang sedang lesu.
Talkshow Jelajah Kopi Sumsel di OJK, Kopi Sumsel Terjual Rp 2 Juta Per Kilogram di Australia |
![]() |
---|
Kapolda Dukung Kopi Asli Sumsel, Seruput Sambil Menikmati Suasana Teras Danau Brimob |
![]() |
---|
Mata Pelajaran Kopi Jadi Kurikulum SMKN 1 Jarai, Bisa Bisnis Lewat Pendidikan Kopi Sejak Dini |
![]() |
---|
Resign dan Pilih Pulang Kampung, Pemuda Ini Sukses Kembangkan Kopi Fermentasi Honey |
![]() |
---|
Fajar si Tukang Seduh Gencar Promosikan Kopi Asli Sumsel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.