Berita OKI

BKSDA Sumsel Siapkan Berbagai Program Guna Meminimalisir Interaksi Negatif Antara Gajah dan Manusia

Dua ekor gajah telah merusak fasilitas umum milik masyarakat jalur 25 Desa Srijaya Baru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Penulis: Nando Davinchi | Editor: tarso romli
handout
GAJAH MASUK PEMUKIMAN - Induk dan anak gajah liar kembali menyambangi pemukiman di jalur 25 Desa Srijaya, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Minggu (25/5/2025). Akibat kejadian itu dua warga terluka. 

SRIPOKU.COM KAYUAGUNG -- Dua ekor gajah telah merusak fasilitas umum milik masyarakat jalur 25 Desa Srijaya Baru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, pada Minggu (25/5/2025) siang.

Bukan hanya merusak rumah, gajah mengamuk dan melukai Sualim (60) dan Sugeng (50) karena sempat mengamuk saat hendak diusir dari permukiman.

Dikatakan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, Teguh Setiawan mencatat ada 47 kejadian interaksi negatif di kantong habitat gajah (KHG) Air Sugihan periode 2020 hingga Maret 2024. Puncaknya ada 15 kasus kejadian di tahun 2022 lalu.

Dijelaskan Teguh, satu langkah strategis yang telah dilakukan pemasangan GPS collar pada kawanan gajah.

Menurutnya langkah ini bertujuan untuk memantau pergerakan gajah secara real-time guna memprediksi potensi konflik yang akan terjadi.

"Dengan adanya GPS collar, kami dapat  mengetahui posisi gajah secara langsung dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi konflik," kata Teguh sewaktu dikonfirmasi pada Senin (26/5/2025) sore.

Dikatakan lebih lanjut, pemerintah juga telah merencanakan pembangunan tanggul gajah sepanjang 38 kilometer dan pagar kejut berjarak 10  kilometer di wilayah yang sering dilalui gajah. 

Tujuannya untuk kurangi interaksi negatif serta melindungi hasil pertanian dan keselamatan warga.

"Selain pembangunan tanggul fisik, pemerintah bersama masyarakat akan menanam tanaman yang tidak disukai gajah di perbatasan permukiman yang disebut tanggul vegetasi,"

"Tanaman tersebut meliputi kakao, kelengkeng, mangga, manggis, matoa, petai, rambutan, sawo, serai wangi dan sukun timun," ungkapnya.

Teguh menegaskan BKSDA Sumsel juga mendorong pembentukan desa mandiri konflik sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi potensi interaksi.

"Penyadartahuan dan peningkatan kapasitas masyarakat di koridor Sugihan - Simpang Heran terus dilakukan agar mereka mampu melakukan mitigasi secara mandiri,"  

"Sebagai bentuk keseriusan juga telah didirikan Posko Pagarapat di Kecamatan Air Sugihan. Kolaborasi antara masyarakat dari lima desa, perusahaan pemegang konsesi, dan Balai KSDA Sumatera Selatan," paparnya.

Di mana di lokasi posko disiagakan tim terdiri dari mahout (pawang gajah), polisi kehutanan, tenaga pendamping dan gajah binaan.

"Posko ini menjadi simbol koeksistensi manusia dan gajah melalui pendekatan berbagi ruang kehidupan. Perkuat kemandirian masyarakat menghadapi tantangan konservasi," tutupnya.

Simak berita menarik lainnya di sripoku.com dengan mengklik Google News.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved